''Pah, kok tumben udah pulang?'' Vaskal yang baru saja pulang sekolah, menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tengah. Menatap pria yang sedang membaca berkas di sofa lainnya.
''Cuman mau ambil berkas yang ketinggalan.''
''Oh.'' Bibir Vaskal membentuk huruf O kecil.
''Kamu?''
''Aku?'' Vaskal menunjuk dirinya. ''Jadi duta shampoo lain? Ahahaha…''
Pria yang sedang memegang berkas menatap Vaskal datar di balik kacamatanya membuat tawa cowok itu semakin meledak.
''Nggak sopan lo, kambing!'' Langga yang baru saja datang, menggeplak kepala Vaskal membuat tawa cowok itu berhenti.
''Itu kepala, Langga,'' tegur papanya.
Langga nyengir. ''Khilaf, astagfirullah.''
''Tau!'' Vaskal mendelik. ''Main geplak-geplak kepala aja.''
''Ngaca!''
''Aku sih no ya!'' Vaskal mendengus. ''Tumben lo udah balik? Biasanya juga kalau nggak dicari ya nggak balik.''
''Tanyakan pada Papa tercintahh,'' jawab Langga sambil melirik Galen yang tampak fokus pada berkas-berkas di atas meja.
''Pah, Langga kena hukuman lagi?'' tanya Vaskal.
Galen mengangguk.
''Hahaha, mampus lo! Makan tuh hukuman kali aja kenyang dah,'' ejek Vaskal.
''Anj--''
''Langga.''
''Ah, itu Pah, tadi Langga mau nyebutin nama Anji penyanyi lagu judulnya Dia.'' Langga menggaruk belakang kepalanya saat kedua manik mata cokelat itu menatap tajam ke arahnya.
''Ngeles aja lo.''
''Berisik, kambing!''
''Kambing-kambing mulu, lama-lama gue kawinin lo sama kambing.''
''Enak aja lo!''
Galen membereskan berkas-berkasnya kemudian beranjak. ''Papa balik ke kantor.''
''Mama udah pulang, Pa?'' tanya Langga.
''Belum.'' Galen melangkah pergi.
Kini di ruang tengah hanya menyisakan Langga dan Vaskal. Lantas Langga mengeluarkan ponsel dalam saku celana abu-abunya, sedangkan Vaskal menatap TV yang menyala menampilkan kartun Upin & Ipin. Dua remaja itu tidak berhubungan adik kakak, tapi sepupu. Hanya saja Vaskal terbiasa memanggil kedua orangtua Langga dengan sebutan Mama dan Papa.
''Gue mau mandi deh, gerah.'' Vaskal beranjak, melangkah menuju kamar Langga.
Langga hanya melirik sekilas, kembali fokus pada ponsel.
''Tumben.''
Langga menoleh, mendapati Della yang duduk di samping dengan pakaian santai.
''Apaan?''
''Jam segini udah balik.'' Della menaikan sebelah alisnya.
''Gue tuh salah mulu ya. Balik malem dimarahin, balik jam segini dianehin. Lagian lo tau kan gue lagi kena hukuman, ngapain nanya?''
Della meraih kripik di atas meja. ''Formalitas.''
Langga mendengus. ''Lo dari mana?''
''Bantuin Milka di taman.''
''Lah, ngapain lo bantuin? Itu kan tugas dia, mana ada majikan bantuin pembantu,'' ujar Langga dengan pedasnya membuat Della menatap tajam.
''Gue bukan lo.'' Della beranjak dari tempatnya lalu melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nepenthe
Dla nastolatków[SUDAH TERBIT] Berawal dari Milka yang menjadi korban bully Bianca saat itu lalu Langga datang menolong bak malaikat tampan yang baik hati. Milka bersyukur. Namun, takdir memang tidak bisa ditebak karena suatu hal, Milka malah jadi sering berurusan...