"Aku tunggu kau didepan rumah tua itu jam 12, jangan bawa Niall bersamamu" Zayn tersenyum dan membentuk jarinya agar terlihat mengatakan 'ok'.
Hellen mengangguk dan melihat kearah kanan Zayn, ia sedang bersama gadis kecil yang kemarin hampir Hellen tabrak. Gadis kecil itu menarik-narik kemeja Zayn dan membuat Zayn berbalik kearahnya. Lalu mereka berbincang dan pergi.
"Niall, aku tidak jadi pergi kerumah itu. Aku mau berkeliling sebentar. Bye Ni bye Harr" Hellen langsung berjalan keluar tanpa persetujuan Harry dan Niall.
Hellen membuka pintu kayu rumah Niall dan Harry, ia berjalan menyusuri desa yang menurutnya terlalu sepi. Desa tempat nenek nya tinggal itu sangat ramai, banyak anak bermain dan para petani bekerja. Tapi lain disini, sangat sepi, hanya ada beberapa orang diluar rumah, dan semua mata orang-orang itu menatap asing padanya.
Hellen tidak mengubris pandangan itu, ia hanya berjalan lurus kearah sungai yang kemarin malam membuatnya bertemu dengan Niall dan Harry. Ia akhirnya sampai di dekat sungai itu, banyak semak-semak yang mengalangi sungai itu dan bagian tanah yang tingginya.
Hellen mulai menyingkirkan semak-semak itu sembari melihat kebelakang berjaga-jaga agar tidak ada Niall ataupun Harry yang mengikutinya. Setelah berhasil melewati semak-semak Hellen memandang sungai itu, airnya yang jernih dan bebatuan kecil didalamnya terlihat sangat sejuk. Tapi entah karena suasananya yang gelap karena pepohonan lebat keadaan disana menjadi agak menyeramkan.
Tanpa rasa takut Hellen membuka sepatu converse nya dan melipat celananya selutut lalu mulai berjalan melewati sungai itu. Air yang dingin dan sejuk menerpa kulitnya yang mulus. Ia tersenyum kegelian dengan air yang mengalir damai itu. Matanya tidak lepas dari kakinya.
"Hellena! Kau sedang apa sih? Ayo kemari!" Hellen langsung mendongak dan mendapati Zayn didepannya, Hellen yang melihat Zayn langsung tersenyum dan mulai berjalan mendekati Zayn.
"Kau senang bermain air eh?" Zayn tersenyum kearah Hellen yang sedang mendaki tanjakkan kecil itu sambil terkekeh pelan.
"Aku sangat senang bermain disungai seperti itu, dari dulu di desa nenek ku aku selalu bermain di sungai. Itu sangat menyenangkan" jawab Hellen riang. Mereka berdua tertawa lalu berjalan mendekati rumah tua itu.
"Oh ya Zayn, gadis kecil itu kemana?" Hellen membenarkan sepatunya.
"Gadis kecil? Brenda maksudmu?" Hellen menaikkan satu alisnya lalu mengedikkan bahunya.
"Aku tidak tahu namanya." Jawab Hellen cepat.
"Ia sudah pulang. Kau mau mulai meneliti sekarang?" Tanya Zayn, ia sedang membenarkan lensa kameranya, Hellen mengangguk sambil memperhatikan Zayn.
"Lets go!" Zayn menarik tangan Hellen setengah berlari tapi Hellen malah berhenti membuat Zayn menengok kearahnya.
"What?" Kata Zayn bingung.
"Aku tidak membawa kamera dan journalku, bagaimana bisa meneliti? dan lagi bukannya kita berencana meneliti jam 12? ini baru pukul 11." Hellen berkata dengan wajahnya yang terlihat polos.
"Lebih cepat lebih baik bukan? Akan ku ambilkan, tunggu disini sebentar." Dengan cepat Zayn meninggalkan Hellen sendiri didepan rumah tua itu.
Hellen terduduk ditanah, tangannya memeras dedaunan coklat dan kuning yang sudah agak lembab. Ia melihat kelangit-langit, pepohonan rindang menutupi langit siang yang cerah itu. Hanya ada beberapa bersitan cahaya yang dapat menyinari tempat itu.
Kretek
Hellen mendengar ada sesuatu yang menginjak ranting, kepalanya langsung berputar melihat ada apa disana. Tapi nyatanya ia hanya melihat semak-semak. Kepalanya kembali menatap lurus, tetapi beberapa detik kemudian suara itu ada lagi. Spontan ia berbalik lagi, dengan langkah cepat ia berdiri.
"Who's there?" Hellen memendarkan pandangannya, dan tidak ada jawaban.
Kretek kretek
"Zayn? Kaukah itu? Ini tidak lucu Zayn." Hellen tertawa kecil. Ia tidak merasa takut sama sekali, dan ia tidak tahu kenapa.
Krek
Pintu rumah itu terbuka dengan sendirinya, Hellen sedikit kaget melihat pintu itu bisa terbuka sendiri. 'Sepertinya sedari tidak ada angin' pikir Hellen. Tanpa pikir panjang Hellen berjalan mendekat kearah pintu rumah tua itu, ia memasukkan kepalanya kedalam dan melihat kearah kanan dan kirinya.
"Permis----AAAAAAAAA!"
****
Hey! gimana sampe sini? masih seru gak? hehe. kalo masih seru dan kalian masih baca jangan lupa vote sama comment ya! aku bakalan lanjut ke chapter selanjutnya kalau yang ngevote udah ada 10 ok? thanks for your attention. vote comment!!!!! haha:)xo
-Niallina

KAMU SEDANG MEMBACA
The Reporter
Fiksi PenggemarPenelitian seorang reporter yang berujung pada malapetaka The Reporter by ziallcrew Copyright(c) 2014 ziallcrew All Rights Reserved.