Joshua

370 36 0
                                    

I realized then, like a habitual saying. That I desperately looked for you as I called for you

Jika ada yang mencariku, maka carilah aku di atap gedung rumah sakit ini.

Aku sedang berusaha keras untuk bernegosiasi dengan dokter yang ingin bunuh diri. Terdengar aneh memang, tapi aku tidak menyangka jika dia akan nekat untuk berdiri di tepi gedung dan akan bunuh diri.

Jika dia bunuh diri, lalu? Bagaimana dengan pasien yang dia tinggal? Dia bisa menyembuhkan orang dengan tangannya, dia bisa menyelematkan orang. Tapi mengapa dia malah tidak ingin menyelamatkan nyawanya sendiri?

"Tak bisakah kau memanggilku seperti dulu lagi?" Tanyanya lirih

"Lalu bagaimana denganku? Tak bisakah kau tidak mengenalku lagi?"

"Aku mecintaimu Jiah"

"Aku juga. Tapi aku tak bisa"

"Baiklah jika kau tidak bisa. Haruskah aku pergi dari mu agar kau memanggilku seperti dulu? Kembali padaku seperti dulu?"

Aku menatapnya tajam. Dia mengancamku? Dia mencoba untuk mengancamku dengan bunuh diri? Coba saja.

"Pergi lah. Loncat lah jika kau mau loncat. Aku tak peduli, kau begitu jahat. Kau tidak mengingat pasienmu yang masih rawat inap yang membutuhkanmu."

"Apa kau tidak membutuhkanku?"

"Tidak. Tapi pasienmu membutuhkanmu. Jika kau loncat, maka ada 13 pasien rawat inap dan 20 lebih pasien rawat jalan yang kau tinggalkan. Ah jangan lupa ada 2 pasien yang mengantri untuk kau operasi minggu depan"

Dia terdiam, wajahnya nampak berpikir.

"Atau kau mau aku yang ambil alih pasienmu? Andai saja aku dokter. Aku pasti akan mengambil alih, sayangnya aku hanya seorang perawat"

Skak mat. Dia tidak akan loncat, aku yakin. Dia benar benar sayang terhadap pasiennya. Aku yakin dia tidak akan loncat

"Dokter Choi akan menggantikanku. Dia dokter terbaik ke dua setelah diriku. Jika kau memang ingin aku loncat aku akan loncat." Dia tersenyum. Apa dia gila?! Bagaimana bisa dia jadi dokter???!

Tunggu, kakinya... kakinya bergerak. Aku mulai takut, aku berjalan pelan menuju ke arahnya yang tidak jauh dariku berdiri.

"Aku pergi. Selamat tinggal, aku mencintai-"

"JOSH!" Panggilku begitu melihat kaki satunya sudah melayang di udara dan dia akan loncat. Aku segera berlari kearahnya dan menarik tangannya. Untung saja aku tidak terlambat. Tapi..

"AKKKH!"

Badannya menindihku karna aku berhasil menariknya. Dan sepertinya punggungku terkena sesuatu. Ini.. ini sangat sakit

"Akkhhhhh sakit sekali" aku menangis. Rasanya sangat sakit.

"Jiah? Yoo Jiah kau kenapa???"

"Sakittttttt aaaaaakkhhh" Joshua segera bangkit dan mengangkatku. Tapi dia menyentuh bagian tengah punggungku yang terkena entahlah, sepertinya terkena batu bata, karna tidak tajam. Tapi sangat menyakitkan.

"JOSHUA SAKITTTTTT JANGAN DISITU" aku masih terus menangis. Punggungku benar benar sakit, dan kakiku seakan tak kuat untuk menahan bebanku sendiri.

"Tahan tahan sebentar ku mohon bertahanlah sebentar" dia segera menggendongku, mengangkatku, tangan kirinya berada di sekitar kakiku dan tangan kananya berada di sekitar pundakku. Posisi ini memang sangat menyakitkan, tapi lebih menyakitkan jika dia menyentuh punggung tadi

"Tahan sebentar kumohon"

Aku masih terus menangis, dan dia segera membawaku ke UGD.

Begitu sampai di UGD dia segera mendudukkanku di kasur pasien. Aku tidak bisa tidur, ini akan sangat menyakitkan.

Al1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang