Woozi (Lee Jihoon)

435 34 0
                                    

When I'm talking about love, when you're talking about love,
Am I really crazy for you?

"APA?! DIJODOHKAN?!" aku terbelalak mendengarkan perkataan ayahku. Yang benar saja, ini sudah jaman maju kok malah ayahku ngatur perjodohan.

"Iya, ayah sudah bicara dengan teman ayah dan anaknya, dan mereka setuju"

"Anaknya setuju untuk dijodohkan?! Huh, yang benar saja. Dia pasti penurut, dia tidak tau bagaimana konsekuensi jika dijodohkan dengan orang yang tidak dia cintai"

"Jiah~"

"Ayah, aku tidak mau di jodohkan. Sudah cukup ayah mengatur hidupku selama ini. Aku rela melepas impianku masuk kedokteran demi ayah. Dan aku tidak mau melepas statusku demi ayah."

"Tapi kau belum bertemu dengannya kan? Coba temui dulu. Ayah yakin kau pasti akan jatuh cinta dengannya. Ini kesempatan keluarga kita untuk menjadi lebih baik"

"AYAH MENJUALKU?!"

"Tidak. Ayah tidak menjualmu. Ayah hanya berusaha memberikan yang terbaik untukmu"

"Ayah, aku lelah. Aku lelah di atur. Aku tidak mau di jodohkan"

"Baiklah, begini saja. Sekali saja, coba kau temui dia dulu. Jika kau memang tidak ada sedikitpun kecocokan dengannya maka ayah tidak akan menjodohkanmu."

"Baiklah. Aku setuju"

Dan setelah pembicaraan itu selesai pikiranku kemana mana. Apa aku harus mencari pacar agar aku tidak di jodohkan? Apa aku harus menyewa pacar? Tapi itu tidak akan mempan. Toh ayah bilang bertemu dulu, tapi tetap saja aku tidak mau.

Siang ini aku ada acara makan siang dengan laki laki yang di jodohkan denganku. Aku sudah menunggu 10 menit yang lalu dan dia belum juga sampai di restoran ini. Dasar laki laki tidak bertanggung jawab. Laki laki seperti itu kok bisa di jodohkan denganku.

Aku selalu berharap agar pintu yang dari tadi kuperhatikan itu mendatangkan seseorang yang mungkin bisa menjadi hiburanku. Atau paling tidak si laki laki itu segera datang.

Pintu terbuka, menandatangkan seorang tamu yang punya aura kuat. Dia tidak tinggi tapi sepertinya masih lebih tinggi dia di banding aku. Matanya tajam menusuk, sungguh mematikan. Raut wajahnya tidak ada sedikitpun senyuman yang mengembang. Dan dia datang padaku.

"Yoo Jiah?"

"Ya?"

"Aku Lee Jihoon, calon suamimu"

Seakan di serang oleh anak panah. Dia? Calon suamiku? Dia yang dijodohkan denganku?! Aku tidak mau. Dia terlihat sangat jahat, bagaimana jika aku di pukuli nanti saat menikah??? Tidak tidak aku tidak mau

"Aku tidak mau jadi istrimu. Jadi segera tolak perjodohan ini" kataku memberanikan diri menatap matanya yang hiiii ngeri sendiri.

"Untuk apa aku menolak? Tidak ada untungnya aku menolak" katanya dengan nada dinginnya

"Lalu untuk apa kau terima? Toh tidak ada untungnya juga kau menerima"

"Tentu saja aku beruntung" aku tak percaya apa yang baru saja dia bicarakan. Beruntung?

"What?!"

"Coba pikirkan, kau dan aku menikah. Perusahaan dapat bekerja sama dengan baik. Aku untung, kau untung"

"KAU BERNIAT MEMBELIKU?!"

"Aku tidak membelimu. Aku menikahimu"

Menikahiku dengan dasar perusahaan?! Itu namanya membeliku. Ahhhh aku tidak terima. Aku tidak mau. Biarkan saja orang bilang aku seperti anak kecil. Intinya aku tidak mau. Aku mau menghabiskan sisa hidupku dengan laki laki yang ku cintai. Bukan laki laki seperti dia!

"Tolak perjodohan ini. Aku tidak akan pernah menerima perjodohan ini sampai kapanpun" setelah ku katakan semuanya, aku segera pergi dari restoran itu.

Aku tak mengetuk pintu rumah begitu sampai rumah. Aku bahkan tak mengetuk ruang kerja ayahku dan langsung masuk. Biar saja ayahku kaget, toh dia tidak punya riwayat penyakit apapun

"Ada apa tiba tiba masuk? Apa terjadi sesuatu"

"Ya. Jika ayah masih menjodohkanku dengannya, akan kupastikan angkat kaki dari rumah ini. Ingat ayah, aku satu satunya anak ayah. Jika aku pergi, tidak akan ada yang mengurusi perusahaan ini. Aku sudah cukup menuruti semua keinginan ayah. Jadi tolong hargai keinginanku yang terakhir ini" ayahku hanya diam

Aku segera pergi menuju kamar. Menutup pintu dengan kasar, mengacak rambutku kasar, dan melemparkan diriku di kasur dengan kasar.

Iya kalau aku dijodohkan dengan Mingyu Seventeen, sudah tampan, tinggi, pintar masak. Nah ini? Pendek, dingin, tidak bertanggung jawab pula.

Aku tak peduli jika aku harus kabur, meskipun kartu kreditku di blokir aku tak peduli. Aku masih punya atm yang tidak di ketahui oleh ayahku, dan aku punya bisnis dengan temanku yang tidak diketahui oleh ayahku. Aku masih bisa hidup, karna aku tidak manja seperti kebanyakan orang.

TOK TOK TOK

Pintu kamarku terbuka, memperlihatkan sosok yang aku tidak suka. Kenapa dia bisa ada disini?!

"Bagaimana kau bisa disini? Ini rumahku! Dan bukannya kau tadi masih direstoran?! Bagaimana kau tau rumahku" setelah aku menyelesaikannya dia memutar matanya kesal. Hey! Disini seharusnya aku yang kesal bukan dia.

"Ayo kita bicara"

Aku bangun dari kasurku begitu dia masuk dan mengunci pintuku. Apa dia gila?! Tidak tidak, apa ayahku gila?! Membiarkan seorang laki laki masuk kedalam kamar anak perempuannya?!

"Ya bicara di luar! Atau tidak usah di kunci!" Suaraku semakin tinggi melihat kelakuannya. Dia benar benar gila.

"Kenapa? Kalau di kunci kita bisa lebih nyaman bicara" jawabnya santai. NYAMAN?! Yang benar saja nyaman. Huh.

"Kau bisa mati ditanganku sekarang jika tidak keluar dari kamarku"

"Kenapa?"

"Mungkin aku terlihat seperti wanita, tapi aku bisa membunuhmu dengan tendanganku jika kau macam macam denganku" aku memberikan senyumanku yang sedikit saja merendahkannya.

Dia nampak berpikir setelah apa yang ku katakan barusan. Tentu saja, dia harusnya berpikir. Karna jika dia masih mengunci kamar ini maka-

"Ayo bertaruh" ajaknya. Bertaruh? Apa???

"Hah?"

"Jika kau bisa mengalahkanku maka aku akan melepas perjodohan ini. Jika tidak, kau harus menerima."

"Hahahaha. Baiklah, siap siap saja kau melepaskan perjodohan ini dan masuk rumah sakit. Jangan kau pikir aku takut denganmu"

"Terserah. Siap?" Tanpa pikir panjang aku segera menyerangnya dengan kakiku.

Namun seranganku gagal. Wow? Apa dia juga sabuk hitam? Hapkido? Taekwondo? Karate? Atau apalah itu? Mengapa gerakannya cepat sekali? Hei. Bahkan aku melawan pelatih hapkidoku sendiri tidak sesulit ini.

Dan begitu aku mendapat kesampatan, aku membantingnya. Dia sedikit meringis karna punggungnya terkena lantai. Dan aku tersenyum menang

"Aw" ringisku, begitu dia membalasku. Dia tidak menyerah, dan dia tidak main main. Dia benar benar membantingku. Aku ingin menyerah, tapi aku tidak mau melanjutkan perjodohan ini.

Jadi aku tidak akan pernah menyerah, karna aku terus berusaha melawannya. Dan, akhirnya...

Tbc
Ehhhh kebanyakan lagi 😂 hehehe maaf yaa, ide mengalir deras sih 😂😂😂

Al1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang