10 :: Membuat Kue

37.3K 4K 204
                                    

''Mil, udah dong jangan kerja mulu.''

''Nggak bisa Kil, kerjaanku masih banyak.'' Milka mengusap peluh di keningnya sambil meneruskan mengepel lantai. ''Aku harus siram tanaman, cuci piring, beres-beres.''

Naya memutar kedua bola matanya. ''Astaga Mil, lo kerja di rumah Della kayak pembantu tuh cuman lo aja deh.''

''Terus aku harus ngapain?''

Della yang sejak tadi tampak anteng duduk sambil makan kripik, menepuk sofa kosong di sebelahnya. ''Lo taruh alat pelnya ke dapur, gabung sama kita.''

''Nah, bener tuh! Sini!'' Nakila terlihat antusias.

''Tapi, entar aku makan gaji buta dong.''

Della berdecak, menatap Milka datar sementara yang di tatap tampak bingung.

''Kenapa, Del?''

''Aduh, Milka. Gue gemes deh sama lo. Udah sini aja, gabung sama kita.'' Naya menggerakkan tangan tanda menyuruh Milka mendekat.

Milka menghembuskan napas pasrah. ''Tapi kalau Mbak Riri marah tanggung jawab loh, ya.''

''Tinggal Della marahin balik, Mil.''

''Oke deh.'' Milka tersenyum, melangkah menuju dapur untuk menyimpan alat pel. Sejujurnya dia takut Mbak Riri--yang memberi tugas ini itu pada Milka, marah. Tapi karena permintaan teman-temannya dan dia tidak enak menolak maka dia iyakan saja. Saat ini selepas pulang sekolah Naya dan Nakila berkunjung ke rumah Della.

''Loh, Mil, sudah beres mengepel?'' tanya Mbak Sutinem, salah satu pelayan yang dekat dengan Milka.

''Ah?'' Milka menaikkan kedua alisnya sambil menatap mbak Sutinem. ''Sebenernya belum Mbak, cuman aku disuruh udahan.''

''Loh, sama siapa? Entar Mbak Riri marah loh. Lanjutkan kerjaanmu, Milka.''

''Tapi, Della yang nyuruh, Mbak.''

''Oh, ya sudah.'' Mbak Sutinem mengangguk, kembali memasukan beberapa makanan ke dalam kulkas.

Setelah menyimpan alat pel, Milka kembali ke ruang tengah. Dan duduk di samping Della.

''Mbak Riri, marah?'' tanya Della mengalihkan pandangan dari layar TV yang menayangkan film horor.

''Nggak ada Mbak Riri di dapur,'' jawab Milka.

Naya memerhatikan penampilan Milka lalu tertawa kecil. ''Mil, kok seragam lo beda sama yang lain?''

Seragam Milka memang berbeda dari pelayan lain. Gadis itu memakai seragam berwarna pink, pelayan lain berwarna hitam, pelayan lain gaya rambutnya diikat satu, sedangkan Milka diikat setengah dengan ikat rambut berbentuk pita membuatnya terlihat imut. Entahlah, penampilan Milka tidak seperti pelayan rumah tapi terlihat seperti pelayan kafe di kafe Eropa.

''Nyokap gue yang mau penampilan Milka kayak gitu,'' Della menjawab.

''Mungkin karena Milka pelayan paling muda jadi harus keliatan lucu,'' kata Nakila.

Milka terkekeh. ''Tapi, nyatanya aku nggak keliatan lucu sama sekali.''

''Itu menurut lo. Kita yang liat, lucu kok.''

Milka tersipu dengan jawaban Della, mendorong pundak cewek itu. ''Della bisa aja.''

''Nah kan, terbang.''

''Idih, pipinya merah.''

Milka memegang kedua pipinya menatap Naya dan Nakila sebal yang kini sudah tertawa. Dia mengembungkan pipinya.

''Eh iya, masa ya! Gue baru inget,'' ujar Naya antusias.

''Kenapa?'' Della menaikkan sebelah alisnya.

NepentheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang