18》Penolakan

7.3K 1K 77
                                    

"Bit!! Tunggu!!" Teriak kenes masih dengan mengejar sahabatnya tersebut.
Bita sendiri tak menghiraukan teriakan Kenes. Yang ia mau saat ini hanyalah berlari sejauh jauhnya. Membiarkan hatinya semakin remuk terbawa ingatan beberapa menit yang lalu.

"Bita!" Sentak Kenes setelah gadis itu berhasil mengapai pergelangan tangan Bita.
"APA!? LO MAU APA!!! MAU NYALAHIN GUE KAYA MEREKA HAH!!" teriak Bita marah.
Kenes tak heran Bita membentaknya seperti itu, ia mengerti betul perasaan sahabatnya saat ini.

"Ga! Gue gak akan nyalahin lo. Gue percaya sama lo. Gue kenal lo Ta. Gamungkin lo ngelakuin itu" ujar Kenes. Gadis itu menarik Bita kedalam pelukannya. Membiarkan sahabatnya itu menuangkan segala kekesalan yang terbentuk beberapa menit yang lalu.

"Gue gasalah Ken!" Lirih Bita dipelukan kenes sambil memukul mukul lengan sahabatnya tersebut. Bukannya marah Kenes malah semakin memeluk Bita erat seakan akan dengan memeluk sahabatnya itu, bisa menyalurkan energi agar keturunan Hernandez tersebut bisa lebih kuat.

"Nangis aja! Nangis sepuas lo. Tuangin semua sakit hati lo! Tapi abis ini janji sama gue. Lo gabakalan nangis lagi untuk mereka! Gabakal ada yang bikin lo mewek kaya gini lagi!" Gumam Kenes tegas. Bita sendiri lebih memilih diam, kembali hanyut dalam tangisan mirisnya.

***

Dokter berjas putih itu berlalu pelan di depan keluarga Aubertha sesaat setelah menjelaskan kondisi kembaran Marcello tersebut, Meninggalkan shock mendalam untuk orang orang yang sejam lebih menunggu di depan ruang operasi. Bahkan Letta harus ikut di rawat karna darah tingginya yang tiba tiba kambuh.

"Sabar Ke, Queen pasti sembuh" ucap Derin sembari menepuk pundak Keo dua kali. Bapak tiga anak itu hanya tersenyum lirih menanggapi sahabatnya.

Ditengah keheninggan itu tiba tiba celetukan pelan Bobby membuat pandangan Keo dan sahabat sahabatnya mengarah pada perempuan yang sedang duduk di samping Cello.
"Kok gue malah curiga sama Acha dari pada Bita" celetuk Bobby. Tentu dengan intonasi di bawah rata rata.
"Iya, gamungkin kayanya kalau Bita yang lakuin itu. Kita udah beberapa kali ketemu Bita kan? Dan dia bukan orang kaya gitu" sahut Ria yang lebih pro kepada argumen Bobby.

"Sebenernya gue juga gapercaya sama Acha. Karna emang aneh. Sebelum ada dia semuanya baik baik aja. Tapi sekarang tiba tiba Queen masuk rumah sakit setelah ada dia" gumam Keo yang diangguki setuju oleh para sahabatnya.
"Kayanya kita harus cari tau dulu. Kita gabisa ngandelin saksi mata yang dibawa Acha. Ya kalau memang itu akurat, kalau mereka dibayar?" Timpal Rawnie. Keo mengangguk setuju dengan pendapat Rawnie.
"Gue bakal cari tau. Tolong titip Letta sama Queen" ujar Keo lalu segera berlari keluar menyusuri koridor rumah sakit.

Berbeda dengan Keo yang berusaha mencari kebenaran. Marcello hanya duduk diam sambil memandang sendu ruangan di depannya.
"Udahlah Cel. Lo jangan sedih terus dong. Queen pasti sembuh kok" kata Acha mengusap pelan lengan Cello.

"Gue masih gapercaya Bita lakuin itu cuma gara gara gue bela lo tadi pagi. Kalau dia emang gasuka sama omongan gue. Gadengan cara keji kaya gini dong" kesal Cello yang emosinya tiba tiba membuncah. Diam diam Acha tersenyum mendengar gumaman laki laki disebelahnya.

"Makanya lo jangan sedih terus. Lo harus bangkit buat bales dia! Lo harus kasih dia pelajaran buat ngebales sakit Queen ini" kompor Acha. Gadis itu benar benar harus menahan senyumnya agar tak terlalu ketara saat melihat raut amarah di wajah Marcello. Kali ini ia benar benar puas. Bita benar benar kalah telak.

Cello berdiri, membuat Acha mau tak mau ikut mendongak.
"Gue mau ke ruang inap mommy" gumam Cello pelan dan langsung beranjak dari berdirinya menyusuri koridor menuju ruang inap Claretta. Acha sendiri tak mau mengganggu momen bermenye menye keluarga ini. Gadis itu segera berpamitan untuk merayakan kesuksessannya. Tentu saja dengan orang yang membantunya.

Real Love (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang