Put you in the past. Try to forget you 'cause it's over and every time you ask
I pretend I'm okay. You're inside my head In the middle of the night
When I don't feel right, I dream I can hold you, and I can't go back to you anymore🎶
Aroma cokelat dan lantunan musik yang diputar dari hometeather menambah kesan klasik dan kenyamanan dalam ruang kafe bergaya vintage sore itu. Sepasang bola mata hitam menatap lurus ke secangkir cokelat panas di atas meja. Di pojok ruang kafe terlihat dua remaja saling berhadapan, yang cowok terlihat murung dengan tangan memegang secangkir cokelat panas itu yang tak kunjung dia minum. Sementara seorang gadis di hadapannya hanya bungkam sambil menatap cowok itu.
Satu jam setelah mereka datang ke kafe itu, keduanya saling duduk berhadapan namun tidak terlibat percakapan apapun. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlebih cowok itu masih dalam keadaan duka. Suara hujan deras di luar sana masih terkalahkan oleh suara musik dari hometeather itu.
Helaan napas terdengar lirih, cowok itu menatap keluar jendela. Memerhatikan beribu air yang jatuh ke bumi, membasahi jalanan beraspal. Sementara si gadis berdeham, akan mengeluarkan suaranya namun kembali bungkam ketika sepasang bola mata tajam itu kini menatapnya, membuat dia langsung menunduk tidak berani menatap kedua mata itu.
''Ayo, pulang.'' Langga beranjak dari tempatnya.
Gadis itu mengangguk tidak membantah meski mereka belum lama berada di sana, tapi apa daya dia tidak bisa membantah tiap kali kedua matanya bertubrukan dengan kedua bola mata hitam legam itu.
Dia melangkah terlebih dahulu, sebelum kakinya melewati kursi yang diduduki oleh Langga tangannya sudah ditarik hingga membuat tubuhnya menubruk dada bidang itu. Sebuah tangan melingkar, memeluknya menyalurkan rasa hangat yang membuat siapapun akan terasa nyaman. Dia bergerak, melawan pelukan itu namun bukan terlepas tapi pelukan itu semakin erat.
''Tetep kayak gini.'' Suara bass yang terdengar serak itu berbisik lembut tepat di telinganya.
''Tapi…''
''Please, sebentar aja.''
Dia hanya mengangguk pelan, meski keduanya sudah menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berada dalam ruangan itu namun keduanya tampak tak peduli.
Langga memejamkan matanya sekilas, menghela napas lirih. ''Bantu gue buat lupain dia.''
🍁🍁
A/N : Hai, akhirnya setelah sekian lama ingin publish cerita ini bisa Yus publish juga, yeay! Ini baru prolog, semoga suka ya!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Nepenthe
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Berawal dari Milka yang menjadi korban bully Bianca saat itu lalu Langga datang menolong bak malaikat tampan yang baik hati. Milka bersyukur. Namun, takdir memang tidak bisa ditebak karena suatu hal, Milka malah jadi sering berurusan...