Seperti hari biasa, aku pergi ke sekolah bersama Raffi. Dan sesampainya disekolah, Raffi menggantarku sampai dikelas dengan jara kami yang saling bertautan. Seperti biasa, banyak pasang mata yang melihat kami dengan berbagai pandangan. Seperti biasa, Jantung ku terus saja berdetak tak seirama. Seperti biasa, Perasaan itu semakin membuncah kepada Raffi.Aku menghela nafas pelan, Lalu mencoba menarik tangan ku yang digenggam Raffi erat.
"Eh, eh, Jangan lepas!" Ucapnya tegas. Genggaman Raffi semakin mengerat saat kami sudah memasuki Koridor kelas XI ipa.
"Hai Nada.." Sapa Raffi saat sudah berada didalam kelas bersama ku. "Silahkan tuan putri.." Ucapnya padaku sambil menunduk sedikit.
Aku tersenyum lalu mendaratkan bokongku ditempat duduk ku.
"Mesra banget sih.." Goda Nada, "Emang setiap hari gini ya?"
Aku hanya mengangguk lalu mengernyit saat Raffi duduk diatas meja ku dan bersandar di tembok.
"Eh, ke kelas sana.."
"Nggah ah," Ia terkekeh pelan. "Kan guru-guru rapat. Jadi ngapain ke kelas.."
"Rapat?" Tanya Nada, Raffi hanya mengangguk. Aku mulai sibuk dengan ponsel ku tak mengindahkan Raffi dan Nada yang sedang bercerita.
"Disini, ada namanya Melody tidak?" Tanya seseorang dari ambang pintu. Aku mengernyit lalu menganggkat tangan.
Orang itu mendekat kearah ku, Dan aku melihat tatapan Raffi tak suka pada orang itu.
"Kenalin, Gue juan." Ucapnya sambil tersenyum manis. "Ah iya, Ini buat lo."
Satu tangkai mawar putih.
Baru saja Aku ingin mengambilnya, Raffi sudah mendahului ku lalu membuangnya ditempat sampah. Aku melongo, dan yang lain juga melongo.
"Maksud lo apa-apaan coba?" Tanya Raffi saat sudah berada didepan Juan. "Mau ngedekatin dia? Sorry bro, mending nggak usah deh!"
"Emang lo siapa nya dia? Pacar? Bukan. Kakak? Bukan. Kok lo sibuk banget sih.."
"Bodo amat! Sana lo, nggak usah deketin si Melod lagi!!"
Setelah itu, yang aku rasakan adalah tarikan kasar dari Raffi. Ia ternyata membawaku menuju Perpustakaan.
--
"Mikirin apa sih?"
Aku yang sedari tadi melamun lansung terkejut mendengar suaranya. Aku berada dibalkon kamar sambil menatapnya yang juga berada dibalkon kamarny.
"Sudah makan?"
Aku mengangguk.
"Jangan deket sama siapapun." Ucapnya tiba-tiba, Aku menatapnya lalu mengangguk pelan.
"Tapi Raf.." Pandangan kami bertemu. "Lo nggak seharusnya begini.. benar kata Juan tadi.
"Maksud lo? Lo nge-belain dia?"
Aku menggeleng. "Kita cuma sahabat Raffi. Enggak lebih. Lo udah janji kan ngebiarin gue berteman dengan siapapun? Tapi kenapa lo malah makin parah gini posesif lo?"
Raffi terdiam.
"Lo bukan siapa-siapa gue. We are just friend. Nggak lebih. So? kenapa lo larang gue ini itu."
Aku mendengar Raffi mendesah pelan, Pandangan kami kembali bertemu. "Apa gue harus jadi pacar lo dulu baru gue bisa larang lo in dan itu? Apa gue harus jadi Kakak lo dulu? Jawabannya Enggak. Status nggak ada artinya buat gue. Gue peduli sama lo, itu salah?"
Aku menunduk. Hati ku serasa sakit, Mendengar suara Raffi yang terdengar jauh dari pendengaranku.
"Gue care berarti gue sayang sama lo. Apa salah Sayang sama sahabat sendiri? "
Saat itu juga Raffi masuk kedalam Kamarnya tanpa berpamitan. Sekarang, Bukan aku yang meninggalkan nya. Tapi dia yang meninggalkan ku digelapnya malam.
■■
Semoga kalian suka sama cerita ini.
Jangan lupa buat Vote dan Komen, dan Follow karena cerita ini akan aku Private.Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay ✔️
Short Story[Follow instagram: @Indiartiip] •• Mempunyai perasaan kepada sahabat memang sulit. Itulah yang Melody dan Raffi rasakan, ditambah dengan orang ke-tiga dalam kehidupan mereka yaitu, Nada. Semua semakin sulit saat Nada mempunyai perasaan kepada Raffi...