Melody.
Hari yang ditakutkan pun datang, Hari senin, Awal bulan desember yang dimana seluruh Murid SMA Perwira melaksanakan Ujian semester. Setelah kami berbahagia karena Pensi beberapa Minggu yang lalu sekarang waktunya Kami bertempur menggunakan otak.
Dan, Semenjak acara Pensi selesai, Aku benar-benar menghindar dari Nada dan juga Juan. Oh ayolah, Aku butuh waktu untuk semua ini. Juan yang mengatakan ia sayang padaku, Raffi yang marah padaku, dan juga Nada yang dengan enteng nya mengatakan bahwa Aku bertengkar dengan Raffi—walaupun itu memang benar—tapi, Ia tak punya hak untuk mengatakan hal itu di depan umum kan?
Sekarang, Aku berteman dengan ke-empat gadis yang ku kenal semenjak Pensi. Yup, Alda, Yani, Dwi, dan Rachel. Aku senang bisa berteman dengan mereka, setidaknya mereka tidak seperti Nada kan? Yang mencampuri urusan orang lain. Huh, Entah kenapa aku menjadi sebal kepada Nada.
"Gimana Ulangan kalian?" Tanya Yani sambil meminum Es jeruk yang di pesankannya, "Susah nggak? Menurut gue sih, Alhamdulillah."
"Lo sih enak! Ada otak, lah gue?" Celetuk Alda sambil mendengus, Aku terkekeh melihat wajah sebalnya.
"Iya nih! Susah banget, Lo gimana Mel?"
"Gue?" Aku menunjuk diriku sendiri, "Yah— gitulah... Mau bilang susah juga tidak, bilang gampang juga tidak."
"Eh, kalau kita gini terus kapan belajarnya? Habis ini kan ulangan Mate-matika wajib." Celetuk Dwi sambil membuka buku, Akhirnya Kami pun larut dalam belajar kami. Ah, Betapa bahagianya aku berteman dengan mereka.
Bel berbunyi, tanda istirahat telah selesai. Sekarang, Kami sedang berjalan menuju Ruangan masing-masing, Ruangan Kami berbeda, Tidak semua sih. Cuman, Yani dan Rachel yang satu ruangan.
Sebelum Kami benar-benar terpisah, Yani mengatakan, "Jangan lupa baca doa, dan ucapkan Bismillah."
--
"Kalian ikut ke panti asuhan, nggak?"
Kami sedang belajar di rumahku, Ibu senang saat aku membawa ke-empat teman baruku ke rumah.
"Ngapain?" Tanyaku bingung, Aku mentap Dwi yang melempar pertanyaan itu.
"Masukin Alda ke panti asuhan." Celetuk Rachel membuat kami tertawa, sedangkan Alda hanya cemberut tak suka. "Canda ish."
"Yah, cuma mau ngasih sembako. Katanya, ini sudah menjadi kebiasaan disekolah kita. Setiap selesai Ulangan semester ataupun kenaikan kelas, Sekolah berkunjung ke panti asuhan hanya untuk berbagi. Acara nya Lusa."
"Kapan ke panti asuhan?"
"Lusa Mel, besok kan hari terakhir kita ulangan. Nah, Jadi lusa, Anggota Osis dan beberapa murid yang ingin berpartisipasi pergi tuh ke panti asuhan."
Aku mengangguk, Tadi Dwi bilang kalau Anggota Osis dan beberapa murid yang berpartisipasi, Berarti Raffi ikut. Bicara tentang Raffi, Aku menjadi semakin bersedih karena Raffi yang benar-benar tidak ingin melihatku. Ia benar-benar menghindar dariku, Setiap kami bertemu Raffi selalu menganggapku tak ada, dan pada saat aku berjalan satu koridor dengannya tiba-tiba saja Raffi memutar badannya untik menghindari ku. Dan, pada saat mata kami saling bertemu, Raffi dengan mudahnya memutuskan kontak mata kami. Oh tuhan, Bahkan saat aku mencoba berbicara dengannya, Raffi hanya menatapku datar lalu pergi meninggalkan ku begitu saja.
"Mel..."
Jentikan tangan Alda didepan wajahnku membangunkan ku dari lamunan tentang Raffi. Aku menghela nafas pelan, menghirup udara masuk kedalam paru-pariku, Entah kenapa Aku merasa sulit bernafas, semua terasa sesak di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay ✔️
Short Story[Follow instagram: @Indiartiip] •• Mempunyai perasaan kepada sahabat memang sulit. Itulah yang Melody dan Raffi rasakan, ditambah dengan orang ke-tiga dalam kehidupan mereka yaitu, Nada. Semua semakin sulit saat Nada mempunyai perasaan kepada Raffi...