Saya mencintai Kamu

11.1K 394 3
                                    

____ Memaafkan memang gampang, yang sulit itu melupakan. Sakit, rasanya sampai ke ulu hati.____

" Mama jangan lupa minum obat dan vitaminnya juga." Pesan Afila sembari mengeluarkan tas besar ke teras rumah.

" Ia sayang," sahut Anisa dari ambang pintu." kamu nggak perlu khawatir, lagian jarak rumah kita ke rumah tante Husna nggak jauh – jauh banget kan."

Afila menghela nafas panjang, " Kalau papa datang jangan biarin masuk ma."

" Lho, memangnya kenapa?"

" Kok kenapa sih, dia itu bukan siapapun dalam hidup mama lagi. Kalau kesini juga dengan alasan ingin bertemu aku, mama udah ngerti jawabannya gimana."

" Eh, nggak boleh begitu." Diusap bahu anaknya penuh pengertian." Silaturahmi jangan di putuskan kak, lagipula keluarga besar papa akan tetap menjadi bagian dari hidup kamu."

" Itu nggak mungkin, sampai kapanpun mereka bukan orang yang aku kenal." Jawabnya keras kepala." Kenapa sih mama tuh pemaaf banget, mereka hancurin hidup kita berdua, buat mama sakit dan buat aku kehilangan kasih – sayang orangtua. Apa semua itu nggak cukup!" Emosinya diubun – ubun.

" Eh, Nanda udah jemput tuh." Anisa mengakhiri perdebatan dan menunjuk kearah mobil berwarna hitam, baru saja memasuki pekarangan rumah.

Afila buru – buru menghapus airmata yang jatuh membasahi pipi, selain enggan Nanda melihat pertengkarannya barusan, ia tidak ingin lelaki itu ikut campur dalam masalah keluarga.

" Maafkan mama Fil." Lirih Anisa pada anaknya disebelah," suatu saat kamu akan mengerti sayangnya papa pada kamu."

Afila pura – pura tidak mendengar, menyibukkan diri sendiri hingga lelaki mengenakan jaket hitam sudah berdiri disebelahnya.

" Sore tante," sapa Nanda tersenyum manis pada Anisa." Hei sayang." Sambungnya kearah Afila.

Afila membeliakkan mata, menatap tidak terima dengan ucapan yang baru saja terlontarkan dari mulut Nanda.

" Ih, lo apaan sih." Katanya lirih namun penuh penekanan.

" Loh kak, jangan lo – gue dong. Nggak sopan tuh." Anisa langsung menepuk bahu Afila cukup keras." Nanda itu masa depan kamu kak."

Nanda tertawa pelan dan Afila terdiam, lupa kalau ada mamanya disebelah dan terbiasa jika mereka hanya berdua.

" Kamu tuh, mama nggak ada ngajarin seperti itu loh." Sambung Anisa menceramahi.

" Baru pertamakali kok tante, Afila nggak sengaja nih." Nanda membela Afila," dia romantis kalau kita lagi berdua aja."

" Nah, Nanda ngomong yang bener ma." Matanya berbinar – binar, kembali semangat mendengar pembelaan tadi."

" Kalian tuh, mulai sekarang Afila panggil Nanda ' abang'. Lebih sopan dan didenger tuh enak, manggil Nanda apalagi lo – gue kedengerannya kasar dan mama nggak suka." Ceramah penutup dari Anisa membuat Afila terkejut." Kalian berdua ngerti?"

" Ma.." panggil Afila tidak terima.

" Nanda mau masuk dulu kerumah atau langsung bawa Afila?" Anisa tidak menggubris ucapan Afila.

" Langsung balik aja tante, gapapa kan?" Nanda menyalami Anisa.

" Ma, Nanda tuh belum jadi suami. Please deh, tadi berlebihan banget." Katanya sedikit merengek.

" Abang Afila." Nanda bersuara, memperingati Afila untuk memanggil seperti yang diinginkan Anisa.

" Berisik." Jawabnya sebal, lirikan mata mengisyaratkan untuk bungkam pun Nanda dapatkan.

Marry With My Senior ( SUDAH DIBUKUKAN DAN TERSEDIA DI APLIKASI DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang