11

10 2 0
                                    

"Ajarkan saya acuh, seperti kamu. Yang kian hari, kian menjauh"

********

"Jangan bodoh Chika! Ini hujan. Kamu bisa sakit" Sakha menggenggam erat tangan Chika

"Gapapa Kha, aku memang pengen sakit. Aku capek kaya gini terus"

"Kamu bodoh Chika"

"Kenapa sih Kha? Kamu begitu acuh sama apa yang aku rasakan. Kamu begitu menganggap masalah ini adalah hal kecil"

"Terus aku harus gimana Chika? Nangis kaya gini pun gaakan bikin semuanya jadi baik-baik aja 'kan?"

"Aku sakit Sakha, hatiku hancur" Memberanikan diri untuk memeluk tubuh kekar Sakha malam ini, dibawah rintikan hujan ia menumpahkan semua tangisnya.

"Aku gabisa kayak gini, aku terlalu egois buat terima semua ini Kha" Sakha mengusap punggung Chika, mengecup ujung kepala gadis itu.

"Masuk mobil ya?" Dan anggukan dari Chika akhirnya membuat keduanya berada  didalam mobil Sakha malam ini.

"Setelah ini, janji ya jangan nangis-nangis lagi? Kamu harus ikhlas Chik" Chika mengangguk

"Jadi jelek gini kamu kalau nangis terus" Sakha mencoba menghibur Chika, diluar masih hujan, ia lupa tidak membawa ponsel.

"Handphone kamu mati ya?"

"Iya, baterainya habis" akhirnya Chika angkat bicara

"Apa bisa Kha aku ngelupain kamu? Aku kadang takut Kha, harus terima kenyataan pahit lagi kalau kamu udah berhasil lupain aku dan bahagia sama oranglain sementara aku masih sangat mencintai kamu" Chika menangkup wajah Sakha, kontan saja Sakha menjauhkan wajahnya, gerakan refleks yang membuat Chika tersenyum miris.

"Malam ini aja Kha, malam ini kita lupain status kita sebagai Adik Kakak, aku janji Kha setelah ini aku akan coba buat melupakan semuanya"

"Kamu janji Chika? Bukan aku yang pengen kamu buat melupakan aku, tapi kita memang sudah seharusnya untuk berhenti" Sakha benar, selama ini Chika terlalu egois. Terlalu menganggap bahwa ia lah yang paling banyak menerima luka disini.

"Aku janji Kha"

******

"Handphonenya Sakha ketinggalan dirumah, dan nomor Chika juga gaaktif, saya khawatir kalau mereka kabur berencana" Kharis memandang Danu dan Arum secara bergantian, ngomong-ngomong baru kali ini ia bertemu langsung dengan istri kedua suaminya itu -Arum- wanita itu cukup ramah, taklupa Arum juga mengkhawatirkan keadaan Chika.

"Memangnya Sakha gabilang kalau dia mau bawa anak gadis orang?!" Pertanyaan sinis itu keluar dari mulut Kharis

"Chika juga anak kami Ris, jangan menyudutkan Sakha seolah ia yang bersalah disini"

"Kamu pasti bimbang 'kan Dan, ini semua kesalahan kamu! Seandainya kamu tidak berpoligami mungkin keadaannya gaakan seperti ini. Kamu terlalu mementingkan diri kamu sendiri!!"

"Bicara apa kamu ini?! Chika dan Sakha hilang, kamu masih mebahas masalah yang sudah berlalu?! Gawaras kamu Ris!"

"Sudah Yah cukup. Kita lapor polisi aja" Arum menyarankan

Heart In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang