Eight

1.6K 261 13
                                    

Aduh! kebelet pengen ngepost! hehe, happy reading xo

*

"Niall? Disini hujan ya?"

Merasa terpanggil aku memalingkan wajahku kearahnya. Dan betapa terkejutnya aku. Mulutku menganga terkejut, mataku terbuka lebar. Tangan Hellen mulai memegang kearah pundaknya. Darah...

"Oh my god!" Ia berteriak setelah melihat tangannya sendiri memegang darah yang mengenai pundaknya.

"How came!" Pekiknya, aku menggelengkan kepalaku. "Kenapa bisa?!" Aku mengulang perkataanya.

Seketika aku dan Hellen mematung. Darah itu menetes lagi tepat didepan mataku dan mata Hellen. Lalu dengan separuh hati aku mencoba mendongak keatas, begitu pula Hellen. Perlahan tapi pasti, kepalaku makin bisa melihat kearah sumber darah yang menetes itu.

"Oh.. yatuhan" ucap Hellen

"Fuck" umpatku.

Kami berdua langsung berlari meninggalkan tempat itu. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa sesosok mayat anak kecil berlumuran darah ada diatas batang pohon? Bisa kau bayangkan? Terkulai dengan darah yang terus mengalir? Dan darah itu mengenai temanmu? Ini mengerikan. Memang aku pernah mengalami ini juga. Tapi tetap saja menyeramkan.

"Sudah kubilang kan?! Kau tidak percaya padaku! Kejadian ini jadi terulang lagi!" Aku berteriak kearahnya.

"Ugh, maaf! Berhenti menyalahkan aku!"

Napasku memburu, untung saja kami dengan cepat bisa keluar dari daerah terlarang itu. Hellen terlihat sangat mencari oksigen. Wajahnya memerah. Aku terduduk ditanah, kakiku terlalu lelah untuk berdiri. Beberapa detik kemudian Hellen ikut duduk disampingku.

"Tadi itu menyenangkan" ucap Hellen pelan.

'Menyenangkan? Melihat mayat dibatang pohon? Berlari melewati sungai tanpa berhenti? Kehabisan oksigen untuk bernapas? Apa yang menyenangkan? Ia gila.' Pikirku. Aku menaikkan satu alisku menatapnya heran.

"Kau gila?" Ucapku, ia menaik turunkan bahunya.

"Kau wanita yang aneh." Ucapku pelan.

"Aku tidak peduli." Ucapnya dingin.

Ia pun berlenggang pergi meninggalkan aku sendiri. Ia memang sangat keras kepala, sepertinya ia terlalu banyak tersedak batu kerikil. Aku merebahkan diriku di tanah, memperhatikan langit biru siang ini. Sinar matahari menyinari semuanya, kecuali rumah tua terkutuk itu.

Aku kembali terduduk, membersihkan punggungku yang kotor terkena beberapa tanah. Aku sudah sangat haus, untung saja rumahku tinggal beberapa meter, dari sini juga aku bisa melihat rumahku dan Harry. Aku melihat kearah rumahku, tepatnya ke jendela bekas kamarnya.

Sampai akhirnya mataku menangkap sesuatu. Mataku membulat melihatnya.

"Oh my god…"

***

10 vote baru dilanjut ok? vote dan comment ya! thanks xo

-Niallina xx

The ReporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang