"Cieeeee... kakak...." teriak Anjani tak terlalu keras.
"Shht.. diem ngga lo!" bentak Putri kepada Anjani yang di balas dengan cekikan ala Anjani.
"Nah! Gitu tuh, nak Farrell. Sama adiknya kok kaya gitu. Nak Farrell sendiri punya kakak atau adik gitu nggak?" tanya Papa Putri setelah menyuruh Putri untuk menyuruh Farrell duduk.
"Saya punya adik juga om. Cowok kaya saya." Jawab Farrell, papa Putri mengangguk.
"Suka berantem juga?" tanya papa Putri lagi, "Ih, apaan sih papa! Udahlah ngga usah dibahas!" kesal Putri.
"Jarang berantem sih om. Engga suka berantem juga sama saudara sendiri masa bernatem mulu." Jawab Farrell.
"Kalo begitu, kamu ajarin Putri tuh, gimana caranya biar ngga melulu berantem sama adik sendiri." Sindir papa Putri disambut dengan gelak tawa orang – orang di meja makan kecuali Putri. Dia mengerutkan keningnya dan memukul lengan papa nya pelan. Setelah mengobrol bersama Farrell dan Putri pun pamit duluan untuk pergi ke sekolah.
"Put, berangkat sekarang yok!" ajak Farrell seraya menyenggol siku Putri. Putri pun mengangguk.
"Ma, pa. Aku sama Farrell duluan ya." Pamit Putri dan mencium tangan orang tuanya.
"Iya om, tan. Duluan ya." Farrell ikut pamit dan melakukan hal yang sama dengan Putri.
"Iya deh. Ati – ati di jalan ya. Nak Farrell, kamu bawa motornya jangan ngebut – ngebut ya." Minta mama Putri.
"Kapan mah? Dia kok sampe bawa motor ngga ngebut tu ya kapan?" sindir Putri.
"Udahlah mah. Biarin, masa cowok bawa motor ngga boleh ngebut." Timpal papa Putri. Farrell yang mendengar pembelaan dari papa Putri langsung mengajak tos. Setelah itu mereka berangkat ke sekolah.
SKIP
Setelah mereka sampai di sekolah, seperti biasa, Farrell mengantarkan Putri ke kelasnya terlebih dahulu, barulah di berjalan menuju ke kelasnya. Setelah masuk kelas, Putri langsung duduk di bangkunya. Perlu diketahui, sejak naik ke kelas 2 SMA, Putri selalu memilih bangku paling belakang yang dekat dengan jendela. Karena dari situ ia bisa mengintip Farrell ketika sedang bermain basket di lapangan.
"Lo makin deket aja, Put sama Farrell. Lo udah jadian sama dia ya?" tanya Monika teman sekelas Putri yang duduk dibangku depan Putri.
"Hah? Siapa yang jadian?" tanya Putri balik.
"Ya lo, lah. Kan gue ngomong nya sama lo. Bukan sama si Abel!" ketus Monika.
"Engga kok. Gue nggak jadian sama Farrell. Lagian lo dapet gosip dari mana?" tanya Putri lagi.
"Gue ngga dapet gosip kok. Ya, gue cuman heran aja. Setelah Shinta ke Jakarta, lo jadi deket aja sama Farrell. Gue kira kalian jadian." Jelas Monika.
"Engga kok. Ngga jadian." Balas Putri.
"Eh. Iya Put! Kemaren waktu lo ngga berangkat, gue lihat mamanya Shinta dateng ke sekolah. Katanya sih ngurus surat pindah gitu. Emang Shinta mau pindah kemana sih?" tanya Monika.
"Kemaren sih katanya dia mau pindah ke Korea. Tapi ngga tau juga sih." Jawab Putri dibalas anggukan dari Monika tanda mengerti.
Teeeettt...tettttt bel masuk telah berbunyi, Monika segera membenarkan posisi duduknya. Pelajaran pertama adalah pelajaran matematika. Pelajaran yang dibenci Putri tapi sangat diminati oleh sahabatnya. Dan biasanya di hari Rabu seperti ini, ia akan mengintip keluar. Melihat Farrell yang sedang berolahraga. Jadwal olahraga kelas Farrell memang hari Rabu. Kebetulan yang bagus untuk Putri memang. Tapi biasanya, ketika ia sedang sibuk memerhatikan Farrell yang bermain basket diluar, Shinta akan menegurnya untuk tetap memerhatikan pelajaran ini sekalipun Putri tak menyukainya. Namun sekarang tak ada yang melakukan semua itu. Tak akan pernah lagi, mungkin. Tak sadar, air mata Putri mengalir lagi membasahi pipinya. Putri menangis lagi setelah mengingat semua hal yang ia lakukan bersama dengan Shinta. Guru yang sedang mengajar pelajaran kali ini sudah hapal dengan kelakuan Putri, tapi kali ini aneh. Biasanya, beliau akan menegur Putri ketika Putri tak memerhatikan pelajarannya, tapi kali ini tidak. Beliau melihat Putri yang menunduk dan agak sesenggukan, beliau memaklumi bahwa salah satu siswinya ini sedang sedih karena ditinggal pindah sahabatnya. Jadi, beliau membiarkan Putri menangis di jam pelajarannya kali ini. Karena Putri duduk di dekat jendela, ia dapat dilihat oleh siapapun yang sedang berada di lapangan basket, termasuk Farrell. Farrel yang tak sengaja melihat Putri yang menunduk pun langsung tau bahwa Putri sedang menangis. Ia berdecak pelan, padahal kemarin Putri sudah berjanji padanya untuk tidak menangis lagi. Tapi sekarang, ia malah melihat bahwa Putri sedang menangis di kelasnya.
Tetttttt....bel istirahat pun berbunyi. Seluruh isi kelas XI-A berhamburan keluar kecuali Putri. Ia masih sesenggukan walaupun air matanya tak lagi menetes. Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri di depannya dengan kedua tangannya yang dimasukan kedalam saku celananya. Putri mendongak dan menemukan Farrell yang sedang menatapnya datar. Setelah itu, Farrell langsung menarik tangan Putri dan mengajaknya ke taman belakang. Farrell memilih tempat itu karena tempat itu satu-satunya tempat yang sepi dan jarang didatangi oleh siswa siswi SMA ini. Sampai di taman Farrell langsung menyuruh Putru untuk duduk dan Farrell langsung menarik Putri kedalam pelukannya, meletakkan dagunya di pucuk kepala Putri. Putri langsung membalas pelukannya dan menumpahkan semua air matanya.
"Maafin gue, Rell. Hiks.. gue ngga bisa hiks.. nepatin janji gue buat ngga nangis lagi!" kata Putri masih dalam pelukan Farrell. Farrell tak membalas, namun malah lebih mengeratkan pelukannya kepada Putri dan mengelus punggung Putri pelan. Mereka berpelukan hingga tiba-tiba datang kupu-kupu yang hinggap di sandaran bangku taman dan yang membuat Farrell melepaskan pelukannya kemudian berkata...
"Put, lo liat kupu-kupu itu..." Putri mengerutkan keningnya dan mengahapus air matanya "kupu-kupunya cantik, tapi untuk buat dia cantik kaya gitu, dia harus ngelewatin proses yang panjang" Putri semakin bingung dengan apa yang barusan Farrell bilang.
"Maksudnya apa sih, Rell?" tanya Putri bingung.
"Maksudnya, Shinta tu hampir sama kaya kupu-kupu itu." Kata Farrell, Putri semakin mengerutkan keningnya, masih tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Farrell.
"Gini, Shinta pasti juga berat banget buat ninggalin lo disini. Ngga cuma lo, dia juga rela ninggalin keluarganya disini. Dia pergi buat ngejar cita-citanya. Dia pergi buat ngejar apa yang jadi impiannya selama ini. Gue yakin dia juga sedih kaya lo. Tapi dia harus ngelakuin semua ini. Karena dia yakin kalo dia bakal jadi kaya kupu-kupu itu. Bisa sukses dan ngebanggain lo dan keluaganya." Kata Farrell menjelaskan seolah tau bahwa Putri masih bingung dengan yang tadi ia katakan. Kini Putri paham apa yang dimaksud Farrell, ia pun mengerti dan mulai tersenyum. Putri memeluk Farrell dan langsung dibalas oleh Farrell. "Makasih, Rell. Lo udah mau ngertiin gue. Lo udah mau sabar ngedepin gue. Ngga tau kenapa, gue mendadak berubah jadi cengeng kaya gini. Padahal dulu gue anti sama yang namanya nangis. Tapi sekarang... ah udahlah!" kata Putri.
"Sama-sama. Gue juga mau makasih sama lo. Lo udah ngizinin gue buat jadi pengganti Shinta disini, yang selalu nemenin lo kalo lo lagi butuh. Ngga tau kenapa, gue....
bersambung...
nah loh! tu si Farrell mau ngomong apa ya????
rahasia....tungguin aja ceritanya
selamat sahur dan selamat puasa
ditunggu votenya yaaa... kok semakin kesini semakin sedikit :'(
support dong guysss
makasih...anyeonggg!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
When I Get You
Teen FictionCerita 2 orang fangirl bersahabat yang ingin hidup bersama dengan idola nya.