Jeonghan

259 20 0
                                    

⚠⚠⚠

I rather wish that you were having a rougher time. I want you to think of me

Aku diam tak berkutik di sebuah kamar ini. Aku masih duduk, merengkuh kedua lututku. Pikiranku kemana mana. Kamar ini, adalah kamar yang telah mengunciku selama 2 hari ini.

Dan orang yang mengunciku adalah Jeonghan, mantan kekasih ku sendiri. Aku benar benar takut saat dia tiba tiba datang masuk ke apartemenku. Dan menyuruhku mengikutinya.

Aku memang putus dengannya secara tidak baik. Dia yang memutuskanku, tapi dia juga yang memaksaku untuk kembali. Aku selalu menolak. Dan inilah akhirnya karna penolakanku. Dia memaksaku.

"Jiah ya~"

Aku merinding mendengar suaranya. Ketakutanku muncul. Selama 2 hari ini aku memang tidak di perlakukan aneh. Tapi dia mengurungku, dan hanya memberikanku roti dan nasi. Aku tak tau apa yang selanjutnya dia lakukan.

"Jiah sayang~"

Aku makin mengeratkan pelukanku terhadap lututku.

"Apa aku menakutimu? Maafkan aku sayang" tangannya membelai rambutku yang membuatku semakin ngeri.

Aku terus diam, ku dengar dia menghela nafasnya.

"Kau, ku ajak baik baik tidak mau, kupaksa juga kau diam. Aku harus bagaimana?!" Suaranya meninggi.

Air mataku lolos begitu saja, ini pertama kalinya dia meninggikan suaranya padaku. Aku benar benar takut. Tangannya terulur di kepalaku. Dan aku semakin gemetar.

"Jangan menangis sayang, aku sangat mencintaimu. Jadi jangsn menangis, kau membuatku sesak"

Aku tak menghiraukan kalimatnya. Aku benar benar takut sekarang.

"Tatap aku!"

Aku diam

"Kau tidak mau menatapku?!"

Aku masih diam.

Tangannya menarik daguku agar aku bisa melihatnya. Mataku memanas. Masih memanas. Aku benar benar tak berani.

"Kau harus tau Jiah.. aku sangat mencintaimu. Dan aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tidak mau kehilanganmu untuk kedua kalinya. Jadi hari ini, akan ku buat kau menjadi seutuhnya milikku"

Mataku membulat sempurna. Apa yang akan dia lakukan padaku?!

Aku yang masih terduduk di tepi kasurpun kaget saat dia mulai naik ke atas kasur ini

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Kau tidak dengar aku bicara apa tadi?"

Aku menatapnya takut.

"Aku mencintaimu"

Setelah kalimat itu terucap, dia langsung menarikku. Mencium bibirku kasar. Aku berusaha melepaskan diri darinya.

Aku, aku terus berontak. Dan dia terus saja menciumku dengan kasar. Tanganku dia genggam, tengkukku dia tekan. Sekeras apapun aku berusaha lepas. Dia akan makin berusaha keras untuk tidak melepaskanku.

Dan disaat dia menurunkan ciumannya. Aku berpikir bahwa, hancur sudah duniaku. Hancur sudah kehidupanku. Hancur semuanya tanpa ada yang tersisa. Aku menangis dalam kuasanya.

...

Aku menggeliat sebentar. Menatap langit langit kamar. Merasakan bagian bawahku terasa linu.

Aku mulai menangis lagi setelah melihat tangan Jeonghan yang berada di pinggangku. Dan semakin menangis  ketika teringat apa saja yang kulakukan semalam. Bahkan pagi ini, aku masih telanjang. Diapun begitu.

"Pagi sayang" dia terbangun dan menciun kepalaku sebentar.

Aku masih terdiam. Enggan untuk berbicara dengannya yang telah merusak seluruh kehidupanku. Kini, siapa yang mau bersama dengan wanita murah sepertiku?

Tidak ada.

Tidak akan ada.

"Apa sakit?"

Aku diam.

Dia membalikkan badanku untuk menghadap kearahnya. Aku terdiam menatap kedua matanya. Aku takut, takut dia akan semakin menyakitiku.

Tunggu, bahkan sekarang ini aku ingin mati saja. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi oleh perempuan seperti diriku.

"Aku mencintaimu, sangat. Karna itu aku seperti ini. Semua cara kulakukan demi membuatmu kembali padaku. Cara ini sudah lama ingin kulakukan, jika kau tidak kunjung kembali padaku. Aku bahkan berpikir yang lebih buruk dari ini agar kau kembali. Tapi kurasa ini sudah cukup untuk kau kembali padaku"

Tangannya menyentuh pipiku.

"Aku tidak akan kembali. Kau sudah merusak segalanya. Aku lebih baik pergi. Dari sini selamanya."

Matanya membulat mendengar perkataanku.

"Bunuh saja aku. Aku sudah tidak bisa hidup lagi setelah yang kau lakukan padaku. Kau menghancurkan segala yang ku punya Jeonghan!" Aku menangis. Tangisku pecah sejadi jadinya.

"Tidak sayang, tidak. Aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya memberimu sedikit waktu yang berat agar kau memikirkanku. Karna aku ingin kau benar benar kembali padaku. Kau harus kembali padaku hm?"

Sekarang? Besok? Aku tidak akan tau dia berbuat seperti itu lagi atau tidak. Jika dia tidak mau membunuhku, lebih baik aku mati dengan tanganku sendiri.

Aku bangkit dari tempat tidur. Memungut pakaianku. Dan segera keluar dari kamar laknat itu.

Aku tidak menghiraukan dia yang terus memanggil namaku itu. Aku segera pergi menuju dapurnya. Mencari segela sesuatu yang bisa kugunakan, agar aku bisa pergi.

"Jiah? Apa yang kau lakukan sayang?"

Dia menatapku dari depan kamar yang sedang membawa pisau. Ku arahkan pisau itu di sekitar pergelangan tanganku sambil terus menatapnya.

"Sayang? Jika kau sayang, kau akan menghargai apapun keputusanku. Termasuk pergi dari sisimu sementara atau selamanya" kataku pasti.

"Kau tidak mungkin akan bunuh diri. Aku tau dirimu. Aku tau persis. Tertekanpun kau anti dengan yang namanya bunuh diri." Dia tersenyum miring. Dia pikir aku tidak serius? Aku sangat serius. Karna aku pasti tidak akan di terima oleh keluargaku lagi setelah apa yang kulakukan.

"Kau pikir aku main main? Kau pikir aku hanya mengancammu?! Tidak Jeonghan. Aku sudah kotor! Aku tidak pernah sekotor ini. Jadi lebih baik aku pergi. Selamat tinggal" aku tersenyum lalu menyayat nadiku.

Aku sempat melihat darah yang keluar dari nadiku. Dan mendengar dia yang memanggil namaku sebentar. Lalu aku sudah tak merasakan apapun dan tidak melihat apapun lagi.

END? TBC?
Enaknya gimana? 😂

Al1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang