Cerita di Bioskop

11.9K 436 2
                                    

- Walau di anggap hanya sebatas teman, aku pernah berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan kepastian.- (Afila Nandi P)


Satu minggu terasa satu detik, terlalu cepat. Sudah selama itu Afila menjadi siswi baru dan selama seminggu juga dirinya menjadi bagian hidup Nanda. Kalau difikir – fikir menjadi sulit bagi Afila menerimanya, Nanda baik dan sangat perhatian. Beda dengan ucapan Rara, lelaki yang menjadi tunangannya adalah orang yang berhati lembut penuh kasih – sayang. Seminggu belakangan Nanda selalu ada, kalau tidak sore sudah dipastikan batang hidungnya akan ditemui malam hari, datang hanya untuk memastikan bagaimana suasana hatinya di sekolah dan banyak hal lagi tanpa bisa diungkapkan.

" Kamu suka cokelat?" Nanda memperhatikan Afila, mereka akan menonton film sore hari ini. katanya film bioskop lagi bagus – bagusnya, Nanda sih yang ngomong begitu sebelum berangkat.

Remaja cantik disebelah Nanda sedikit tidak nyaman, sejak tadi menunggu masuk ruangan ia malah sibuk celingukan ke kiri – kanan. Memastikan keadaan baik – baik saja, yang pasti tidak ada anak Cendikia disekitaran mereka.

" Kamu kenapa sih? Ada yang lagi ditungguin?" Mata Nanda ikut mengedar ke sekeliling.

" Lo nggak takut bawa gue kesini?" Tanya Afila mengambil cokelat batangan dari tangan Nanda dan melahapnya.

" Kenapa saya mesti takut? Memangnya ada apa?" Nanda tidak mengerti ucapan Afila, terlihat dirinya semakin bingung.

Afila mendecak kesal," gimana kalau ada anak Cendikia dan ngeliat kita berdua nonton bareng. Lo bakal kena masalah, ngerti nggak?" ia berusaha menjelaskan sedetail mungkin.

Nanda tertawa pelan," apa masalahnya. Saya jawab aja kamu kekasih saya dan calon istri. Gampang kan?"

Jemari mungil itu mendarat di pinggang Nanda, cubitannya keras sampai Nanda meringis menahan sakit.

" Gue serius," Afila mendelik.

Nanda mengalihkan tangan kecil Afila dari pinggangnya dan tergenggam." Masuk yuk, tiket nonton sama kamu kan?"

Afila nurut, mengikuti Nanda yang menariknya masuk keruangan, tiba – tiba luluh dan melupakan rasa kesal yang seharusnya terluapkan.

" Kamu cantik." Ucap Nanda ketika mereka baru saja menemukan tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera," marah sekalipun tetap cantik." Pujinya lagi.

Diam – diam senyum Afila tercetak disudut bibir, pujian dari Nanda membuat dirinya hampir tersedak. " Itu artinya lo beneran suka sama gue?"

" Maksud kamu?" Nanda menatap wajah Afila diantara gelapnya ruangan, walau mata mereka saling berbenturan namun tidak lama, Afila memilih kembali menatap layar besar didepan.

" Menurut gue pertanyaan tadi gampang banget ketangkep di otak, lo basa – basi doang kan." Katanya berusaha santai, padahal didalam hati sudah tidak beraturan, degup jantungnya saja hampir didengar oleh pengunjung bioskop, weekend seperti biasa. Banyak manusia menghabiskan waktu luang disini, mencari hiburan guna menenangkan hari padat setelah beraktivitas sepanjang hari.

" Bisa nunggu?" Nanda bersuara pelan, takut terdengar oleh orang sekitar.

" Nunggu sampe perasaan lo ada buat gue?"

" Iya, kaya gitu." Lagi – lagi jawabnya ngambang.

Afila manggut – manggut, untuk apa juga ia menanyakan perasaan Nanda. Apa yang sedang diharapkan dari lelaki disebelahnya, apa benar kata Poppy kemarin kalau ia seharusnya membuka diri dan melupakan Adit. Mengenai sosok Nanda, akhirnya ia buka rahasia pada sahabat abadi sepanjang hidupnya itu. Setidaknya ia punya tempat pulang kalau saja ada masalah, apalagi mereka berada dilingkaran yang sama baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang