One

3.3K 370 41
                                    

"Shit!"

Wanita itu berseru kesal ketika mendapati ban mobilnya pecah. Memang mungkin ban mobil yang pecah itu tidak terlalu membuat beberapa orang sangat kesal. Tapi tidak untuk wanita berambut hitam itu kali ini. Ban mobilnya pecah pada saat situasi dan tempat tidak mendukung.

Ia baru saja mendapat pekerjaan. Meneliti rumah yang sudah tidak ditempati sekitar 2 abad. Itu saja sudah membuat dia kesal setengah mati. Dan sekarang lagi, ban mobilnya pecah ditengah-tengah hutan yang panjang seakan tidak mempunyai ujung.

"My life is so good. Oh. Ya so fuckin good!" Ia menendang keras ban mobilnya. Karena terlalu keras kakinya sampai nyut-nyutan.

Ia menyebarkan pandangan matanya keseluruh tempat. Tapi yang ia temukan hanya semak-semak dan pohon besar yang menjulang tinggi. Ia tidak merasa terlalu takut. Karena ia bukan tipe wanita penakut. Kecuali sesuatu itu muncul didepannya.

"Kenapa sih? Kenapa aku harus dapat pekerjaan yang ini? Kenapa bukan Tommy saja yang mendapatkan bagian ini? akukan wanita." Wanita itu membuka pintu mobilnya, berharap ia menemukan sebuah senter atau lampu emergency untuk menemaninya.

Kretek

Saat ia sedang sibuk mencari lampu atau senter tiba-tiba ada suara ranting yang terinjak. Entah oleh apa, yang pasti jika kau berada ditempat gelap dan sepi kau pasti akan terkejut dan menoleh secara spontan. Dan ternyata wanita itu melakukan hal yang sama. Jantungnya sekarang mempompa darah lebih cepat dari awal.

"Who's there?" Ia menaikkan nada bicaranya, ia setengah berteriak.

Karena tidak ada jawaban ia mengedikkan bahu sambil menaikkan dua alisnya seperti tidak peduli. Lalu kembali mencari apa yang ia butuhkan. Tak selang beberapa menit ia mencari ia akhirnya mendapatkan senter. Dengan senyum kemenangan ia memegang senter itu dan menyalakannya.

Tapi tiba-tiba senyuman kemenangan itu menghilang ketika ia merasa ada orang yang sedang berjalan mendekatinya. Sekarang jantungnya berdetak kencang lagi. Ia ingin sekali menoleh tapi seperti ada yang menahan kepalanya agar tetap lurus dan tak menengok kebelakang. Semakin lama orang itu semakin dekat.

Dengan cepat ia menoleh, namun hasilnya nihil. Tidak ada satu orangpun dibelakangnya. Bahkan saat ia melihat ketanah yang ia pijak tidak ada semut yang sedang mendekati dirinya. Ada kelegaan diwajahnya, ia mengusap dadanya pelan.

Mata hazelnya masih melihat kearah tanah, ia memutarkan kembali kepalanya. Dan alangkah terkejutnya dia mendapati sepasang kaki dengan sepatu hitam mengkilat didepannya. Pupilnya membesar karena terkejut, perlahan ia menaikkan senternya, menelusuri kaki yang ada didepannya dengan cahaya minim dari senter nya.

"Apa yang kau lakukan malam-malam disini?" Wanita itu melompat kaget. Senter yang ia genggam jatuh ketanah. Ternyata orang yang berdiri didepannya adalah pria. Mata wanita itu tidak bisa menangkap wajah pria yang ada didepannya, terlalu gelap untuk melihat. Yang ia lihat hanya siluet saja.

"Ka-kau siapa? Kenapa kau bisa tiba-tiba muncul didepanku?!" Wanita iu setengah menjerit. Pria itu menurunkan tangannya ketanah mengambil senter yang wanita itu jatuhkan. Dan barulah wanita itu bisa melihat wajah pria itu karena sinar dari senternya mengenai wajah pria itu. Pria berwajah ke-timuran itu menatapnya dingin.

"Namaku Zayn. Zayn Malik. Aku seorang reporter. Aku baru saja mengambil beberapa foto dari dalam hutan. Aku hendak berjalan kembali ke pedesaan dan aku melihat ada mobil dengan seseorang didalamnya. Lalu aku melihatmu sedang menggerutu di depan mobilmu sendiri. Tadinya aku akan meninggalkanmu tapi karena aku tahu kau wanita aku kembali untuk membantumu." Ujar Zayn panjang lebar. Wanita itu mengrejapkan matanya beberapa kali.

"O-oh, kau reporter juga ya? Aku juga reporter. Aku sedang diberi tugas meneliti rumah penduduk yang kosong sejak dua abad lalu. Dan sialnya ban mobilku meledak tiba-tiba." Zayn menganggukan kepalanya mengerti.

"Mau aku bantu?" Wanita itu mengangguk antusias. Senyumnya mengembang karena ada juga orang yang mau membantunya sekarang.

"Ok. Kau membawa peralatannya tidak?" Wanita itu berlari kecil membuka bagasi mobilnya, mengambil tas yang berisi peralatan bengkel milik teman lelakinya.

Zayn mulai membantunya membenarkan ban yang pecah itu, menggantinya dengan ban cadangannya. Wanita itu hanya berjongkok disebelah Zayn. Memperhatikannya membenarkan mobilnya. Ia baru tersadar bahwa ia belum memberi tahu siapa namanya pada Zayn.

"Um Zayn.." kata wanita itu pelan

"Hm?"

"Aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Hellena Bownie. Kau bisa memanggilku Hellen, tapi jangan pernah memanggilku Hell ok?" Ia menaruh nada humor diperkataannya tadi. Hellen mendengar kekehan pelan dari bawah mobilnya.

"Ya mana mungkin juga aku memanggilmu Hell. Kalau aku memanggilmu Hell berarti kau neraka." Hellen tertawa kecil dan kembali memperhatikan Zayn yang membenarkan ban mobilnya.

Setelah hampir 1 jam ban mobil Hellen sudah kembali benar.Sekarang ia bisa meneruskan perjalanannya ke desa terpencil itu. Hellen yang baru saja ingat bahwa Zayn tadi bilang ia reporter yang sedang memotret beberapa view didalam hutan akan kembali ke desa dimana ia menginap. Hellen memutar badannya dan hendak berterimakasih.

Mulut Hellen terbuka lebar,tubuhnya membeku dan tak bergerak. Lalu beberapa detik kemudian ia baru bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya. Kepalanya menengok cepat ke kanan dan kiri. Mencari-cari sosok Zayn yang tadinya ada sekarang sudah lenyap entah kemana, mata Hellen masih mencari-cari sosok Zayn. Tapi hasilnya tetap nihil.

Zayn. Tiba-tiba hilang dalam beberapa detik.

***

-

-

Hehe. gimana? kalo gaserem aku hapus. vote dan comment yaa, bilang aja kalau keliatannya gak seru okkkk

-Niallina

The ReporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang