Four

2K 292 24
                                    

Aku sedang berjalan masuk kedalam rumah yang agak kumuh dan gelap ini. Mataku menangkap sesosok bayangan hitam didalam suatu ruangan yang gordennya terlihst terkibas oleh angin.

"Zayn?" Aku memanggilnya dari luar ruangan. Aku tahu itu pasti Zayn.

Tetapi orang itu tidak mengubrisku. Ia tetap diam dan memandang keluar jendela. Aku mulai melangkah masuk kedalam ruangan itu. Ruangan ini sepertinya sebuah kamar. Lantainya ditutupi oleh karpet berwarna merah, dinding nya terbuat dari kayu, dan kasurnya besar sekali.

"Zayn? Apa yang sedang kau---"

"AAAAAA!" Dia bukan Zayn! Wajahnya berdarah seperti dikoyak oleh benda tajam, matanya hanya tinggal satu.

Aku melangkah mundur dengan cepat. Namun sialnya aku terjatuh. Mahluk itu semakin mendekat kearahku, aku menggerakkan tubuh ku menjauh darinya. Suaraku seakan hilang, aku tidak bisa berteriak.

"Hellen! Ayo bangun! Kita harus pergi dari sini!" Zayn menarikku agar aku bisa berdiri.

Ia membuatku berdiri dengan satu hentakkan. Zayn langsung mendorongku menjauh darinya. Tanpa ia sadari mahluk itu membawa pistol ditangannya dan dengan cepat menembakkan peluru ke kepala Zayn.

"Zayn!" Air mataku menetes dengan deras. Kakiku tidak bisa digerakkan, darah Zayn mengenai pipi kananku.

"The second target" mahluk itu mendekat kearahku.

"No! No! Getaway from me!" Teriakkanku kembali sekarang. Tanganku di cengkram olehnya.

"Shut up you bitch. Say goodbye to your beautiful world baby." Pistolnya sudah ada dikepalaku dan dengan satu hentakkan ia menarik pelatuknya dan melepaskannya.

DOR!

Gasp.

Napasku tidak teratur, jantungku berdegup kencang,keringat dingin bercucuran di setiap inci tubuhku. Untung hanya mimpi. Badanku masih sangat lemas sekali. Aku mencoba bangun dan berjalan keluar untuk mengambil minum. Tapi saat aku diluar aku melihat seseorang diruangan gelap tadi. Dan itu membuat aku jadi penasaran. Salah sekali aku dilahirkan menjadi orang yang penasaran.

Aku berjalan mengintip kedalamnya. Dan mataku menangkap... Zayn?

"Zayn?" Aku membuka pintu kamarnya. Dan memanggil namanya, ia memutar kepalanya melihat kearahku dan tersenyum.

"Hellen?" Ia bangkit dan mendekati aku yang sedang berdiri diambang pintu kamarnya.

"Jadi ini benar kau? Kau.. kau tinggal disini?" Iya mengangguk dan tersenyum.

"Ah yaampun senang bertemu denganmu disini. Um, maaf aku meninggalkanmu tadi, aku kebelet kencing jadi aku berlari terburu-buru ke semak semak dan saat aku kembali kau sudah meninggalkanku." Ia nyengir, memperlihatkan giginya.

"Oh jadi kau meninggalkanku karena kebelet? Aku kira kau itu hantu lho." Ia terkekeh pelan.

"Yap, aku kebelet. Aku bukan hantu tenang saja." Cengirannya tetap ada. Dia manis. Aku tertawa geli.

"Kau tidak tidur?" Ia menggelengkan kepalanya.

"Ok. Aku hanya ingin mengambil air minum tadi, tapi ternyata aku malah melihatmu jadi aku malah kesini dulu. Aku um.. tidur lagi ok? Goodnight Zaynie" aku tersenyum dan ia membalas senyumku.

Aku melenggang keluar kamar mengambil segelas air dan meminumnya di dapur. Lalu aku rasakan ada yang menepuk pundakku,dan membuatku tersedak.

"Eh, maaf, sekaget itukah kau?" Aku masih terbatuk-batuk, lalu memutar bola mataku dan mendengus.

"Iya aku kaget. Puas sekali kau tertawa." Niall berhenti tertawa.

"Shh. Kau terbangun eh?" Aku mengangguk.

"Kenapa? Maksudku karena apa?" Aku terdiam sebentar berpikir.

"Aku bermimpi buruk tadi" ucapku pelan. Niall mengangguk.

"Mimpinya seperti apa?" Ia penasaran sekali sepertinya.

"Nanti pagi akan aku ceritakan ya, oh ya, Zayn itu teman kalian ya?" Ucapku antusias

"Z-zayn?" Aku mengangguk.

"Di-dia disini?" Aku mengangkat satu alisku dan mengangguk.

"Dia ada dikamarnya, kenapa kau seperti itu sih?" Dia menggeleng cepat.

"Kau menyembunyikan sesuatu ya? Apa yang kau sembunyikan huh?"

"Hellen, di-dia.. sudah mati."

What?

***

-

Hey! Vote dan comment nya ya, maaf ini gaseru haha. vote dan comment vomment vomment yeyey! kata kalian nih ya Hellen percaya ga kalau Zayn itu udah mati? ayolooooooooooh(apasih akutuh ya:'>) Vomment!:)xo

-Niallina

The ReporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang