Sudah 2 hari setelah Zena turun di tengah jalan, Zena pun menghindari Reno. Tak satu pun pesan dari Reno ia balas, dan tak satupun telpon dari Reno ia angkat. Bahkan hari ini ia pergi ke psikiater lebih awal dan tentunya tanpa Reno. Bukannya Reno tak berusaha lebih atau pasrah, hari ini Reno menjemput Zena di rumahnya tetapi tak ada yang menggubrisnya
" loh.. kamu sendiri?" tanya dokter psikiater yang tampak bingung dengan kehadiran Zena yang tak di temani Reno
" he iya" jawab Zena sambil tersenyum menutupi perasaannya. ya, perasaan memang tak ada yang bisa menebak, kecuali tuhan
" yasudah tunggu sebentar, saya bikinin kopi dulu" kata dokter tersebut
Satu jam kemudian Zena pun menyelesaikan pengobatannya, di dapatinya Reno di depan gerbang rumah sang dokter. Berdiri bersama motornya dan terlihat sudah menunggu Zena sejak dari tadi
" lo ngapain disini?" tanya Zena dengan ekspresi terkejut. tentu saja terkejut, sudah berusaha menghindar dari seseorang namun orang yang di hindari tiba - tiba ada di depan mata
" mau jemput lo" jawab Reno
" gak perlu" kata Zena yang berjalan meninggalkan Reno
" lo kenapa pergi kesini sendiri? Gue tuh tadi jemput lo, tapi gak ada orang di rumah" kata Reno yang berjalan sambil menggandeng sepeda motornya
" gue gak minta lo buat jemput gue kan?" ucap Zena, pertanyaan yang terdengar seperti sebuah pembelaan
" lo kenapa sih Zen?! Ayo gue anter pulang" paksa Reno
inilah yang paling tidak di sukai Zena sejak ia berteman dengan Reno 2 tahun lalu. pria ini selalu memaksakan kehendaknya tanpa bertanya pendapat orang lain
" gamau" kata Zena yang berjalan lebih cepat. Hujan pun turun, mereka pun mencari tempat berteduh
" nih pake" kata Reno yang menyerahkan jas hujan pada Zena
" gamau" tolak Zena yang memalingkan wajahnya dari Reno
" pake buruan!" paksa Reno yang meninggikan suaranya sampai – sampai Zena pun kaget
" lo tuh ngelakuin sesuatu Cuma berdasarkan kehendak lo doang! Lo gak pernah nanya gimana pendapat gue. Lo Cuma bersikap seenaknya aja" kata Zena yang meninggikan suaranya. akirnya amarah Zena pun memuncak, kata - kata yang tak pernah ia ucapkan sejak dulu, akhirnya terucap hari ini
" tapi seenggaknya pake dulu jas ujannnya, gue Cuma gak mau lo nantinya sakit. Jangan mikirin diri sendiri kenapa Zen!" kata Reno yang masih meninggikan nada suaranya
DEG! Zena pun memikirkan kata – kata Reno ' jangan mikirin diri sendiri',mungkin selama ini Zena hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Namun tetap saja, apa artinya selalu memikirkan diri sendiri jika ia tak pernah membatah atau menyanggah keegoisan Reno?
" ini pake, jangan bengong aja" kata Reno yang memberikan jas hujan dan kemudian Zena pun memakainya
" maaf kalo gue sering bertindak seenaknya" kata Reno yang kini merendahkan suaranya. Reno ingin mengalah, ia ingin hubungannya dengan Zena tidak se canggung ini, tidak seburuk ini, ia menginginkan hubungan mereka seperti semula, kalau bisa lebih baik.
" engga. Mungkin gue yang selalu mikirin diri sendiri. Maaf.." kata Zena yang mulai menyalahkan dirinya sendiri
" mungkin kita sama – sama salah" ucap Reno. mungkin itulah kata yang pantas untuk keduanya
" ya, mungkin" ucap Zena
" terus lo kenapa? Gue ngerasa akhir – akhir ini lo ngehindar dari gue" tanya Reno
" e... soalnya.. gue.." jawab Zena menggantung kata - katanya
" lo kenapa?" tanya Reno penasaran, raut wajahnya khawatir di campur penasaran
" malu ah bilangnya" jawab Zena yang blushing
" jawab gak kenapa!" paksa Reno yang meninggkan suaranya
" gue tuh canggung kalo di deket lo" jawab Zena dengan pipi yang semakin memerah
" kenapa bisa canggung?" tanya Reno. ya, pria ini sangat bodoh dimata Zena!
" gara – gara lo.. nyium gue pas di pantai..." jawab Zena sambil menutup wajahnya yang sudah pasti semakin blushing
" eh?" tanya Reno yang ikut – ikutan blushing namun Zena pun hanya terdiam karena malu
" ujannya udah reda nih! Pulang yuk. Lo.. mau kan pulang bareng gue?" tanya Reno hati – hati dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Zena. Reno pun tersenyum dalam hati
.
.
.
Jangan lupa komen dan vote ya!
Author merasa ini adalah part paling pendek, iya gak sih? tunggu part selanjutnya ya! terutama part puncak konfliknya hihi
Nih bonus foto dari Zena! tadinya mau bonus foto pake foto author, tapi takut pada muntah ngeliatnya hehe
Au revoir mon lecteur!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Coffee and You
Genç Kız EdebiyatıKini, sebagian dariku tertinggal di kota ini. Sudah beberapa hari aku meninggalkan kota yang telah membuatku banyak melibatkan perasaan, Bandung.. itulah namanya. Kakiku mungkin saja meninggalkan kota ini, namun secara harfiah. Namun jiwa dan hatiku...