Senyum rana tidak pernah hilang dari wajahnya. Di samping kanannya terlihat azka yang tengah mengenggam tangannya sambil tersenyum lebar sesekali azka tertawa mendengarkan gurauan rana.
"Ehh,anda..." rana terkejut melihat bian berdiri di depan pagar rumah.
"PAMAN!!!!" azka langsung memeluk pinggang bian. Bian menunduk lalu tersenyum lembut pada azka.
"Akanku antar.." bian mengendong azka lalu mengesekkan hidungnya ke hidung azka."Ngak usah, aku sama azka bisa di antar sama sopir kok." tolak rana dengan sopan.
"Benarkah? Padahal setelah ini aku ingin sekali membicarakan tentang kerja sama antara restoranmu dan hotelku." ucap bian. Rana terlihat terkejut mendengarkan ucapan bian."Bunnn, kita ikut paman bian aja ya bun, kaka pengen berangkat bareng paman bian." azka memeluk leher bian. "Ya udah deh kalau kaka pengennya gitu." rana merasa tidak nyaman dengan bian, apalagi rana sudah memiliki seorang anak, rana tidak ingin orang-orang salah paham dengannya.
Rana meraih azka yang masih berada di gendongan bian. Bian membuka pintu mobilnya mempersilahkan rana masuk ke mobil mahalnya, sedangkan rana masuk dan mendudukan azka di pangkuannya. Bian memutari mobil lalu masuk ke tempat depan stir mobil.
Ahhh,,,bukankah mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia.Sepanjang perjalan bian hanya diam sesekali ia melirik kearah rana yang sedang asik menyanyikan lagu anak-anak bersama azka yang berada di pangkuannya. Tanpa bian sadari ia tersenyum melihat keakraban ibu dan anak itu.
"Paman, apa paman akan menjemput kaka nanti?" tanya azka. Bian yang mulanya fokus dengan pemikirannya kini beralih mendengarkan azka.
"Kaka ngak boleh ngerepotin om bian kek gitu." buru-buru rana menyela ucapan azka.
"Kalau paman ngak sibuk, paman bakalan jemput azka." sahut bian dengan senyum kecil.
"HOREEE!!!!" teriaknya."Anda tidak usah repot-repot menjemput anak saya, biar saya saja yang menjemputnya, lagipula saya tidak sibuk hari ini." ucap rana canggung.
"Ngak usah seformal itu. Kamu bisa memanggilku bian tapi sepertinya aku lebih tua di bandingkan kamu. Lagipula aku enggak merasa kerepotan kok." ucap bian yang masih memfokukan diri ke arah jalan."Emm, baiklah tu...ehh,,,m-mas bian." ucap rana dengan nada gugup. Bian hanya terkekeh mendengar kegugupan rana di sampingnya.
***
Sesampai di sekolah,bian membukakan pintu mobil untuk rana dan azka keluar. Rana terlihat mensejajarkan tubuhnya dengan azka lalu mengusap pelan pucuk kepala azka.
"Kaka ingatkan pesan bunda." tanya rana.
"He'em bunn." azka menganggukkan kepalanya. Rana tersenyum lalu mengecup kening dan bibir azka. Ini kebiasaan azka yang tidak bisa hilang darinya.
"Gitu? Coba bunda dengar!" kata rana. Azka menganggukan kepalanya."Ngak boleh nakal di kelas, ngak boleh jahilin teman, harus nurut dengan bu guru, dan ngak bolee...-"
"Pagi calon menantu kesayangan mama."
"KAKA...-" teriak chacha.
"Dan ngak boleh dekat sama chacha, iyakan bunn?" lanjut azka. Chacha merenggut kesal, ia lalu menyilangkan tangannya di depan dadanya."Kenapa chacha ngak boleh dekat sama kaka?" tanya chacha dengan wajah cemberutnya.
"Chacha kan cewek seharusnya dekat sama cewek, emangnya chacha ngak malu dekat sama cowok?" tanya azka sambil menggacak pinggangnya.
"Kalau cowoknya kayak kaka sih chacha mau aja.hehehe" azka memalingkan wajahnya sedangkan rana dan rahma tertawa, gemas melihat kelakuan anak mereka. Disamping itu bian hanya menyunggingkan senyum melihat kelakuan anaknya.kemudian azka dan chacha masuk kedalam sekolahnya, terlihat chacha yang selalu mengandeng lengan azka dengan begitu manjanya."Eehh,rana ngak bilang kalau ada bapaknya." rahma akhirnya menyadari keberadaan bian di samping rana. Bian hanya tersenyum singkat sedangkan rana terkejut mendengarkan ucapan rahma.
"Ya alloh, mirip bener sama azka." bian yang mendengarkan hal itu hanya tersenyum singkat. 'Karna dia anakku' batin bian.
"Ehh, mba....sebenarnya...-"
"Saya pamit dulu. Rana aku menjemputmu dan juga azka." bian pamit lalu masuk ke mobilnya.Mobil bian berjalan menjauhi tempat sekolah azka, rana terkejut saat bian memanggilnya dengan nama kecilnya.
Deg deg deg
Debaran jantung rana semakin cepat. Rana bukannya tidak tahu maksud dari jantungnya, rana sangat tahu tapi rana menepis jauh-jauh perasaannya.
"Hey,,ngalamun apaan?" lamunan rana buyar ketika merasakan tepukan di bahunya.
"Ah,ehhh,,,ngak kok mba." bantah rana. Kemudian rana dan rahma berjalan menuju tempat biasa ia dan rahma menunggu anak mereka.***
Bunyi bel sekolah terdengar nyaring di pendengaran. Semua anak-anak berhamburan ingin segera pulang, tapi tidak dengar anak yang bernama chalista bella. Ia tampak malas mendengar suara bel, bukan tidak mau pulang hanya saja chacha tidak bisa melihat azka jika ia sudah berada di rumahnya.
"Chacha kenapa?"tanya azka. Azka melihat chacha yang dari tadi terlihat malasan.
"Ngak kenapa kok, cuma chacha ngak bisa aja liat kaka nantinya,hufttt." chacha menghembuskan nafasnya lalu mengerucutkan bibirnya."Besokkan kita ketemu lagi." kata azka.
"Tetap aja ngak bisa ketemu kaka." kesal chacha.
"Chacha ngak usah sedih dong, bentar kok kita pisahnya besok juga ketemu lagi, percaya deh sama kaka." azka memnggengam tangan chacha.Chacha yang mulanya cemberut jadi senang karna azka perhatian padanya. Chacha akhirnya mengangguk lalu tersenyum gembira. Mereka bergandengan tangan keluar dari kelasnya.
***
Di luar kelas rana dan rahma menunggu anak mereka keluar dari dalam kelas. Rahma terpekik melihat azka mengandeng tangan anaknya berjalan menuju mereka.
"Mereka sangat serasi na, ngak salah aku milih azka jadi mantuku nanti." kekeh rahma. Rana hanya tersenyum kecil melihatnya.
"Bunnn,tadi chacha cemberut gara-gara ngak mau pulang, jadi kaka hibur bunn, ngak papa kan bunn?" tanya azka. Rana menjongkok lalu mengelus kepala anaknya. "Ngak papa."
***
Sebuah mobil tampak mendekat ke arah mereka. Bian keluar dari mobil dengan senyum lembutnya, rana di buat terpaku melihat senyuman bian.
"Ehh, rana itu suamimu jemput." rana buru-buru menggelengkan kepala.
"Kamu kenapa na, sakit?" tanya rahma. "Ngak kok mba." jawab rana
Rahma pamit pulang karna sopirnya sudah menunggu sedari tadi.Bian membukakan pintu mobilnya dan membiarkan rana dan azka masuk.
"Makan dulu atau langsung kerumah?" tanya sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Langsung ke restoranku saja, sekalian makan di sana." jawab rana.
"Bunnn,,,kaka mau es krim yang banyakkk nanti." ucap azka sambil melebarkan tangannya.
"Ngak boleh makan kebanyakan, nanti kaka batuk." rana mencubit gemas hidung azka.
"Emmm, nanti batuk yaaa? Oki dokie bunnn." kekeh azka.Tanpa mereka sadari dari kejauhan tampak dua orang dan salah satunya pria paruh baya melihat kegiatan mereka sedari tadi.
"Jadi itu anaknya?"tanya pria paruh baya.
"Iya tuan, itu anaknya tuan bian." jawab pria yang duduk di depan stir mobil.
"Bian,,bian,,kau tidak akan bisa menyembunyikan anak itu lebih lama, semua orang akan tahu kalau group wijaya sudah mempunyai seorang pewaris."
.
.
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Anakku (TAMAT)
Historia Cortakirana ramadhania perempuan berusia 23 tahun yang berusaha mempertahankan anaknya Rank #307 /08-10-2017 (shortstory) #251 /11-10-2017(ShortStory) #181/12-10-2017(ShortStory) #144/15-10-2017(ShortStory) #58/21-10-2017(ShortStory) #33/24-10-2017(Short...