5 :: Karena Kacamata Bobi

40.2K 4.5K 210
                                    

Suara gelak tawa terdengar dari arah ujung koridor. Langga dan teman-temannya sedang berkumpul di sana, menertawakan Bobi yang mereka jahili dengan kacamata milik cowok itu yang di lempar ke sana kemari oleh mereka. Murid yang berada di koridor hanya menonton tak berani membantu walau mereka juga merasa kasihan pada Bobi yang selalu saja terkena bully oleh Langga dan teman-temannya.

''Lang, lempar sini!'' seru Fikran membuat Langga melempar kacamata itu, sementara Bobi yang matanya sedikit buram menghampiri Fikran dengan pandangan bingung. Lalu Fikran melempar ke Alden dan begitu seterusnya.

Kesalahan Bobi bagi dirinya yaitu menegur Langga atas kebohongan cowok itu yang mengatakan Bobi harus ke ruang kepala sekolah, alhasil cowok itu ketika datang ke sana malah mendapat malu dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa dia tidak memanggil Bobi. Bobi tidak belajar dari pengalaman yang selalu dia dapat ketika berhadapan dengan Langga, dia malah berani mendatangi Langga yang hasilnya dia terkena sial.

''Makanya jadi orang jangan begok!'' Langga tertawa meremehkan sambil memegang kacamata yang sengaja dia dekatkan dengan wajah Bobi.

''Balikin kacamataku,'' ujar Bobi dengan suara gemetar karena dirinya sudah kepalang takut.

''Iya, iya, gue balikin. Nih.'' Langga menyodorkan kacamata itu namun ketika akan diambil Bobi, Langga langsung menjauhkannya. ''Main-main dulu boleh juga.'' Cowok itu tertawa dan melemparnya ke arah Rian membuat tawa mereka kembali meledak.

Bobi masih berusaha mengambil kacamata itu yang tetap saja tidak berhasil. Mereka terlihat seperti kumpulan murid yang tidak punya hati.

''Bi, tangkap, Bi!'' seru Langga dan melempar kacamata itu ke arah Bianca yang berada di seberangnya namun meleset, Langga terlalu jauh melempar kacamata itu hingga seorang murid yang tepat sekali menangkapnya.

Milka, gadis itu menatap bingung pada kacamata yang berada di tangannya lalu melihat perkumpulan kakak kelas itu.

''Eh, cupu! Lempar sini,'' perintah Bianca.

Tapi Milka hanya diam dengan wajah polosnya, kedua mata bulat itu memerhatikan satu per satu kakak kelasnya.

Mereka perkumpulan Langga, Milka tau itu. Lalu matanya terjatuh pada kakak kelas yang dia kenal. Itu Bobi yang pernah membantu membenarkan sepeda Milka saat akan berangkat sekolah ban sepeda itu pecah dan Bobi datang menolong, menawari Milka untuk berangkat sekolah menggunakan sepedanya saja. Awalnya Milka menolak tapi Bobi memaksa hingga Milka berangkat sekolah menggunakan sepeda Bobi dan cowok itu menggunakan sepeda Milka.

''Heh, lo budek ya?! Lempar sini,'' bentak Fakih.

Milka yang dibentak seperti itu menelan salivanya. Kini dirinya merasa takut dengan mereka, tapi dari pada dia terus diam di tempat yang malah kembali dibentak atau terjadi hal lain. Gadis itu berjalan pelan menghampiri mereka dengan setengah menunduk karena setiap kali dia melihat mereka, tatapannya malah terjatuh pada kedua mata tajam milik Langga. Jujur, tatapan tajam Langga selalu berhasil menghunus siapapun membuat yang melihatnya selalu merasa terintimidasi.

Milka berdiri di hadapan mereka, dirinya merasa kecil berada di hadapan keenam orang yang selalu merasa berkuasa itu. Kemudian matanya menatap Bobi yang tampak sekali kelelahan dengan peluh yang membanjiri kening cowok itu.

''Sini.'' Langga menyodorkan tangannya meminta kacamata itu.

Milka masih menatap Bobi, jika dia memberikan kacamata itu maka kasihan Bobi tapi jika tidak maka dia yang akan diserbu oleh keenam kakak kelas itu.

''Heh! Lo budek, tolol, begok, atau gimana sih? Ini pacar gue udah ngulurin tangan,'' ujar Bianca sewot.

Milka menatap kakak kelas itu dengan pandangan sebal, lalu tanpa pikir panjang dia berikan kacamata itu pada pemiliknya. Bobi. Membuat keenam senior itu melongo. ''Kak Bobi, sekarang udah boleh pergi kok,'' ujar Milka dengan polosnya.

NepentheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang