Ujian Akhir kelas Tiga

7.6K 359 13
                                    



_ Ujian akhir sekolah berbeda dengan ujian membiasakan diri tanpa kamu_

Akhirnya, masa – masa terakhir siswa kelas Tiga telah tiba. Senin, hari mereka memulai berkutat dengan ujian akhir, masa – masa paling menegangkan setelah Tiga tahun menjadi bagian Cendikia. Menjadi hari kebebasan bagi adik – adik kelas, mereka libur selama ujian masih berlangsung.

Begitu juga Afila, meski sudah Tiga hari mendekam diri dirumah. Bolak – balik menatap laptop, mengarang penuh atas revisi dari pihak penerbit namun jauh dilubuk hati ia terus memikirkan Nanda. Sosok yang sudah mengakhiri kedekatan mereka, tanpa kabar bahkan mereka memutuskan untuk saling memblokir kontak masing – masing. Sebegitu takut atau berniat melupakan, sekarang tidak ada lagi aktivitas saling bertukar pesan manis mengisi kejenuhan setelah seharian sibuk disekolah. Menghabiskan paket telpon hingga larut malam, bercanda hingga terlelap. Nanda benar – benar tidak mau diganggu lagi, proses mengasingkan diri akan berjalan sesuai harapan. Setidaknya untuk Nanda akan menjadi perjalanan nyata melupakan nama dan bagian dari Afila.

Benar kata Adit, versi teman lalu membuatnya mati kutu. Kalau hal kecil saja bisa jadi rindu, lantas bagaimana dengan waktu mereka terlalu banyak dihabiskan berdua.

Afila frustasi, mengacak – acak rambutnya setelah tak menemukan titik terang. Ia keluar, mencari mamanya didapur, biasa perempuan paruh baya itu akan sibuk membuat cemilan sebelum pergi ke butik.

" Ma.." Panggil Afila," mencicipi kue yang baru saja keluar dari pemanggang." Nggak ada niatan gitu main ke rumah tante Husna?"

Anisa terlihat bingung, menyadari ada tingkah Afila yang begitu aneh." Mau ngapain?"

" Silaturahmi aja, lagian kita udah lama kan nggak kesana?" katanya lagi, memberikan kemungkinan besar agar Anisa menyetujui.

" Mereka lagi nggak dirumah, kemarin ngabarin mama katanya pada ke Ausi. Ngurus kuliahnya Nanda." Anisa melanjutkan masakannya," kamu nggak dikabarin Nanda lagi?"

" Enggak," ia menggeleng." Kita udah nggak ada komunikasi seperti biasa."

" Kenapa?" Anisa masih fokus mengadon tepung." Mama lihat, baik –baik aja kalau lagi bareng. Berantem ya?"

" Kemarin kita deket karena maunya Nanda, dia nggak bisa terbebani karena rasa bersalahnya sebelum pindah ke Ausi." Afila menarik kursi, duduk disebelah mamanya." Aneh nggak sih ma, Nanda mau ngelakuin hal konyol kayak gitu, apa susahnya menjauh daripada memberi perhatian semakin buat dia sulit move –on."

" Dia atau kamu yang sulit move – on?" Goda Anisa, diselingi candaan.

" Kok aku sih, yang cinta kan Nanda ya dia yang nggak bisa lupa." Afila membela diri, menutupi agar tidak terbaca oleh mamanya.

" Eh, gimana revisian naskah novel kamu? Udah siap?" Anisa mengalihkan perbincangan, mengerti kalau Afila ingin membahas tentang Nanda lebih jauh.

" Udah." Jawaban Afila terdengar kesal." Ma, aku tuh nggak bahas revisian, dengerin dong."

" Tentang Nanda kan?" Anisa mencetak senyum kembali." Dia udah pamit ke mama, ngelepasin kamu dan ikhlas kalau nanti mama menerima lelaki baru yang kamu cintai. Sebelum pulang, dia banyak titip pesan ke mama untuk jaga kamu sebaik mungkin. Katanya, dia nggak bakal ganggu kehidupan dan impian kamu sebagai penulis."

" Berarti dia udah nggak cinta aku lagi dong ma?" ucapannya terdengar sedih, mengusap cincin pemberian Nanda yang melingkar dijari manis.

" Mungkin sudah enggak, dia keliatan nggak ada beban saat ngelepasin kamu." Anisa menghentikan aktivitasnya," dia pamit bukan karena mau pergi tapi saat melepaskan pertunangan kalian, dia nggak dateng dan mengembalikan kamu ke mama secara baik."

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang