23 Oktober 2016
.
.
.
"BUNDAAAA!!!!! Kaus kaki kaka di mana?" teriakan azka membuatku mengalihkan perhatianku. Aku yang mulanya di dapur menyiapkan bekal untuk azka sekarang harus berjalan menghampirinya.Sekarang azka sudah aku sekolahkan di TK Kartika. Azka tumbuh menjadi anak yang baik ia tidak pernah membantah perkataanku, azka juga menjadi idola di sekolahnya ia selalu di dekati anak-anak perempuan seusianya.
Pernah waktu itu azka di goda salah satu orang tua siswa yang ingin menjadikan azka menantunya tapi dengan santai azka mengatakan. 'Kalau ia secantik bunda kaka bakalan nikahin kalau ngak, kaka ngak mau.'
Entah kenapa aku merasa azka akan jadi calon playboy nantinya. Hahaha"Kaka bundakan udah bilangin berkali-kali kalau mau cari sesuatu ngak perlu kamarnya di acak-acakkin. Sekarang kamarnya kaka jadi berantakan." aku mengacak pinggang di depan pintu yang terbuka lebar.
Kaka cemberut lalu mengembungkan pipinya. "Kaka kan cuma mau cariin kaus kakinya kaka,bun." aku hanya menghela nafas. Ku usap kepalanya. "Ya udah, pakai kaus kaki yang lain dulu.hemm." azka mengelengkan kepalanya.
"Kaka mau pakai yang itu bun, yang ada minionnya bu!" azka menghentakkan kakinya. "Yang lain juga kan minion." tawarku.
"Bunnn,,kaka sukanya sama bob bukan kevin ataupun yang lainnya."
"Ya udah, kaka cari luar siapa tau nyelip di kolong sofa." kataku. Azka menggangukkan kepalanya lalu berlari menuju keluar sedangkan aku membereskan kekacauanya.Aku keluar menghampiri azka tenggelungkup meraba-raba di bawah sofa.
"Aden lagi ngapain tengkurep di situ non?" tanya bibi sambil terkekeh. "Biasalah bi." jawabku sambil tersenyum.
"Oo,iya bi, kalau rana ngak sempat jemput kaka, bibi aja yang jemput kaka nanti."
"Iya non, kalau gitu bibi mau ke belakang dulu mau bersihin daun yang kering." aku mengangguk. Melihat anggukanku bi inah pergi kebelakang."AAAAAAAAAA...." azka langsung berlari menuju tempat penyimpanan sepatunya. Kulihat azka mencoba mengambil sesuatu di dalam sepatunya.
"Tadaaa.....ketemu!!!!" azka memutarkan tangannya di udara lalu dengan senyum lebar menghampiriku.
"Bunnn,udah ketemuuuu."pekiknya. 'Untung sayang' batinku.
.
.
.
Setelah sampai di sekolah Aku menunduk lalu mengelus kepala azka.
"Kaka jangan nakal di sekolah, kalau bunda ngak jemput kaka bi inah yang nantinya jemput." ucapku lalu mencium keningnya.
"He'em bunn." jawabnya."Pagi calon menantuku.."
"KAKA....." aku dan kaka menoleh mendengarkan pekikkan anak kecil, ia berlari lalu memeluk kaka.
"Iiisss,,,chacha ngapain sih meluk-meluk kaka."
"Chacha kan kangen sama kaka emangnya ngak boleh meluk?" aku hanya tersenyum melihat tingkah kaka.
"Kemarin juga ketemu kok."
"Tapi chacha kan tetap kangen kaka."Chacha teman satu jelas azka, namanya chalista bella, salah satu murid yang paling sering menggoda azka. Walaupun kaka selalu membentaknya tapi chacha tidak pernah marah malahan chacha bilang kalau azka lebih mengemaskan jika marah.
"Mba rahma, rana titip kaka hari ini soalnya rana mau ngurus salah satu cabang kafe rana dulu, jadi ngak sempat lihatin kaka hari ini."ucapku
"Iya na, ngak masalah kok. Aku juga harus lebih dekat dengan calon mantuku." mba rahma menepuk pelan pundak sedangkan aku hanya tersenyum kecil mendengarkan gurauannya."Bunda rana, sering-sering aja nitipin azka ke mama biar chacha lebih dekat dengan kaka." chacha semakin mengelut manja di lengan kaka.
"Iiisss,,chacha ngomong apaan sih? Chacha pikir kaka cowok apaan yang mau lengket sama cewek?" kaka melapaskan pelukan chacha. Chacha merenggut kesal.
"Cowok chachalah..." aku dan mba rahma cuma terkekeh melihat tingkah kedua anak kami."Rana, kalau gede kita jodohin aja, gimana?" bisik mba rahma.
"Kalau jodoh kenapa ngak mba?"
.
.
.
At Caffe
Aku sudah selesai membuka cabang kafe ku. suasana di kafe ramai seperti biasanya untuk pembukaan biasanya semua makanan di kafe gratis untuk hari pertama, hari berikutnya bayar. WkwkkkkWkwkkkk"Bos, ada tamu yang minta dilayanani secara langsung." aku mengangkat wajahku laku menganggukan kepalaku.
Aku menyimpan file penghasilan kafe dan Restoranku lalu mematikan laptopku. Aku berjalan keluar ruanganku mengahampiri seorang pria yang duduk di pojokan dekat jendela.
"Selamat datang tuan, anda ingin memesan sesuatu...?" tanyaku. Pria itu menoleh tatapan mata kami tertabrak beberapa saat, aku langsung mengejapkan mataku.
"Tuan bian..." tanyaku tak percaya. Dia hanya tersenyum singkat melihat terkejutanku.
"Jadi ini cabang kafemu? Aku tidak menyangka jika kamu memiliki banyak cabang kafe maupun Restoran." pujinya.
"Anda terlalu memuji." aku hanya tersenyum sopan.
"Untuk pengusaha seperti dirimu, kau termasuk sukses.""Baiklah...anda ingin memesan apa?" tanyaku
"Aku hanya ingin memesan capucino saja." aku memanggil rika dan mengatakan pesanannya, rika mengangguk dan berniat meninggalkan kami."Bisakah kau yang membuatkannya, aku lebih suka kopi yang kau buatkan untukku waktu itu." ucapan bian membuat rika menghentikan langkahnya. Rika tampak melihat kearahku, aku menganggukkan kepalaku lalu berjalan menuju dapur.
Entah kenapa setiap aku melihatnya aku seperti melihat azka. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan karna setahuku seorang trisbian agung wijaya sangat tertutup dengan privasinya.
Aku membuang pikiran itu jauh-jauh lalu melanjutkan pekerjaanku.
***
"Ini pesananya." aku meletakkan cangkir di depan dengan aroma kopi yang tercium pekat di penciumanku.
"Biasakah kita mengobrol sebentar?" tanyanya.
"Emm,,sepertinya bisa." aku menarik kursi di depannya lalu duduk sedangkan bian menyesap kopinya."Seperti biasa sangat pas di lidah." aku hanya tersenyum kecil mendengarkan pujiannya.
"Dimana putramu yang pernah menabrakku?" tanya bian.
"Dia sedang berada di rumah, mungkin sekarang lagi tidur." jawabku sekenanya
"Baiklah.""Mungkin hanya kau tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan. Aku bukanlah orang yang mudah menyukai anak kecil karna menurutku mereka sangat menyusahkan tapi--" aku menatap bian.
"Sejak bertemu dengan azka entah kenapa aku merasakan seperti menemukan sesuatu yang hilang. Aku sangat menyukai azka." aku tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan karna semua orang juga tahu kalau seorang trisbian sangat tertutup.Aku tersenyum kecil. "Azka anak yang baik dan imut jadi saya pikir tidak salah jika dia disayangi banyak orang termasuk anda."
"Yahh,,mungkin kau benar."ucapnya"Bundaaa....." aku merasakan tangan kecil memeluk lenganku dengan manja. Aku menoleh ke bawah melihat azka.
"Maaf non,tapi aden azka kekeh pengen ketemu dengan non." bi inah menunduk di samping azka.
"Ngak papa bi."ucapku dengan lembut."Paman disini juga?" azka berjalan menuju bian dan langsung duduk di pangkuannya. "Kaka." gumamku.
"Tidak papa."kata bian.
"Paman tadi kenapa tidak ke sekolah?" aku mengenyitkan dahiku, menatap bian dan azka dengan tanda tanya."Paman sedang sibuk, jadi tidak bisa." azka hanya cemberut dan memajukan bibirnya. Bian hanya terkekeh melihat azka. Eeehhh??? Kalau di lihat-lihat senyuman bian sangat mirip dengan azka bahkan bentuk wajahnya juga sangat mirip. Aku menggelengkan kepalaku. Mungkin salah lihat pikirku.
"Bunda kenapa?"tanya azka kepadaku. Aku hanya menggeleng dan tersenyum kecil kepadanya. Ya allah semoga apa yang aku pikirkan tidak benar.
.
.
.
.
END

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Anakku (TAMAT)
Historia Cortakirana ramadhania perempuan berusia 23 tahun yang berusaha mempertahankan anaknya Rank #307 /08-10-2017 (shortstory) #251 /11-10-2017(ShortStory) #181/12-10-2017(ShortStory) #144/15-10-2017(ShortStory) #58/21-10-2017(ShortStory) #33/24-10-2017(Short...