Part 24

5.1K 659 24
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Hari masuk sekolah terakhir, Chanyeol sibuk berkutat dengan proposal donor darah yang akan diadakan minggu depan. Mata bulatnya terus saja meneliti setiap detail kata pada proposal donor darah yang akan ia serahkan kepada kepala sekolah.
Berjalan sepanjang koridor lantai dasar menuju ruang kepala sekolah, Chanyeol baru sadar jika Sehun berjalan dari seberang lorong berlawanan darinya. Sebuah senyuman menyapa langsung tersemat begitu saja di wajah tampan Chanyeol, "Hai Sehun-ah, tumben kau belum pulang. Apakah kau mau latihan basket?"
Dengan anggukan Sehun menjawab. "Iya, hyung. Hari ini kami berlatih sampai sore."
"Giatlah berlatih dan jadikan sekolah ini juara!" Chanyeol mengepalkan tangan ke udara memberi Sehun semangat membara.
Sehun terkekeh dengan sikap konyol kakak kelasnya, "Tentu saja Chanyeol hyung, aku akan memberikan medaliku untukmu."
Dahi Chanyeol berkerut, "Untuk apa? Kaulah yang pantas mendapatkannya. Aku sudah senang melihatmu menjadi tim inti dan bisa bermain di kejuaraan."
Wajah Sehun yang semua tersenyum semangat kembali datar. "Tapi aku ingin memberikan hyung sesuatu sebagai ucapan terima kasih dariku hyung."
Selalu saja seperti itu. Sorot mata Chanyeol menatap Sehun dengan hati terenyuh. Sehun selalu saja suka membalas budi sekecil apapun kebaikan orang yang ia terima dan Chanyeol selalu dengan senang hati membantu tanpa mita balasan, maka dari itu Chanyeol ragu sampai kapan Sehun lelah menghujaninya ucapan terima kasih. "Jika kau tak berkeberatan, aku... ingin mempunyai satu permintaan."
Keraguan tersirat dari nada bicara Chanyeol membuat alis hitam Sehun terangkat, "Katakan saja, hyung. Asal bisa membuatmu senang dan bisa membalas jasamu kepadaku, aku pasti mengabulkannya." Sudut bibir tipis tertarik ke atas.
"Tolong berbaikanlah dengan Baekhyun."
Saat itu juga tubuh Sehun membatu. "Hyung—
"Aku sudah tahu semua, tapi aku belum tahu alasan apa sebenarnya yang mendasari kau membenci Baekhyun. Kasihan Baekhyun yang selalu ketakutan. Bukankah sebelumnya kau tak mengenal Baekhyun?"
Sehun menggigit bibir tipisnya.
"Bolehkah aku tahu alasannya, Sehun-ah?"

.

OoooO

.

"Kau sepertinya benar-benar telah melupakan apa maksud perintahku... atau malah ... kau mengabaikannya?"

Kyungsoo yang tengah berkonsentrasi dengan gunting besar memangkas rumput di halaman keluarga Oh, begitu terkejut mendengar suara tepat di belakang hingga gunting besar itu jatuh dari tangannya. Untung saja tak mengenai kakinya. Menolehkan kepala kaku, ia tersentak menyadari Sehun yang menatapnya dengan pandangan begitu dingin. "A-apa maksudmu Sehun-ah?"
Sehun mendengus kesal, tangannya terlipat di depan dada. "Aku tak menyangka kau akrab dengan si pengganggu." Kemarin petang, Sehun mencuri dengar Kyungsoo yang sedang bertelponan dengan seseorang di dapur. Ia berjalan mengelilingi laki-laki yang lebih tua tapi bertubuh lebih mungil darinya.

"Jongin bukan pengganggu."

"Lihat, siapa yang saat ini membelanya? Bahkan aku sama sekali tak menyebut nama orang itu." tubuh Kyungsoo menegang dan Sehun menyeringai. "Lupakan saja rencana kita," ujar Sehun santai.
"Eh?" Segala ucapan yang keluar dari bibir tipis Sehun membuat Kyungsoo kebingungan. Apa kemauan Sehun sebenarnya? Kyungsoo sama sekali tidak dapat membaca ataupun memprediksi rencana Tuan mudanya kali ini. "A-apakah kau menyerah?" Ia memberanikan diri bertanya.

Sehun mengendikkan bahu, "Entahlah." Lalu pergi meninggalkan Kyungsoo dengan penuh tanda tanya.

.

OoooO

.

Kencan pertama di hari liburnya seperti ini yang tidak Chanyeol harapkan. Udara hangat di minggu pagi cerah, duduk di café cantik pilihan kekasihnya. Tapi energi positive musim semi tak bisa menulari suasana hati yang sedang ia rasakan saat ini. Sebenarnya akan baik-baik saja jika semua berjalan normal sesuai dengan apa yang ia rencanakan kemarin dan walaupun ada orang ketiga, tapi orang ketiga itu sungguh membuat Chanyeol kehilangan akal.
Suasana di sekitar begitu menegangkan walaupun dengan iringan lagu ballad dari café sama sekali tak membantu. Bagaimana mungkin ia bisa santai kencan dengan Baekhyun jika seorang kakak lelaki kekasihnya terus mengawasinya 60 detik per menit. Bahkan melirik paras manis Baekhyun saja, membuat Chanyeol berat menegak ludahnya. Padahal anak itu sangat menggemaskan dengan pakaian casual kaos model sailor berwarna biru muda dengan celana selutut putih. Chanyeol ingin sekali memeluknya. Bagaimana ini? Sekali ia ingin mengulurkan tangan menyentuh tangan ataupun mengusak kepala Baekhyun, tangannya langsung ditepis olehnya –siapa lagi jika bukan Baekbeom. Chanyeol hanya dapat mengeluarkan air mata imajiner menghadapi cobaan semua ini.
"Hyung kenapa selalu memukul tangan Chanyeol hyung! Itu kan sakiiiit! Kasian Chanyeol hyung, hyungie!!" Mungkin Chanyeol sedikit mellow hari ini sehingga melihat Baekhyun yang membelanya membuat hatinya tersentuh.
Baekbeom hanya mencebik mendengar keluhan adiknya. Mengendikkan bahu, ia bersandar pada bangku kursi seolah tak peduli dengan gertakan Baekhyun. Pandangannyapun tetap terarah pada Chanyeol yang kaku mengaduk cangkir kopinya dengan sendok teh.

PERHAPS LOVE [CHANBAEK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang