Sewa

8.8K 322 4
                                    



“Ra... lu wajib ya dateng di nikahan gue. Awas kalau nggak dateng”

Ini todongan Dea teman terdekatnya dirumah sakit. Dea cewek beruntung banget, berjodoh diusia 25 dengan cowok yang bisa dibilang sukses. Berbeda dengan dirinya yang sekarang bingung mau ke kondangan sama siapa!.

Tinggal 1 minggu lagi. Dia bisa sih berangkat sendirian, Amira cukup PD dengan kesendiriannya. Namun kadang nyali kePD-an nya suka menciut dan merasa mengenaskan, seorang diri berada ditengah-tengah kerumunan orang yang rata-rata berpasang. Entah itu pasangan nyata atau sekedar sewa belaka.

“Murung amat neng” tegur Syifa sambil meletakkan file-file pasien yang harus Amira cek kondisi lahir batinnya. Padahal kondisi diri sendiri saja sudah tak karuan.

“Tauk ah ... tiba-tiba gue bad mood. Nasib dah jaga malam gini” keluhnya sambil manyun – manyun nggak jelas. Amira membawa setumpuk file itu meninggalkan syifa sendirian.

Tiga hari kedepan dia ada jadwal untuk jaga malam dirumah sakit. Syukurlah disaat malam minggu begini dia berada dirumah sakit, malam ini juga hujan. Mungkin ini doa para jomblo diluar sana.

Amira tiba dikamar VIP paling ujung. Kata teman – temannya yang jadi penghuni disana pasien rupawan menawan alias ganteng B.G.T.T.O.P . Terserahlah yang jadi penghuninya pasien ganteng atau yang belekan sekalipun, toh nggak akan ngaruh pada sejarah kehidupannya.

Pelan Amira memasuki ruangan itu. Diperhatikannya ruangan itu, kosong. Amira mencoba mengecek ke kamar mandi juga tak ada. Wah ...jangan – jangan kabur.

Amira segera keluar dan menghampiri syifa.
“Fa pasien VIP kamar 207 kanapa nggak ada?” tanya Amira sambil ngos-ngosan.
“Hahhh kok bisa?”
“Lu kok balik nanya sih!”Amira mulai kesal.
“Gue udah cek diruangannya kosong. Ayo cari”

Amira memutuskan mencari kelantai paling atas, disana ada taman. Biasanya pasien bakal kesana kalau lagi bosan dikamarnya.
Dan benar dugaannya. Ada seseorang disana. Sendirian.

“Pasien kamar 207?” seseorang itu menoleh tanda mengiyakan kalimat Amira.

Untuk sepersekian detik Amira ternganga dan hampir saja dia tertawa tapi etikanya sebagai perawat menahanya. Teman – temannya keterlaluan. Cowok didepannya ini muka penuh dengan lebam keunguan kebiruan bahkan perban putih berhasil menutupi sebagian kepalanya dan wajahnya.....lol.

“Ini sudah malam, lebih baik anda kembali ke kamar saja, udara disini cukup dingin” Amira berusaha sopan takut mengganggu kenyaman pasiennya.

“Saya ingin disini sendirian.” Kalimat yang ringkas dan berhasil membuat kedua alis Amira bersatu. Ngusir nih. Ok. Fine.

“Baiklah. Saya permisi dulu”tanpa baanyak bacot Amira pergi. Baru saja Amira hendak melangkah tapi pasien yang bikin dongkol Amira itu menghentikannya, “Ambilkan saya air”

Hah!! Tadi ngusir-ngusir sekarang main perintah. Emang gue pelayan apa!!!.

Sabar – sabar Amira. Batinnya sambil ngelus dada.

Amira terengah-engah, sekarang dia berusaha memasukkan oksigen ke paru-parunya. Ingin sekali dia mencekek orang yang sekarang tidur nyenyak didepannya.

Di usir. Disuruh ambil air. Dan dia pun membawakannya, dan dengan sadarnya orang ini, pasien ini, malah kembali ke kamarnya ketika Amira mengantarkan air yang dimintanya dengan TIDAK SOPAN.

Ini bukan pertama kalinya dia menangani pasien rewel dan banyak tingkah tapi yang kali ini benar-benar membuatnya kesal. Apa mungkin ini juga efek bad moodnya. Oh Tuhan ... maafkan aku.

Amira setengah membanting air itu dimeja disamping pasiennya itu. Amira juga menghentakkan kakinya ketika hendak keluar. Menyebalkan.

“Terimakasih”

Amira mematut dirinya didepan cermin. Gaun berwarna mustard itu membuatnya terlihat bersinar. Mungkin karena kulit kuning langsatnya, dan juga sedikit riasan diwajahnya. Ada bagian dari dirinya yang muncul.

Cantik gini kenapa belum nikah nikah atau ada pria yang deketin  gitu.
Amira buru-buru membuang pikiran nelangsanya. Dia bergegas keluar.

Yah... karena pergi sendirian dia harus merogoh kocek lebih untuk berangkat ke acara pernikahan Dea. Naik taksi. Sendirian pula.

Ada pak sopir didepan. Amira berusaha menghibur diri tapi gagal.

Tiba-tiba ditengah perjalanan taksi berhenti mendadak dan sedikit oleng.
“Kenapa ni pak?” perasaan Amira tak enak.
“Duh kayaknya bannya bocor nih mbk”

Hah .....

Amira terpaksa berjalan. High hill-an pula, tadi dia memesan taksi lagi tapi tak kunjung tiba. Perasaannya sekarang campur aduk.

Langkah Amira terhenti ketika mobil putih itu menepi didekatnya. Jangan-jangan penculik. Sekarang dia benar-benar ketakutan, curiga dan dia ingin memutuskan untuk lari saja atau pura-pura pingsan sekalian. Tapi kalau dia dibawa gimana?????
Akhhhh.... Tolonggggg

Kaca hitam itu terbuka dan membuat Amira tersadar dari perangsakanya.

“Mbak mau ke acara pernikahan di gedung Katulistiwa?”
Amira hanya mengangguk juga waspada.
“Kalau gitu bareng saya saja. Saya juga mau ke acara pernikahan disana”
Amira masih berpikir dan menimang-nimang.

Kalau dilihat dari penampilannya cocok sih tuh orang kalau mau ke kondangan, nggak kayak premen sih. Dan kalau kalau gue menolak tumpangan gratis ini bisa gempor nih kaki. Arggghhh ... bodo amat. Bismillah aja.

“Alhamdulillah sampai juga” Amira menghembuskan nafas lega. Sontan pria disampingnya menahan senyum gelinya.
“Terimakasih ya”

Ketika Amira memasuki gedung pernikahan itu sontan teman-temannya langsung menoleh sambil ternganga-nganga.

“Hai” sapa Amira dengan sumringah.
“Gila lu ... bawa pasangan” celetuk Wisnu.
Amira tersenyum Keki.
Ini cowok ketemu dijalan woi.
“Lu sewa dimana”giliran Syifa yang angkat bicara nggak tanggung-tanggung ngutarain kalimatnya. Bikin JLEB
“Eh itu kan mas ganteng kamar 207” kini giliran Amanda yang bikin Amira ternganga kaget.
Dan cowok yang tak jauh dari posisi Amira itu tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putih yang menghiasi wajah tampannya.










A Romantic BronisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang