"Ra, boleh minta nomer kamu?” ucap Attar sebelum Amira benar – benar turun dari mobilnya.
Amira mengulum senyum, karena baru kali ini dia mendengar Attar memanggil namanya.
Amira menyebutkan 12 nomer miliknya. Kemudian dengan cepat nomer Attar muncul dilayar hapenya.
Amira baru saja menyelesaikan tugasnya. Malam yang panjang. dia harus jaga malam. Untung teman jaganya Syifa dan Dea.
“De, laki lo nggak protes jaga malam gini?”
Dea tersenyum malu, “Nggak lah di awal sebelum gue nikah dianya sudah ngerti kok. Lagian tadi sebelum ke sini kami udah pacaran dulu” Ya ampun Amira tahu maksud sahabatnya ini.
Pacaran ya. Amira paham maksudnya. Jadi disimpan dah muka melasnya.
Gue kapan gitu.
Kling ...
Amira melihat layar hapenya.
Hari ini tugas malam ya. Semangat.
Amira mengulum senyum melihat pesan singkat itu.
Sejak mereka bertukar nomer, Attar dan Amira memang semakin dekat. Walau hanya dekat biasa saja. Attar yang lebih sering mengirim pesan di WA terlebih dulu. Bertanya tentang pekerjaannya, bercerita tentang anak-anak panti.
Tapi yang membuat rasa penasarannya selalu menyeruak, Attar tidak pernah bercerita tentang dirinya sendiri. Bahkan tentang luka - luka yang sering Amira jumpai. Tapi Amira sadar, siapa dia di mata Attar hingga harus tahu tentang hal itu.
“😊 ok”.
Amira membalas pesan Attar kemudian meletakkan kembali hapenya.
Syifa datang dengan muka menyelidik sambil menenteng sebuah kotak makanan dan ada tiga minuman disana.
“Sepertinya si pengirim tahu kondisi disini... dan lo pasti sedang menjalin sesuatu dengan bocah ganteng itu?"Amira yang dituding – tuding mengernyit kebingungan.“Lo nggak kesambet kan! Dan gue nggak kenal sama bocah ganteng yang lo maksud" jelas Amira.
“Ya ampun sampek nggak paham maksud gue. Nih, kiriman si bocah ganteng buat lo” Amira masih kebingungan.
“Ya ampun lu kagak baca datanya, pasien yang kerjaannya bonyok mulu keluar masuk ini RS” jelas Syifa.
Amira baru sadar ketika Syifa menyebutkan kalimat barusan. Dia menuju layar monitor dan mengetik sebuah nama.
“Jadi dia 25 ya ...” Kalimat itu keluar ditengah – tengah Amira mengunyah Martabak pemberian Attar, dia baru saja melihat data milik Attar.“Yup ...betul, seratus buat lo” ucap Syifa dengan mulut yang juga penuh dengan martabak sekaligus acarnya.
“Tapi nggak papa Ra ... sekarang tuh usia bukan batasan lagi buat ngejalin hubungan” Sambung Dea.
“Lagian siapa juga yang menjalin hubungan sama dia”
Ya kan! Gue nggak punya hubungan apa-apa sama dia. Tapi kenapa malah jadi lesu gini.
Malam ini udara cukup dingin, Amira menatap layar persegi panjang itu.
Maakasih ya makanan dan minumannya. Maaf jadi ngerepotin kamu.Tulis Amira dikolom percakapan. Tak ada balasan. Mungkin orangnya sudah tidur.
Amira melanjutkan tugasnya. Dan sesekali menegok layar hapenya. Dan masih sama tak ada balasan.
“Kenapa gue jadi kayak ABG gini ya ... akhhhh”
“Ra, Fa aku pulang dulu ya” pamit Dea. Lakinya sudah stand by menunggunya.“Akhh , enak kali ya dijemput gitu” ujarnya Amira melas.
“Sana cari pasangan biar nggak melas melas amat gitu Ra. Eh, tapi si Attar kayaknya naksir lo deh”

KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Bronis
Любовные романы"Salah ya! Kalau gue belum nikah di usia segini!. Salah juga ya kalau gue kemana- mana nggak bawa pasangan!". Amira. harus tahan banting dengan semua drama kehidupannya. Memutuskan untuk tinggal di kontrakan adalah keputusan yang paling tepat, set...