13

10 2 0
                                    

"I am sorry what language are you speaking? It sounds like a bullshit"

*******

Selesai mengantarkan Chika pulang, Nata sampai dirumahnya pukul delapan malam. Mamahnya -Rina- menyambut Nata didepan pintu malam itu.

Nata menyalami tangan kanan mamahnya, memeluk, lalu mengecup kedua pipi Rina.

"Dari mana saja bang?" Rina menggiring Nata agar masuk kedalam rumah

"Habis jalan sama Chika mah, Keina udah tidur?" Keina adalah adik Nata, yang masih duduk dibangku kelas empat SD

"Udah, nunggu kamu lama banget. Udah lama mamah gaketemu Chika. Udah lulus sekolah 'kan dia bang?" Nata mengangguk

"Mau lanjut kuliah dimana dia?"

"Kayaknya di UI deh mah, ngikutin jejak abang" Nata terkekeh sesaat

"Yabagus, jangan terlalu lama buat anggurin Chika bang. Dia gadis yang cantik bisa aja 'kan nanti keburu disenggol orang"

"Mamah itu ada-ada aja. Rejeki sama jodoh itu udah ada yang atur mah, jadi jangan saling senggol buat dapetinnya" Rina memukul pelan tangan Nata

"Bisa aja kamu, mau makan sekarang bang?" Nata menggeleng

"Papah belum pulang mah?"

"Belum, papah kamu itu lagi sibuk banget dikantor bang, sering lembur juga. Jadi kapan bang kamu mau mulai masuk kantor? Sesuai yang papah kamu harapkan"
Nata memang diwariskan untuk mengikuti pekerjaan papahnya, kembali merintis bisnis yang sudah turun temurun keluarga mereka bangun. Selain keluarganya yang gemar sekali dengan seni, keluarga Nata juga membuka beberapa perusahaan di beda kota.

"Abang masih pengen main-main mah"

"Yabelajar saja dulu bang"

"OK deh besok abang mulai ikut papah kekantor" Rina tersenyum lalu mengacak rambut Nata, putranya sudah besar. Dengan prestasi yang Nata raih, Rina bisa menjamin bahwa masa depan anaknya itu tidak akan suram.

*******

Mengadakan makan besar bersama keluarga, Nata dan keluarganya memang sering melakukan hal itu saat liburan.

"Pah, semalam itu jagoan siapa yang menang? Papah atau abang?" Nata meletakan sambal kecap dihadapan Rendra -Papah Nata-

"Papah ketiduran semalam"

"Yaaaah, tapi abang yakin pasti tim abang yang menang. Jadi 'kan beliin abang motor baru?"

"Beli motor yang kayak gimana lagi bang? Motor kamu sudah banyak itu" Rina menimbrung pada obrolan anak dan bapak itu.

"Papah udah janji sama abang mah"

"Abang pasti paksa-paksa papah. Kei tahu banget deh"

"Anak kecil diem deh"

"Kei udah gede tahu! Udah mau punya pacar!" Rendra, Rina dan Nata membelalakan mata mereka.

"Pacar?!" Keina mengangguk

"Siapa yang ajarin?! Keina 'kan masih kecil gaboleh main pacar-pacaran dulu"

Heart In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang