Prolog

623 40 5
                                    



Aku berteman denganya sejak hujan turun dan kopi terasa nikmat. Walaupun kami teman sekelas, tetapi sebelumnya aku tidak akrab dengannya. Saat itu di kantin sekolah, warung Ceu Dede aku sedang bolos jam pelajaran matematika yang membuat hari hariku semakin rumit. Ceu Dede sudah biasa denganku yang bolos ke warungnya setiap pelajaran matematika, barang hanya sekedar minum kopi sendirian di kantin, bahkan kadang Ceu Dede menemaniku ngobrol. Tetapi saat itu hujan, kopiku terasa semakin nikmat, aku merasa beruntung bolos kali ini dan tidak melewatkan momen indah ini di sekolah, momen indah menurtku adalah minum kopi ditemani hujan dan musik atau novel. Saat ituCeu Dede tidak menemaniku ngobrol, karena dia mengantuk. Dan datanglah seorang anak laki – laki yang aku kenal, tentu saja kenal! Dia teman sekelasku.

" gue join bareng lo ya" kata anak laki – laki yang menghampiriku dan langsung duduk disebelah bangkuku. Dia adalah siswa pindahan dari Jakarta, yang biasa di sapa Abid oleh teman – temannya. Walaupun sekelas dengannya, namun tetap saja aku tidak merasa berteman dengannya

" sok wae" jawabku acuh sambil melanjutkan membaca novel dan menyeruput kopi susu kesukaanku


" kayaknya lo selalu ke kantin ya pas pelajaran bu Sri?" tanyanya. Jujur saja, aku tak suka jika ada orang yang ingin tau saja urusanku padahal gak akrab. Mungkin bermaksud agar bisa akrab denganku, tetapi aku malah tidak suka.


" iya, terus kenapa lo malah ikutan kesini?"tanyaku namun tetap memfokuskan mataku ke novel fiksi yang ada di depanku.

" materinya lagi ngebosenin, bikin ngantuk!"jawabnya sambil tersenyum

" dari sd juga matematika emang udah ngebosenin!"kataku agak ketus. Ya aku memang seperti itu jika sudah menyangkut matematika,dan terlebih lagi dia tidak akrab denganku.

" galak amat sih lo haha santai aja kali sama gue,kita kan temen jadi gak usah kaku" katanya sok asik

" emangnya kita temen?" tanyaku yang mengalihkan pandanganku pada novel dan langsung menatap wajahnya

" astagfirulloh... setahun sekelas lo gak anggepgue temen?" tanyanya dengan ekspresi dramatisir. Sebenarnya aku ingin terkekeh bahkan tertawa, namun aku tetap menampilkan wajah datarku ini

" nggak. Lagi pula emangnya lo tau gue siapa?"tanyaku, sebuah pertanyaan yang terdengar meremehkannya sebenarnya

" ya tau lah! Lo tuh Zena anak ips 1 temen sekelas gue" jawabnya dengan percaya diri dan tersenyum, terlihat seperti berharap aku akan segera akrab dengannya saat itu juga

" kalau nama panjang gue tau gak?" tanyaku yang terdengar seperti meremehkannya lagi. Kali ini aku yakin dia tak akan tau. Aku juga tidak ingin mengikuti keinginannya agar langsung menjadi temannya. Aku memang bisa membaca ekspresi orang

" eee.. enggak sih. yaelah kayak lo tau nama lengkap gue aja" katanya dan tepat sekali seperti dugaanku! Pasti dia tak akan tau dan malah mengajukan pertanyaan untuk menutupi rasa malunya tersebut. Berharap akan impas jika saja aku tak tahu namanya

" gue tau, nama lo Reno Abidin dan terkenal dengannama panggilan 'Abid'" kataku yang rasanya ingin tersenyum menyeringai

" wah.. keren bisa tau! Yaiyalah gue kan famous sekota Bandung" katanya sambil tertawa. Selalu saja ada alasannya

" meni sombong pisan" kataku malas dan kembali membaca novel fiksiku, dan tersenyum pada akhirnya

" haha bercanda kali, gausah jutek gitu dong!" kataReno

Rain Coffee and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang