Seven

1.6K 260 15
                                    

"Permis----AAAAAAAAA!" Sebuah tangan besar memegang lenganku kencang sampai membuatku berbalik. Dan kudapati Niall disana menatapku marah.

"Ssh! Kenapa kau kesini huh?! Kau bilang akan berkeliling!" Niall memarahiku setengah berteriak. Aku menutup sebelah mataku, mengrenyit karena teriakkan Niall.

"Kau berbohong huh? Disini bahaya Hellen! Kalau kau tidak tahu tentang apapun kau tidak boleh sembarangan!" Ucapnya marah.

"Ak-aku, aku kesini tidak sendirian Niall! Aku bersama Zayn! Sungguh! Ia bilang ia akan mengambilkan kamera dan journal ku!" Ucapku ikut marah. Niall menegang ditempat. Matanya membulat, dadanya tidak bergerak maju mundur, sepertinya ia menahan napasnya.

"Zayn?" Ucapnya pelan. Aku mengangguk mengiyakan,Ia mendengus, menarik rambutnya kasar dan menggelengkan kepalanya.

"Sudah kubilang padamu Hellen! Zayn sudah tidak ada! Zayn sudah mati Hellen" ucapnya frustasi.

Ia bilang Zayn sudah mati? Tidak mungkin. Ia menyapaku,membantuku,dan menemaniku. Mana mungkin ia sudah mati? Kupikir Niall dan.Harry lah yang sedang menjebakku agar aku tidak berada disini dan cepat pulang ke London.

"Tidak Niall! Ia tidak mati, ia bersamaku dari tadi!"

"Kalau ia bersamamu, mana? Kemana dia sekarang huh?" Aku menghembuskan napas panjang, lalu menatap mata Niall.

"Ia bilang ia akan mengambil kamera dan jurnal ku!" Ucapku kesal. Niall tertawa mengejek.

"Kau bodoh. Kau sangat bodoh. Cepat kita pulang." Ucapnya dingin dan menarik tanganku. Dengan cepat aku menarik tanganku kembali.

"Aku tidak bodoh! Kenapa kau mengataiku bodoh?" Ia menaikkan kedua alisnya.

"Karena kau percaya padanya." Ucap Niall setengah berbisik. Ia kembali menarikku lalu berjalan menjauhi rumah tua itu.

Aku menoleh kebelakang, melihat kearah rumah itu, kupandangi dari bawah sampai atas. Pintu rumah itu sudah tidak terbuka, bahkan ada police line didepannya. Tapi seingatku tadi pintu itu tidak ada police line dan terbuka lebar. Lalu aku melihat kearah jendela dilantai 2. Oh yatuhan...

Apa mataku tak salah lihat? Benarkan? Kacamataku masih benarkan? Ini pasti halusinasiku saja sungguh. Aku melihat pria itu. Pria yang memegang pistol di mimpiku. Ia seakan menatapku dari arah jendela itu. Dan bisa kurasakan ia tersenyum licik saat itu juga.

Tes tes tes

Kurasakan ada sesuatu yang menetes di pundakku. Aku kurang memperdulikannya, mataku masih menatap sosok itu. Aku takut, tapi aku tidak bisa memalingkan wajahku.

"Niall? Disini hujan ya?" Ucapku pada Niall yang sedang menarikku dari depan, ia berhenti dan memalingkan wajahnya kearahku.

Lalu wajahnya terlihat takut. Sangat sangat takut. Aku memengang pundakku. Oh yatuhan…

***

Haha menepati janji banget 10 vote baru lanjut haha, so bagaimana sekarang? hehe. vote dan comment ok? 15 vote baru aku lanjut. jadi kalian harus vote dan comment kalau mau lanjut:)xo

-Niallina

The ReporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang