Chapter 8

1.3K 139 14
                                    

Raffi

Aku sakit hati saat tempo hari Melody mengatakan bahwa kami hanya sebatas teman. Apa Melody tidak mempunyai perasaan yang sama sepertiku?

Perkataan Melody masih tergiang dikepala ku, ketika ia bilang bahwa semua ini salah. Dibagian mana yang salah? Apa karena aku mencintainya, Dan apakah itu adalah letak kesalahan dari pertemanan kita?

Aku mencoba untuk menghiraukan Melody dua hari, dan itu adalah cobaan terbesar dalam hidupku. Hati ku sakit saat melihat Melody hanya berdiam diri dikelas. Aku pun menitipkan beberapa cemilan kepada Nada untuk Melody, namun aku juga mengatakan padanya bahwa jangan bilang kalau cemilan itu dariku. Dan hari ini, Kami sudah kembali seperti semula. Tertawa bersama, dan menghabiskan waktu hanya berdua. Perasaan ku kepadanya semakin bertambah, padahal sudah aku kubur dalam-dalam karena Aku tau, Melody tak suka padaku.

"Kapan lo bisa mengerti perasaan gue?"

Aku menatap kearah langit-langit kamar apartemenku. Tadi, setelah mengantar Melody pulang dan menganggkatnya sampai ke tempat tidur, Aku lansung berpamitan menuju Apartemen. Bukannya apa, Cuman aku tak tega membangunkannya.

"Melody yang dulu suka gue isengin, berubah menjadi Melody yang gue cinta." Aku tersenyum. Dan memilih untuk tidur

--

Raffi Alatas : siap-siap ya.. gue jemput.

Setelah mengirim pesan kepada Melody, aku bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Butuh sekitar tiga puluh menit untuk aku bersiap-siap.

Sekarang aku berapa didalam mobil, Berniat untuk menjemput Melody namun ponselku berbunyi menandakan ada telfon. Saat aku melihatnya ternyata yang menelfon adalah Nada.

"Halo Nad?"

"Ha-hallo Raffi?"

Aku mengernyit, Suara Nada seperti cemas. "Iya, ada apa Nad?"

"gue.. minta tolong bisa nggak?"

"Iya, boleh kok... Minta tolong apa Nad?"

Ku dengar Nada menghela nafasnya diujung telfon, "Mobil gue mogok di daerah Arteri. Lo bisa kesini nggak? Soalnya gue juga enggak tau bengkel didekat sini dimana... bisa?"

Sontak Aku tertawa. Tentu saja bisa, Kawasan apartemen ku masih berada didaerah Arteri tentu saja dekat.

"Oke. Tunggu gue disana, nanti gue telfon orang bengkel bawa mobil lo."

"Makasih ya, Makasih banget. Soalnya gue takut telat.."

"Sip. Otw gue,"

Tut

Sambungan diputuskan, Aku pun bergegas  mencari Nada dipinggir jalan daerah Arteri.

"Hai, butuh tumpangan neng?" Ucapku bercanda, lalu tertawa melihat wajah kaget Nada.

"Kagetin tau nggak... Nih, mobil gue mogok."

Aku kembali tertawa, lalu tiba-tiba terganti menjadi suara kesakitan karena Nada mencubitku.

"Diam, jangan diketawain."

"Oke-oke. Tidak ketawa, Yasudah, Ayo kita masuk ke mobil gue. Gue udah nelfon pegawai bengkel langganan gue, tenang aja."

Nada masuk kedalam mobilku dengan kaki disentak-sentak membuat aku sedikit terkekeh, lalu melihat Danis -pegawai bengkel langgananaku- datang.

"Mobil baru bro?" Tanya Danis, "Kenapa lagi ni?"

Aku terkekeh, "Engga, mobilnya temen tuh yang didalam." Ucapku sambil menunjuk ke arah Nada.

"Benerin ya, Nanti pulang sekolah gue sama Dia dateng."

Stay ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang