Pertamakalinya kita berdua

14K 436 8
                                    

Entah ada angin apa, lelaki yang tadi siang menjadi bahan ceritanya bersama Poppy sudah duduk manis disofa ruang tamu. Bahkan tatapannya sekarang sedang fokus pada layar Laptop, untuk apa berkunjung kalau masih bawa –bawa tugas segala.

Tunggu, sepertinya ada yang salah dengan fikiran tadi bukan.

Afila berdehem, menyadarkan fokus lelaki tersebut. Benar saja, Nanda segera menatap Afila yang baru saja keluar dari kamar. Sudah mengenakan baju tidur, menandakan usiran halus agar tidak lama – lama bertamu.

" Hai" sapanya manis," saya ganggu kamu?" lanjutnya lagi menggeser jarak posisi duduk.

Afila menghela nafas dalam, ikut duduk disebelah Nanda." Ngapain sih dateng kerumah?" tatapannya terlihat begitu kesal.

" Ketemu kamu." Jawabnya tanpa beban.

" Biar apa?"

" Saya ingin tau gimana hari pertama kamu di Cendikia, dan saya minta maaf nggak sempet ketemu kamu padahal hari pertama sebagai anak baru nggak mudah." Nanda menutup lembar kerjanya dan mematikan laptop.

" Oh, gue ketemu orang baik kok." Afila menghidupkan TV, menghilangkan kecanggungan diantara mereka berdua." Jadi lo nggak perlu merasa bersalah, lo juga nggak lupa kan tentang omongan gue malam lalu. Gue nggak akan ganggu lo selama di sekolah."

" Siapa orang baik yang bantu kamu tadi?"

" Aditsyah, anak kelas Tiga IPA." Nada bicaranya sengaja Afila keras kan, ingin melihat ekspresi Nanda yang katanya sedang bermusuhan dengan Adit.

" Oh, udah ucapin terimakasih belum?" Nanda justru terlihat baik – baik saja, yang bermasalah itu Adit atau Nanda sih?

" Udah," sahutnya lagi." Tugas apaan tadi?"

" Di laptop?" Nanda menunjukkan benda dihadapannya yang sudah tidak menyala.

Afila mengangguk." Pentas seni?"

" Bukan, saya nggak pernah bawa tugas osis kerumah kok."

Walau Afila tidak menyukai lelaki disebelahnya, tapi cara bicara Nanda begitu lembut dan selalu tersusun rapi. Kalau bukan pertahanan hati yang kuat, bisa dipastikan ia pun sudah jatuh dipelukan lelaki ini.

" Lain kali cari saya aja kalau kamu ada kesulitan, saya udah ngomong dari awal kan." Nanda mengganti siaran di TV." Kurangin deh nonton sinetron, banyakin informasi tentang berita hari ini."

Afila diam, malas menjawab ucapan Nanda. Ada bingkisan diatas meja, tangannya langsung terulur untuk mengetahui apa isinya. Matanya menatap Nanda yang menikmati siaran berita yang sedang berlangsung.

" Lo yang bawa?" Tanyanya menunjukkan bingkisan didepan wajah Nanda.

Nanda mengecilkan volume TV, mengangguk sebagai jawaban.

" Kalau kamu nggak suka kasih aja ke mama, soalnya nggak yakin sih kamu suka isinya." Nanda menatap Afila sebentar, kembali fokus pada layar TV.

Tangan kecil Afila begitu lincah membuka isi bingkisan tersebut, matanya menyipit ketika sebagian sudah terbuka, terkikik geli melihatnya.

" Lo pasti nanya mama kan?" Tuduhnya cepat," nggak ada yang tau makanan kesukaan gue kecuali mama."

Nanda menggeleng," saya nggak ada nanya apapun ke mama. Kebetulan soto adalah makanan kesukaan saya juga, tadi sekalian bungkusin kamu karena bakal kesini. Inisiatif saya sendiri, serius." Wajahnya meyakinkan.

Afila mengerucutkan bibir, manggut – manggut percaya." Yadeh, tapi gue nggak suka."

" Loh kenapa? Katanya soto makanan kesukaan kamu."

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang