Pagi di hari Senin itu seluruh murid SMA Bintara berkumpul di lapangan untuk menjalankan rutinitas di hari Senin yaitu, upacara bendera. Semua murid berdiri di barisan masing-masing sebentar lagi upacara akan dimulai. Tapi Langga dan keempat temannya malah berkumpul di area barisan antara kelas 10 dan 11. Mereka tidak peduli berada di barisan mana tapi saat ini hanya kelima cowok itu yang paling berisik dari murid lainnya yang sedang mengobrol.
Sementara di deretan kelas 11-IPS Wisnu dan teman-temannya menatap tak suka pada kelima cowok itu, rasanya rasa kesal terhadap Langga malam itu masih bersarang di hati.
Langga terbahak mendengar cerita Fakih. ''Terus, terus?''
''Terus ya, bokap gue nyamperin ke kamar nanyain celana dalam dia di mana, ya gue mana tau bokap gue naruh celana dalam bekas renang di mana, ya udah gue jawab di tempat sampah,'' jelas Fakih membuat tawa keempat cowok itu kembali meledak.
''Goblok, hahaha....''
''Gue nggak tau ya yang begok di sini siapa.''
''Dari pada dosa ngatain orangtua begok ya udah si Fakih aja yang begok!'' ujar Rian.
''Eh, sialan!'' Fakih mengerucut bibirnya sambil bersedekap. ''Fakih nggak begok cuman sedikit nggak pinter,'' ujarnya sambil menggeleng-geleng kepala.
''Najis muka lo! Minta gue damprat!''
''Nggak boleh damprat-damprat, Lang, dedek emeshh nggak boleh dinistain.'' Kedua mata Fakih menyipit dengan jari telunjuk yang digerakkan ke kanan ke kiri di hadapan wajahnya.
''Najis! Bukan saudara gue.'' Fikran mendorong wajah Fakih membuat tawa mereka kembali meledak.
''Dosa apa gue punya temen yang gobloknya kayak Fakih?'' Alden mengangkat kedua tangannya ke udara.
''Lo sama Fakih sama-sama goblok!'' ucap Rian.
''Ditambah Fikran,'' timpal Langga. ''Lengkap sudah.''
''Langga sama Rian ...'' Fikran menggantungkan kalimatnya tampak berpikir.
''Sama-sama engas!'' celetuk Alden kembali mengundang tawa.
''Setan!'' Alden mendapat jitakan maut dari Langga membuatnya refleks berteriak.
Beberapa murid di lapangan hanya tertawa kecil melihat keseruan mereka. Ada yang geleng-geleng kepala tak habis pikir. Lima cowok yang terkenal populer jika sudah berkumpul memang memiliki tawa dan canda yang sederhana, mereka yang terkenal tukang menindas jika sudah tertawa dan bercanda seperti itu malah terlihat lima cowok polos yang mencari pengalaman di masa SMA. Masa SMA tidak selalu tentang cinta, bukankah tentang persahabatan lebih memiliki cerita untuk dikenang?
''Woy! Barisan kalian di mana?'' Nadira berteriak membuat lima cowok itu menoleh ke belakang mendapati seorang siswi yang sedang menatap mereka kesal.
''Di sini lah, terus di mana lagi?'' Langga menaikkan sebelah alisnya.
''Kak, ini barisan kelas sepuluh,'' ucap anak cowok kelas 10 memberitahu.
''Oh, emang ya?'' Alden menaikkan sebelah alisnya lalu kedua tangannya memegang pipinya dengan ekspresi yang dibuat terkejut. ''Wah, aku tercengang! Tenyata kita salah barisan, teman-teman, guys!'' ujarnya kembali membuat keempat temannya tertawa.
''Begok, hahaha....''
''Receh, anjir!''
''Receh-receh tapi lo ketawa, toil!''
Nadira berdeham setelah tawanya berderai. ''Eh, udah! Pindah ke barisan masing-masing, gue mau urus yang lain.'' Lalu dia melangkah pergi.
Wisnu yang dari tadi berdecih menatap mereka tak suka akan melangkah menghampiri Langga tapi suara ketua OSIS menginterupsi membuat dia mengurungkan niatnya, upacara akan dimulai. Semua murid bersiap pada barisan masing-masing dan merapikan penampilan ditambah memakai topi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nepenthe
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT] Berawal dari Milka yang menjadi korban bully Bianca saat itu lalu Langga datang menolong bak malaikat tampan yang baik hati. Milka bersyukur. Namun, takdir memang tidak bisa ditebak karena suatu hal, Milka malah jadi sering berurusan...