Dokyeom

281 31 0
                                    

I fall in inside your eyes that are blue like the ocean

"Sekretaris Yoo, cepat ke ruangan saya" kalimat itu membuatku ingin mati di tempat.

"Lee sajangnim" aku mengetuk pintu ruangan direkturku terlebih dahulu, sebelum memanggilnya.

"Duduklah" dia menunjuk sofa dengan gerakan dagunya.

Aku hanya diam dan segera duduk di sofanya. Namun mataku masih tak dapat teralihkan olehnya.

Namanya Lee Dokyeom, dia baru saja 5 bulan menjadi direkturku. Dia menggantikan direktur Kim yang mengundurkan diri karena sesuatu.

Bagiku, dia orangnya tampan, berkarisma, dan mempesona. Sayang dia terlalu kaku dan terlalu dingin. Dan sayangnya selama 5 bulan. Aku bekerja dengannya, hatiku masih tenang tenang saja jika bersamanya. Padahal dia sangat tampan dan mempesona, aku sempat berpikir apa aku tidak normal? Tidak mungkin.

"Mengapa kau masih disini?" Tanyanya datar.

Padahal tadi dia yang menyuruhku masuk, kenapa malah dia bertanya seperti itu.

"Bukannya tadi sajangnim sendiri yang memanggil saya?"

"Maksud saya, kenapa kau masih ada di kantor di jam segini?" Tanya nya dengan wajah datar.

Bisakah tersenyum sedikit saja? Padahal jika tersenyum sangat tampan. Dan mungkin jantungku akan berdetak dengan kencang~

"Ahh, saya memang biasanya pulang terakhir" jelasku

"Kenapa?"

Ada apa dengannya? Kenapa dia terus bertanya? Masa dia tidak tau aku selalu pulang terakhir?

"Saya terbiasa saja, jika sajangnim belum pulang maka saya tidak akan pulang terlebih dahulu. Bagi saya itu tidak sopan"

"Kau perempuan. Ayo pulang, saya antarkan. Ini sudah jam 10 malam"

"Tidak perlu, saya bisa pulang sendiri"

"Kau tidak boleh pulang sendiri di atas jam 8 malam. Jika kau pulang sendiri, maka saya akan memecatmu"

"HAH?!" dengan bodohnya aku berteriak. Ya sebenarnya bukan salahku, dia sendiri yang membuatku berteriak. Masa karna pulang sendiri aku di pecat, itu tidak lucu.

"Kau berteriak?"

"Ah maafkan saya, saya hanya sedikit terkejut"

"Kalau begitu bereskan barangmu, lalu kita pulang" suruhnya.

Aku masih terdiam, aku tidak bergerak. Aku masih terkejut, aku berusaha untuk mencerna semua kalimatnya.

Dia menyuruhku pulang? Dia mengantarku pulang? Benarkah? Kenapa?!

"Apalagi yang kau tunggu? Aku akan pulang, kau juga harus pulang. Kita pulang, akan kuantar"

Lamunanku hancur begitu saja karna kalimatnya. Aku segera beranjak, keluar menuju meja kerjaku, dan segera membereskan mejaku.

Kantor terlihat sepi, jelas saja. Ini sudah jam 10, siapa yang mau berada di kantor sampai jam 10 jika bukan aku.

"Ayo"

Dari sekian lama aku bekerja dengannya, aku tak pernah mendengarnya berbicara sebanyak ini hari ini. Ya meskipun lebih banyak bertanya, tapi tetap saja dia mengeluarkan suaranya.

.

Baru saja tadi di kantor aku memujinya karna banyak berbicara. Sekarang, di mobil ini dia hanya menyalakan radio dan tidak mengeluarkan suara apapun.

Sampai aku tidak sadar bahwa sudah sampai apartemenku. Aku tidak tau dia bisa tau dari mana, yang pasti ini benar gedung apartemenku.

"Terima kasih banyak sudah mengantar saya" aku menunduk memberi hormat walau masih di dalam mobil.

Al1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang