1 :: Langga Membantu?

81.2K 6.1K 656
                                    

"Kenapa kamu nggak pernah kapok walau udah kena skorsing berkali-kali?"

Seorang guru laki-laki berperawakan gendut dan berkumis tebal berjalan mondar-mandir di hadapan murid cowok yang kini tengah menatap guru itu berani. Cowok itu Erlanggadipta Varo namanya, kerap dipanggil Langga. Seorang cowok bandel yang sangat amat menjengkelkan para guru. Bertingkah seenaknya layaknya sekolah itu seperti miliknya. Langga tidak pernah takut akan ancaman para guru, masa skorsing sudah seperti teman baginya. Bolos pelajaran adalah hal yang menyenangkan. Dan berkelahi sudah menjadi hobinya.

Guru yang kerap dipanggil Pak Tiwan, berhenti melangkah, berdiri menghadap Langga, menatap cowok itu tajam. Kedua bola mata guru itu memerhatikan penampilan Langga dari atas kepala hingga ujung kaki. Rambut hitam yang tampak acak-acakan dan panjang hampir menyentuh kerah seragam sekolah, baju seragam dikeluarkan tampak lusuh dan di bawah baju ada tanda tangan guru yang artinya cowok itu sudah melanggar aturan. Tidak memakai dasi, celana abu-abunya dibuat seperti celana jeans yang ngepas. Kaus kaki hitam hanya sebatas mata kaki, dan sepatu kets berwarna putih. Dari penampilan saja sudah melanggar peraturan apa lagi kelakuannya.

Sementara Langga yang ditatap seperti itu mendengus geli. "Pak, ngeliatin saya jangan segitunya kali entar malah suka."

Pak Tiwan melotot. "Kamu ini! Dalam keadaan seperti ini masih saja bercanda! Ini lagi baju kamu, masukan ke dalam!"

Langga tersenyum, memunculkan lesung pipi yang terbentuk sempurna pada wajahnya, tangannya memasukan baju ke dalam celana abu-abunya. "Jangan marah-marah Pak, entar punya penyakit darah tinggi loh. Kata Bunda saya punya penyakit darah tinggi itu baha"

"Sudah diam, jangan banyak bicara kamu! Kepala bapak pusing denger ocehan kamu!"

"Astaga, Pak? Bapak beneran pusing? Mari Pak saya antar ke Rahmatullah."

"Heh! Sembarangan kamu ya kalau bicara!" Pak Tiwan menggeplak tangan Langga membuat cowok itu sedikit meringis. "Kamu belum jawab pertanyaan Bapak!"

"Pertanyaan yang mana, Pak?"

"Yang tadi."

"Yang mana sih, Pak? Orang Bapak banyak nanya mana saya inget." Langga mendengus.

Pak Tiwan menghela napas. "Kenapa kamu berantem lagi?"

"Saya nggak berantem, Pak," elak Langga.

Pak Tiwan melotot. "Terus menurut kamu tadi apa!? Joget India!?"

Sementara di tempat laindi luar ruang BKlima orang murid berdiri seraya meringis saat mendengar bentakkan Pak Tiwan. Lima murid itu tak lain teman-temannya Langga. Mereka tidak seperti biasanya, kali ini mereka tidak ikut dalam perkelahian yang terjadi antara Langga dengan siswa kelas 11. Mereka datang saat Langga sudah digiring Pak Tiwan ke ruang BK. Kali ini Langga membuat siswa itu babak belur, namun tidak sampai dilarikan ke rumah sakit.

Alden berdecak. "Tuh sarang tawon kalau marah kayak singa dah."

"Heh, ngatain Pak Tiwan mulu lo! Kedengeran tau rasa." Nadira menyenggol lengan cowok itu yang berdiri di sampingnya.

Alden terkekeh. "Habisnya gue kesel sama Pak Tawon."

"Tiwan, goblok! Tawon, tawon mulu." Nadira melotot.

"Heh!" Alden ikut melotot. "Lo cewek ngomongnya jangan kasar-kasar!"

"Suka-suka gue lah, hidup-hidup gue kok situ yang repot."

Alden mendengus jengkel, memiting leher gadis itu. "Lo kebanyakan gaul sama Langga! Makanya mulut nggak bisa dijaga!"

"Ish! Lepasin!" Nadira menginjak kaki cowok itu membuatnya berteriak dan langsung melepas pitingannya.

NepentheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang