Ada apa Hati

13.3K 506 13
                                    

Pagi cerah, Afila menuruni tangga dengan seragam baru. Tampilannya sedikit berbeda sebab sekolah barunya berbeda dari sebelumnya, Cendikia terkenal penampilan dibanding prestasi. Ia memastikan jam yang melingkar dipergelangan tangan, masih ada waktu Tiga puluh menit menjelang bel masuk.

Jarak rumah dan sekolah tidak jauh, sepuluh menit jika mengendarai motor dan Lima belas menit jika jalan kaki.

" Pagi kak, duh anak mama cantik banget." Puji Anisa pangling melihat tampilan Afila jauh berbeda, sedikit melihat kan style nya sebagai anak designer." Kalau tau begini mama udah jodohin kamu dari awal masuk SMA."

Afila mendengus," nggak ada hubungannya ma, please deh." Ia meletakkan tas di kursi sebelah, tatapannya tidak beralih dari benda pipih di tangan.

" Mau mama anter atau bawa mobil sendiri?" Anisa meletakkan menu sarapan dihadapan Afila.

" Jalan kaki aja deh, kan deket." Ia meletakkan handphone diatas meja, mulai menikmati sarapan.

" Eh enggak, walaupun deket bahaya kak. Mama nggak mau deh, amit – amit kalau nyampe kecopetan atau yang lain, bawa mobil atau minta jemput Nanda."

" Bawa mobil sendiri," sahutnya cepat ketika mendengar nama Nanda sudah dibawa – bawa.

" Cincinnya mana kak? Kok nggak dipake?" Mata Anisa menatap jari manis Afila yang kosong.

" Di dompet, aku kan mesti sekolah ma. Nggak enak dong kalau make cincin begitu." Afila beralasan logis, walau tahu mamanya tetap tidak terima.

" Mama nggak mau denger alasan, pake kak."

" Ih ma," Afila menatap sebal." Balik sekolah aku pake lagi kok cincinnya."

Anisa menggeleng." Kamu liat Nanda tuh, dia nggak akan buka cincin lamaran dan pertunangan kalian."

" Lamaran apa tunangan sih ma? Aku malah bingung deh, banyak banget."

Afila menyudahi sarapan, meneguk susu yang masih tersisa di gelas.

" Dua – duanya, yang pasti kalian sudah punya hubungan serius." Anisa terkekeh, mengambil piring dan gelas kotor milik Afila." Selamat belajar dan bertemu masa depannya di sekolah."

Afila geleng – geleng kepala, yang dilamar saja biasa – biasa saja justru mamanya begitu exicited.

" Kunci mobil dimana?" Afila meninggalkan meja makan, bersiap- siap berangkat ke sekolah.

" Atas meja TV, mama letak disana seperti biasa."

" Oke, aku berangkat. See you di butik ma." Ucap Afila sembari menyalami mamanya," dan mama jangan lupa minum obat ya."

" Hati – hati, kalau kamu kesusahan cari aja Nanda. Dia kelas Tiga IPA atau samperin langsung di ruang osis." Sahut Anisa mengantarkan anaknya hingga ke depan pintu

." Mama bukan bagian Cendikia tapi udah tahu banyak tentang Nanda," cibirnya menuju ke mobil.

Anisa terkekeh lagi," Lho kamu ini gimana sih. Mama memang nggak bagian Cendikia tapi kan Nanda bagian rumah ini."

" terserah mama deh, ngomongin Nanda nggak akan ada habisnya di mata mama tuh, Nanda emang terbaik." Ia masuk kedalam mobil, perlahan – lahan meninggalkan garasi." Bye,.."

Anisa melambaikan tangan, sampai mobil Afila kasat mata baru ia kembali masuk kerumah.

Hari Senin, jam masuk sedikit dipercepat untuk melaksanakan upacara bendera, jadi hal biasa jika para siswa –siswi sudah berkumpul didepan kelas masing – masing. Afila kebingungan, hari pertamanya sebagai siswi baru mana mungkin tahu posisi kelas dan ruang guru. Kalau perbandingan jumlah siswa, Cendikia sangat banyak dibanding SMA5. Sebab SMA5 adalah sekolah binaan khusus, siswa pilihan.

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang