Dan aku menghancurkan diriku sendiri,
Karna telah aku biarkan diriku mencintaimu.***
Cello mematung. Badannya kaku. Ia mendengar semuanya. Mendengar pertanyaan itu. Mendengar jawaban itu.
Gadis yang ia cintai mengucapkan kata kata yang teramat ia takuti.Laki laki itu menggeleng pelan. Berusaha menolak apa yang ia dengar. Tapi ini nyata. Ia tidak bisa lari. Ia tidak bisa mengubah. Yang ia lihat saat inilah yang terjadi.
"Bener Bit?" Cello bahkan bisa menangkap nada kelewat bahagia dari pertanyaan Rico.
Bita mengangguk, Membuat Cello semakin down karnanya.Dan pemandangan selanjutnya sudah cukup membuat Cello mengerti. Laki laki itu berbalik. Berlari kembali. Entah kemana yang jelas dia ingin pergi dari sana.
Bita memperhatikan punggung Cello yang semakin menjauh dalam dekapan Rico. Gadis itu tau, yang ia lakukan adalah kesalahan besar. Ia telah mengorbankan dua hati yang berjuang atas dirinya. Ia membohongi orang lain dan dirinya sendiri. Tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia terpaksa melakukan semua ini.
Gadis itu memeluk Rico semakin erat. Menenggelamkan kepalanya diantara bahu dan leher laki laki yang telah resmi menjadi pacarnya itu, hanya untuk sekedar menekan rasa sakitnya.
***
"ARGH!!! SIALAN!!!" teriak Cello marah. Laki laki itu menendang semua meja dan kursi yang ada di sekitarnya, membuat meja meja yang bertumpukan tersebut berdentum nyaring saat menyentuh lantai.
"Kenapa lo tega nyakitin gue!!!" Teriaknya lagi. Cello benar benar kacau saat ini. Hatinya sakit mengetahui bahagia Bita bukanlah dirinya lagi.
Cello terduduk di pojok gudang. Tangan kanannya sibuk menjambaki rambutnya sendiri. Mencurahkan segala kekesalannya dengan menyakiti dirinya sendiri.
Laki laki itu diam. Merasakan sesak yang semakin melesak kedalam hatinya. Cello kini sendiri. Benar benar sendiri. Tidak akan ada yang mengerti dia.
Kalau saja ia bisa memutar waktu, ia tidak akan pernah menyakiti Bita.
Sedikit pun tidak akan pernah.***
Beberapa hari berlalu. Semuanya menjadi berubah. Sekarang Segalanya menjadi tak sama. Cello dan Bita bagai dua manusia yang tak pernah mengenal satu sama lain. Keduanya sama sama menjauh dengan cara yang mereka buat masing masing.
Tak ada sapa, tak ada canda, tak ada cacian dan sebagainya. Bita yang berusaha keras melupakan Cello dengan membuka hatinya untuk Rico. Dan Cello yang semakin di kenal sebagai pentolan Sadis oleh masyarakat Garuda.
Tapi tak dapat dipungkiri. Mereka berdua sama sama merasa kosong. Merasa hampa. Ada space yang mengganggu hidup mereka. Tembok besar yang tanpa mereka sadari terbangun kokoh diantara keduanya, membuat mereka terpisah semakin jauh.
Kenes menyikut pelan lengan Inneke, membuat perempuan yang sedang asik mengunyah baksonya itu menoleh bingung.
Kenes menjawab tatapan Bingung Ine itu dengan lirikan ke arah Bita. Ine yang tau akhirnya mengikuti arah pandang Kenes dan langsung menemukan wajah melamun Bita dengan tangan yang asik mengobok obok isi dari mangkok baksonya.
"Woi! Dimakan!" Sentak Ine. Bita terperangah kaget, gadis itu lalu melirik tajam kakak ponakannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Love (TERBIT)
Ficção Adolescente[SUDAH TERBIT, SEBAGIAN CERITA DIHAPUS] (Sequel Mommy In 17) Tsabita, seorang gadis cantik nan pintar, harus rela hidupnya diganggu oleh seorang Badboy kelas kakap seperti Marcello Segala sumpah serapah harus selalu ia keluarkan setiap berhadapan...