7 :: Cup Cake Dan Kucing

38.3K 4.5K 411
                                    



Milka berlari sambil membawa sebuah kotak makanan bergambar Hello Kitty. Gadis itu berhenti di koridor sambil mengatur napas yang tidak beraturan. Jadi tadi di kelas Della memberi empat buah cup cake yang kebetulan ke sukaan Milka. Tapi, Nakila dan Naya yang duduk di depan bangku Milka, yang beberapa hari ini sudah dekat dengannya menyerobot ingin meminta kue itu. Namun memang pada dasarnya itu kue kesukaan Milka, dia tidak ingin berbagi dan langsung berlari keluar kelas untuk menghindari kedua temannya itu dan tanpa disangka mereka mengejar.

''Milka! Bagi nggak?!''

''Pelit banget sih!''

Mendengar seruan itu tanpa menoleh ke belakang, Milka segera kembali lari membuat kedua temannya itu menggeram kesal.

Milka berlari melewati murid-murid yang berlalu lalang menatapnya aneh. Dia bahkan bingung harus bersembunyi di mana, sampai ke dua bola matanya menangkap pintu yang menghubung ke lapang basket indoor tanpa pikir panjang Milka masuk ke sana. Ternyata ada beberapa anak basket yang sedang bermain, Milka tidak begitu memerhatikannya. Dia berjalan menuju tribun dan duduk di paling pojok, semoga keberadaannya tidak di ketahui oleh Naya dan Nakila.

Milka membuka kotak makan itu. Matanya berbinar ketika melihat empat kue yang sangat menggugah selera. Tangan mungilnya mengambil satu kue, dia perhatikan dengan saksama. Begitu lucu bentuk dan hiasan kue itu membuat dia tidak ingin memakannya. Milka menggigit kue itu lalu tersenyum lebar ketika rasa manis dari cream mendominasi lidahnya. Dia tidak peduli dengan orang-orang yang berada di lapang basket itu yang penting dalam pikirannya dia bisa menikmati kue itu sendirian.

''Della jago deh bikin kue, ini enak banget!''

Omong-omong soal Della, gadis itu sempat marah pada Milka saat tahu dia berkerja di rumahnya sebagai pembantu. Saat itu tatapan tajam Della membuat Milka takut dan bingung menjelaskan. Akhirnya dengan pelan dia jelaskan kenapa dia bekerja di rumah Della. Dan untung saja Della mengerti membuat Milka lega.

Seorang cowok berdiri di bawah ring, berkacak pinggang sambil memerhatikan Milka dengan saksama. Napasnya tak beraturan dan peluh membasahi kening. Kain bercorak batik dengan warna merah dia ikat di kepala, menghalau rambut yang menghalangi kening agar tidak terlalu gerah. Cowok itu tersenyum geli ketika Milka begitu kegirangan dengan cup cake berada di tangannya. Gadis bermata bulat dengan rambut di ikat satu itu terlihat imut dari tempat Vaskal berdiri.

''Woy, Kal! Main lagi nggak?'' tanya Rafi sambil berkacak pinggang.

''Nggak dah, gue capek.'' Vaskal berjalan menuju tribun, menghampiri Milka.

''Cemen lo, segitu aja udah capek! Kayak gue dong, tahan dua puluh empat jam,'' ujar Gery.

''Heh, kutil dajal! Lo pikir apaan tahan dua puluh empat jam?'' Rafi mengernyit bingung.

''Ituan, sayang.'' Gery tersenyum genit.

''Halah, nama lo aja Gery keliatan macho dalemnya apaan anjer, yang rata!'' Ucapan Rafi sontak membuat teman-teman lain tertawa termasuk Vaskal, tapi cowok itu kini sudah mendekat ke Milka.

''Bangsat lo! Mau gue buat nggak bisa liat matahari malem, hah?'' Gery mendekat ke Rafi.

''Tolol! Mana ada matahari malem!'' Rafi menghindar membuat dia dan Gery saling mengejar.

''Hai,'' sapa Vaskal saat berdiri di depan Milka membuat gadis itu sontak berhenti mengunyah membuat pipinya menggembul dengan cream yang berantakan di setiap sudut bibirnya.

Milka mengerjapkan matanya, belum menelan kue dalam mulutnya. Loading otaknya lambat untuk memastikan kalau Vaskal memang berdiri di depannya, dia terkejut tidak menyangka kalau Vaskal berada di lapang basket itu.

NepentheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang