Pagi minggu, setelah merapikan dan membersihkan ruangan Afila keluar untuk mencari udara sejuk di teras rumah. Langkahnya terhenti ketika berpapasan dengan Mbak Chika, seorang Makeup artis yang di percaya untuk membuat penampilannya lebih cantik hari ini.
" Hei Afila, apa kabar?" sapa perempuan itu ramah setelah jarak mereka cukup dekat.
" Baik mbak, seperti biasa." jawabnya bersahabat." Jarang ketemu nih sama mbak Chika, job nya banyak banget mestinya kan. Ayo mbak, kapan traktir aku makan bakso di warung mang Ujang?"
Ia tertawa mendengar ucapan Afila," kamu nih masih suka bercanda ya, mbak fikir udah lama nggak ketemu makin dewasa. Congrats ya Fil, akhirnya kamu lamaran juga."
Afila menyipitkan mata ke arah mbak Chika, tidak terima." Seriusan deh sekali lagi aku denger mbak ngomong begitu, habis maghrib aku kabur dari rumah."
Tawa perempuan itu semakin lebar, " jangan. Memangnya nggak kasihan mbak diomelin mamanya kamu kalau mendadak aja kamu nggak ada dikamar dan nggak jadi dilamar dong."
" Ya mbak sih," Afila terkekeh, menatap beberapa persiapan untuk acara nanti malam.
" Mbak masuk dulu ya." Chika membawa peralatan make-up kedalam rumah, Afila hanya mengangguk setuju.
" Masuk aja kekamar aku mbak, maaf kalau sedikit berantakan."
" Gapapa, biar mbak tambah berantakin nanti." Candanya sembari berlalu kedalam rumah.
Afila memberengut walau mbak Chika sudah tidak lagi berada di teras rumah, desiran hatinya sudah berbeda sejak kemarin, proses lamaran semakin mendekat. Awalnya menghitung hari dan sekarang menanti arah putaran jam saja untuk menemui sore. Air Mancur di depan rumah terlihat deras hingga menimbulkan percikan yang indah, mengapa suasana hatinya tidak bisa sama?
" Udah lama lho kak kita enggak ngumpul di sini," lirihnya tersenyum hambar." Sekedar mengerjakan tugas ataupun menghabiskan waktu untuk bermain gitar dan gue nyanyi lagu kesukaan kakak."
" Siapa?" Tutur Anisa yang sudah ikut duduk di samping Afila.
Gadis itu menoleh ke samping, buru – buru menggeleng," bukan siapa-siapa kok ma."
" Beneran?"
" Ngapain juga bohong sama mama, kan nggak boleh." Ia sedikit mencetak senyum.
" Hidup ini tidak ada yang sempurna, terkadang malah lucu.Yang bukan di harapkan justru menjadi bagian hidup kita walaupun terdengarnya miris, tapi itu adalah sebuah fakta yang sering kita temukan."
Afila sontak menoleh dengan bingung." Maksudnya mama apa?"
" Mama ngerti kalau kamu ingin nyimpen sendiri," balas Anisa hangat." Tapi mama akan lebih seneng kalau kamu mau cerita."
" Temen pena aku, mama kenalkan siapa kak Adit. Dulu dia sering dateng kerumah, walaupun mama jarang ketemu tapi dia lho yang terus nemenin aku setelah balik sekolah. Di tempat ini kadang kita ngerjain tugas padahal sekolahnya aja beda, dia baik dan orangnya perhatian banget sama aku ma, sesekali kak Adit bawa gitar dan kita seru – seruan bareng. Indah banget sampe pada akhirnya berpisah, dia ngelanjutin sekolah ke luarnegri. Nyampe sekarang tanpa kabar,"
Anisa mengerti," pacar kamu?"
" Bukan sih, kak Adit bilang kita cuma berteman."
Anisa membalas." Kalau hanya berteman mengapa kamu tidak mencoba untuk melupakan?"
" Enggak mudah ma, ibaratnya batu yang di tetesi air hujan, memang akan berlubang juga tapi butuh waktu.benerkan? " Ia menatap manik mata Anisa," mama enggak faham sih bagaimana kebaikan kak Adit nemenin aku."
![](https://img.wattpad.com/cover/110600442-288-k981358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)
Teen Fiction→DILARANG BAPER,WALAUPUN MENYAKITKAN.← Aku punya rasa yang tak biasa setelah cukup lama memudar tanpa warna. Sedikit akan aku deskripsikan bagaimana posesifnya aku yang terus membekas di ingatan, di ingat bagaimanapun akan terasa hangat sampai menut...