Selasa tanpa rasa

37.7K 882 11
                                    

Assalamualaikum.

Lapak ini berdebu sekali, tapi Alhamdulilah akan terbit dalam waktu dekat di @novelindo publishing. Kebetulan udah TTD KONTRAK dengan penerbit.

Seneng? Hehehe

Ini anak pertama yang mengantarkan aku semangat menulis, terus belajar dan perbaikan.

Jadi, aku akan Aploud ulang versi revisi penerbit. Kalian jangan lupa order untuk Nanda dan Afila ya, staytune Lagi sampe aku buka open PO.♡♡

Suratni

Happy reading.

: -: Tuhan menyatukan dua makhluk dengan banyak perbedaan, kamu tahu mengapa?  Agar kita berjuang mempersatukan segala perbedaan itu. :-:

Remaja cantik hampir tersedak setelah mendengar ucapan Anisa, mamanya. Biasanya dia tidak akan menolak apapun permintaan Anisa, tapi mengenai pindah sekolah secara mendadak sungguh tidak masuk akal dengan alasan yang sulit di mengerti.

" Untuk apa sih ma pindah sekolah, SMA5 kan emang sekolah yang aku incer dari SMP. Aku disekolah ngasih mama penghargaan terus lho, juara umum bahkan Olympiade kimia kemarin aku bisa bawa pulang medali emas. Yang bener aja pindah ke swasta, nggak deh." Ia melanjutkan makan malamnya.

Afila Nandi Putri, siswi kelas XI di SMA5. Sekolah favorit yang merangkup anak pintar, terkenal prestasi yang luarbiasa. Tentu saja menolak pindah ke SMA Cendikia, selain swasta Afila enggan bersaing dalam kontes kecantikan.

Di sana, sekolah yang terkenal dengan siswi jebolan model, aktris, boyband dan masih banyak hal lainnya. Walau ia akui Cendikia unggul dalam olahraga, olympiade tahun ini Cendikia menguasai semua cabang olahraga termasuk basket.

" Kan lebih efektif, deket dari rumah juga kak."

" Nggak ma," Afila menolak." Aku nggak mau masuk ke Cendikia, yang ada jadi kurcaci memalukan. Mereka disana punya wajah semua, aku nggak suka."

" Jadi selama ini kamu nggak punya wajah?" Anisa terkekeh," kamu cantik kak. Kalau keluar dari sana kamu bisa ambil kejurusan, mama ingin kamu punya skill yang lebih fokus."

" Cuma itu alesan mama pengen aku pindah ke Cendikia? Skill aku ada di Kimia ma, suka di Laboratorium. Mana tau besok bisa menghasilkan senyawa - senyawa baru."

" Nggak kak, mama mau kamu wujudkan impian menjadi penulis atau bahkan jadi sutradara di naskah kakak sendiri. Mama perhatikan, kamu udah mulai nggak perduli lagi tentang literasi."

Afila memberengut, menyingkirkan piring sisa makan malamnya.

" Harusnya nggak sekarang mama mau aku jadi penulis, udah kelas Dua gini." Sesalnya.

" Belum dong, masih ada satu tahun lagi." Anisa masih bersikukuh.

" Ma.." Afila ingin menolak namun ucapannya lebih cepat di potong Anisa.

" Mama memberi akses yang terbaik untuk mewujudkan mimpi kamu lho Fil, masa harus di tolak."

" Aku tau kok, selain alasan itu mama mau aku satu sekolah dengan Nanda kan. Anak om Alidan yang mama jodohin ke aku itu sekolah di sana juga, mama mau buat aku menderita?"

" Bukan itu maksud mama kak, Nanda pilihan keluarga sedangkan penulis adalah pilihan kamu dari kecil. Tuh di kamar, tulisan kamu banyak banget. Surat - surat teman pena kamu juga masih mama simpen, masa kamu nggak mau wujudkan mimpi." Anisa memberi pencerahan.

Afila tersenyum kaku mendengar ucapan mamanya mengenai teman pena, itu benar. Sejak SMP dia mulai fokus pada dunia literasi, koleksi novel dan majalah bertumpuk di lemari sampai pada akhirnya ada acara tukar teman pena, pertamakalinya ikut bergabung dan menemukan teman pena yang satu tujuan, mereka beda sekolah namun beberapa kali bertemu sampai pada akhirnya berpisah, teman penanya melanjutkan SMA di luarnegri.

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang