12 :: Cerita di Hari Minggu

38.8K 3.9K 159
                                    


Milka duduk di kursi rotan--depan rumahnya. Senyumnya mengembang sambil menatap kucing yang tertidur di pangkuannya. Tangan itu terus mengusap lembut puncak kepala Mili, hari Minggu ini Milka habiskan waktu di rumah karena kebetulan kerjanya libur. Entahlah, padahal Milka hanya seorang pelayan rumah tapi dikasih waktu libur oleh Tante Bella. Milka tidak masalah jika harus bekerja setiap hari, lagi pula pekerjaan yang dikasih kepadanya tidak terlalu berat.

''Milka...'' panggilan itu membuat Milka menoleh, mamanya berdiri di ambang pintu menatap sambil tersenyum. Wanita itu mendekat dan duduk di samping putrinya.

''Obatnya udah diminum, Ma?''

Rika tersenyum hangat, mengangguk. Tangannya mengusap puncak kepala Milka. ''Udah, sayang.''

''Mama keliatan lebih cerah.''

''Iya, badan Mama juga udah terasa lebih enakkan. Mama udah bisa masak lagi.''

Milka tertawa kecil, memeluk mamanya dari samping. ''Milka seneng kalau Mama udah jauh lebih baik, jangan sakit lagi ya, Ma. Milka takut kalau Mama sakit-sakitan.''

Rika menghembuskan napas, menyandarkan kepalanya di kepala Milka yang bersendar di bahunya. ''Iya Nak, soal pekerjaan itu apa nggak sebaiknya kamu berhenti aja?''

Milka menjauhkan kepala menatap mamanya dengan kening mengerut halus. ''Kenapa, Ma?''

Rika tersenyum lembut, merapikan anak rambut yang menghalangi wajah Milka. ''Mama nggak tega liat kamu tiap pulang sekolah langsung kerja, nanti badan kamu kelelahan dan gampang terserang penyakit. Mama ada rencana buka usaha katering jadi kamu nggak perlu kerja lagi.''

Milka menggeleng. ''Nggak, Ma. Mama nggak boleh kelelahan, lagian Milka nggak pa-pa kok kalau buat kerja, kan kerjanya juga paruh waktu.''

''Iya, kerjanya paruh waktu tapi kan waktu separuh lagi kamu sekolah, belum lagi malamnya kamu belajar yang kadang sampai larut,'' Rika mendebat. ''Kamu harus jaga kesehatan Milka, kalau kamu sakit Mama sakit siapa yang akan ngurus kamu. Bahkan Mili aja nggak kamu perhatiin akhir-akhir ini.''

Milka menghembuskan napas, mengusap tubuh Mili. ''Tapi, Ma ... Milka udah nyaman sama pekerjaan yang sekarang, lagi pula Tante Bella nggak ngasih kerjaan yang berat-berat kok malahan Milka disuruh nggak usah kerja, cukup temenin Della tapi gaji tetep jalan. Cuman Milka nggak mau.''

Rika menghela napas lelah. ''Ya sudah, kalau kamu masih tetap keukeuh. Tapi asalkan kamu harus tetap jaga kesehatan.''

Milka tersenyum lebar, kembali memerlihatkan keceriaan pada wajahnya. ''Siap, Ma! Milka pasti jaga kesehatan.''

''Bagus, kalau begitu Mama mau belanja ke warung buat makan siang nanti.'' Rika beranjak dari duduknya.

''Mau Milka temenin, Ma?''

Rika kembali tersenyum lembut, menggeleng. ''Nggak perlu.''

''Oke deh, tapi Milka mau jalan-jalan ke taman ya, Ma.''

''Iya, jangan lupa pintunya kamu tutup,'' pesan Rika sambil berjalan menjauh.

Milka menatap punggung ringkih itu, tersenyum dengan mata berbinar. Dia senang keadaan Rika sudah menjadi lebih baik meski sewaktu-waktu bisa saja keadaan Rika kembali sakit-sakitan. Milka tidak tahu bagaimana hidupnya jika mamanya pergi meninggalkannya, karena sampai saat ini yang dia punya hanya seorang Ibu. Mungkin takdir memang tidak terduga, tapi siap tidak siap Milka memang harus siap jika suatu hari dia kembali merasakan kehilangan untuk kali kedua.

Menghela napas lirih tak ingin bayangan buruk itu terus berputar dalam benaknya, Milka beranjak setelah membangunkan Mili. Kucing itu melompat, mengibaskan ekornya seperti mengerti ke mana Milka akan pergi. Milka tersenyum melihat polah kucing itu.

NepentheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang