10

7 2 0
                                    

"Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu. Hanya kaulah yang benar-benar memahamiku. Diantara pedih aku selalu menantimu" Sheila on 7; Seberapa Pantas

******

Danu memperhatikan raut wajah Sakha yang sangat kusut, tidak bersemangat seperti biasanya. Ingin sekali ia melemparkan beberapa pertanyaan pada putranya itu. Seperti, A kamu sudah putusin Chika 'kan? Atau Gimana respon Chika pas kamu putusin dia? Tapi seketika ia urungkan niatnya, melihat raut sedih sang Anak, Danu sebenarnya tak tega. Tapi bagaimana? Masa mau dibiarkan saja?!

"Nih A ibu masakin sayur asem kesukaan kamu, makan yang banyak" Sakha hanya berdehem singkat. Tak tahan lagi dengan suasana seperti ini, Danu akhirnya angkat bicara.

"Kamu butuh liburan kayaknya A, suntuk gitu mukanya" Sakha mendongak menatap sang Ayah, lalu tertawa sumbang yang terkesan ia paksakan. Tak tahu saja Ayahnya itu, ada banyak luka yang coba ia selipkan lewat tawanya barusan.

"Ayo Yah kita liburan lagi. Bangkok seru kayaknya"

"Kamu mau morotin Ayah ya A?" Danu tertawa disambut oleh Arum.

"Ibu lagi goreng ayam, takut gosong. Sebentar ya" Akhirnya hanya ada Sakha dan Danu dimeja makan.

"Gimana respon Chika A? Dia pasti sedih ya"

"Chika nangis, tapi yagimana. Ini 'kan jalan yang terbaik"

"Ayah bangga punya anak kayak kamu A, kamu masih bisa mengenyampingkan ego kamu. Kamu tidak dibuat buta oleh cinta A, perjalanan ini masih sangat panjang, jadi Ayah harap kamu jangan berlarut-larut dengan kesedihan ini. Suatu saat nanti kamu pasti bakalan nemuin seseorang yang terbaik untuk kamu A" Sakha mengucap amin berulang kali dalam hatinya

Chika memakai flatshoes hitam lalu berjalan keluar rumahnya. Rumahnya sedang kosong, Kharis sedang ada urusan diluar sana. Asih belanja kepasar.

Sesuai apa yang ia mantapkan dalam hatinya semalam, Chika memang harus kerumah Sakha, ia tidak bisa membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Harus ada alasan yang jelas kenapa Sakha memutuskan hubungan mereka.

Tidak dengan Sheryl dan Daya, Chika datang kesana seorang diri. Menjalankan Audi hitamnya kearah rumah Sakha.

Sampai disana, Chika segera mengetuk pintu rumah Sakha.
"Asalamualaikum" setelah empat kali tidak ada sahutan juga, akhirnya Chika memutuskan untuk membuka pintu. Tidak dikunci, lebih baik Chika masuk.

Dan dunia seperti sedang membawanya masuk kedalam lubang hitam.

"Jadi kapan kita mau liburan ke Bangkok Yah?" Chika melihat Arum sedang meletakan Ayam goreng dimeja makan, ada Sakha juga disana yang sedang bercengkrama hangat dengan Ayahnya.

Paper Bag berisikan kue buatannya, ia pegang dengan kuat. Menguatkan hatinya, kala mendengar Sakha angkat bicara.

"Ayah udah janji lho. Harus ditepatin itu" benarkah apa yang ia dengar? Sakha menyebut Danu dengan sebutan Ayah? Drama apalagi ini.

"Ok ok, kita sekeluarga bakalan liburan ke Bangkok besok" Bahkan tawa Ayahnya pun terasa lepas disini, tanpa beban.

Bruk

Chika refleks menjatuhkan paper bag miliknya, membuat kegaduhan didalam rumah Sakha. Dan sekeluarga itu langsung menengok kearahnya.
Tatapan terkejut mereka arahkan untuk Chika. Dalam hati Sakha bertanya, sejak kapan Chika disini?

Heart In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang