Direct Message dari Afila

8.4K 358 20
                                    

_ Aku mengulurkan tangan pada insan tuhan secantik Afila Nandi Putri pada mimpi._ ( Nanda Eko Putra)

Nafasnya tidak beraturan, bagaimana mungkin menjelang hari pernikahan yang sering mendatangi mimpi justru Afila.bahkan bukan hanya satu kali, setiap ia memejamkan mata pasti akan ada perempuan itu. Pernikahannya sudah didepan mata, bisa dihitung pakai jari.

Jam masih menunjukkan angka Tiga dini hari, sudah bisa dipastikan jam yang sama pasti mimpinya tentang Afila. Sampai, ia fikir bukan hanya kebetulan melainkan sebuah pertanda. Berkali – kali Nanda menyadarkan diri, berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Ia selalu mencoba mengadu pada sang maha pencipta, setidaknya ada tempat meluahkan rasa yang terkadang egois sebelum memiliki Candra sebagai pendamping hidup.

Setelah membasuh muka, handphonenya dinyalakan. Membuka kembali pesan – pesan masuk yang belum sempat dibaca, hanya ada beberapa pesan dari Candra dan om Adly. Pamit berangkat ke Bangka Belitung guna urusan bisnis dan mendoakan semua urusannya lancar hingga hari resepsi.

Entah mengapa, jemarinya beralih pada aplikasi IG dan membuka semua DM yang belum terbaca. Ada nama asing tanpa foto yang mengiriminya pesan, kata – katanya cukup menyentak hati dan itu adalah Afila. Akun ke- duanya jauh dari nama asli.

@Penulisendu: Hai Nanda, apa kabar kamu disana? Maaf ya, dengan sangat terpaksa aku mengirimi pesan. Malam ini aku rindu kamu, mungkin rindu yang hanya ingin bermain. Aku lagi nangis, sambil memanggil namamu agar kembali. Hehehe, nggak sih. Kamu kan punya mawar baru,. Aku lupa kalau mau cerita, kemarin diantar kak Adit dan kak Nesya aku menemui Mawar Syahlendra. Kenapa ya, aku makin nggak ngerti, nama kita berdua ada banyak kemiripan dan nama Candra hampir tidak beda dengan Mawar pertamamu. Hufft, semua ini membingungkan. Oh ya, aku udah berhasil menjadi penulis. Walaupun bukan kamu yang menemani aku lagi, aku masih sendiri dan kamu sudah berdua. Jangan cerita apa – apa ke mama, aku nggak kuat dengerinnya. Apalagi kalau tentang Candra, aku cemburu. Dari Afilafyu, milikmu.

Pesan itu dikirim sekitaran Tiga bulan lalu, ia terpaku setelah menyelesaikan kata demi kata yang ditulis Afila. Senyumnya terukir tipis, tentangnya tak akan ada habis yang namanya mencintai.

Mengalihkan fikiran yang semakin kacau, Nanda memilih menyibukkan diri pada pekerjaan kantor.

" Nan, Nanda." Panggilan dari arah luar pintu kamar." Buka pintunya, ada kabar penting." Ketukan pintu beralih mengedor.

" Bentar," Sahutnya.

" Afila dan papanya kecelakaan," Erin terlihat begitu panik." Nih, baru dikabarin sama bundanya kamu, langsung nyusul ke Bangka Belitung."

" Afila salahsatu korbannya kak?" Nanda mematung, mendadak linglung.

" Iya Nanda, yang luka parah hanya Afila dan papanya." Erin menyadarkan Nanda ." Kamu nggak usah ikut ya, bantu Candra untuk persiapan pernikahan, biar kakak, papa dan mama yang akan menyusul ke Bangka. Nemenin tante Anisa."

DEG!

Tubuhnya panas – dingin, perempuan yang baru saja menjadi beban fikirannya menjadi kabar tidak mengenakkan. Apa ini mimpi? Perasaannya campur aduk, seingatnya om Adly pamit pergi ke Bangka Belitung tanpa mengajak Afila, atau ada di pesan terakhir sebab ia tidak membaca sampai habis.

" Aku ikut, kakak yang bantuin Candra." Ucap Nanda menjauh, masuk kekamar untuk bersiap – siap.

" Ayo Rin, keburu ditinggal kamu." Ajak Husna, buru – buru keluar dari kamar menyusul suaminya yang sudah ke Garasi mobil lebih dulu.

" Aku nggak ikut ma," katanya pada Husna." Nanda yang gantiin, dia ngotot juga."

Langkah Husna terhenti, berbalik pada anak perempuannya." Gimana?"

" Kasihan Nanda ma, dia khawatir banget denger kabar kecelakaan Afila. nggak apa – apa kok dia yang berangkat, aku bisa kok ngurusin semua persiapan resepsi." Erin memberi pengertian," gapapa ma. Jangan khawatir."

" Ya udah, suruh dia cepetan." Jawab Husna berlalu.

Erin mengangguk, menyusul Nanda yang masih bersiap –siap didalam kamar.

" Kalau aku sampai kehilangan Afila, seumur hidup nggak akan maafin diri sendiri." Makinya, khawatir dan ketakutan bercampur aduk menjadi satu. Tidak mau kejadian Mawar terulang lagi, cukup mawar pertamanya yang layu dan tak akan pernah kembali. Jangan sampai mawar yang ini menjadi tragedi paling menyakitkan.

MWMS

Sepanjang perjalanan, Anisa menangis tiada henti. Kabar yang tidak pernah diinginkan mengisi indera pendengaran. Tubuhnya mendadak lemas, padahal Adly dan Afila pamit secara baik – baik sebelum terbang ke tempat tersebut namun kabar yang diterima bukan tentang liburan anak tercinta, melainkan kecelakaan beruntun yang melibatkan anak dan mantan suami menjadi korban.

Sampai dirumahsakit pun, airmatanya semakin deras membasahi pipi. Anaknya terbaring tidak berdaya, masih berada diruang ICU. Rasanya detak jantung Anisa berhenti seketika, apa yang dilihat sekarang seperti mimpi yang menjadi bunga tidur semata.

Seluruh tubuh Nanda menggigil, tak menyangka Afila yang terbaring tak sadarkan diri disana. " Afila, kamu pasti kuat, saya yakin kamu bisa melewati masa ini." Lirihnya, airmatanya jatuh sebagai seseorang yang paling menyayangi.

Tampak Alidan dan Husna menenangkan Anisa yang terisak – isak, hingga perempuan dengan pakaian khas berwarna putih menghampiri mereka.

" Kami sudah memberikan penanganan yang terbaik bu, namun tepat pukul 12. 30 WIB tadi pak Adly sudah menghembuskan nafas terakhir." Ungkap dokter tersebut.

Pandangannya gelap, seperti bumi runtuh seketika mendengar kabar paling menyakitkan. Bukankah kemarin mereka masih bertukar tawa, dan sekarang sudah menutup mata untuk selamanya. Anisa jatuh tak sadarkan diri, kehilangan orang yang paling dicintainya selama bertahun – tahun.

Tak kalahnya histeris Isna yang baru saja tiba dirumahsakit dengan anak digendongan, walau dari jarak cukup jauh ucapan dokter perempuan itu terdengar jelas di gendang telinga.

Selasa, hari ini tercatat sebagai hari yang paling menyedihkan. Kehilangan lagi, suasana mencekam diantara kerumunan tak membuatku mendengar ada orang disana. Rumahsakit, simbolnya kematian dari setiap insan tuhan yang bernafas. Beberapa tahun lalu, dilorong gelap gulita aku terduduk rapuh mendengar kabar hembusan terakhir dari orang yang paling aku jaga. Sekarang, ada dua wanita mendadak layu. Dia adalah bunda dan tante Anisa.

Mataku berair, pada ruangan yang ditempati perempuan cantik dengan selang – selang kehidupan. Bertahanlah, Afila. Permohonan ku paling dalam, aku tak siap kehilangan kamu bahkan tak mau, jangan egois lagi. Semua belum berakhir, katanya kamu ingin melihat naskahmu masuk ke bioskop kan? Kamu mengajak aku untuk menemani disaat perdana tayang nantinya. Aku janji akan ada, menemani kamu sampai kapanpun.Kamu harus bangun, dunia sedang menunggumu.

Tubuhmu terlalu kecil, rapuh harus dilengkapi berbagai peralatan medis. Itu kekejaman yang menyiksa, kamu boleh kuat menghadapi kehidupan namun kamu adalah sosok perempuan lemah yang butuh bahu sandaran. Tawamu terlihat dunia namun tangismu memilih bersembunyi disebalik bantal tidur, kata – kata pilihanmu mampu mengguncang pembaca, jauh berbeda pada hatimu yang terlalu hancur, bahkan kepingan itu sangat sedikit yang tersusun rapi. Aku mau merapikannya Afila, tanpa ada keluhanmu yang menyedihkan.

Berjanjilah, hari ini segera membuka mata. Papa sudah pergi namun tidak mengajakmu Fil, masih banyak PR kehidupan yang harus kamu selesaikan.

TBC

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang