Pagi hari itu Langga berjalan di koridor menuju kelas dengan tas yang tersampir di bahu kanannya, jaket jeans masih melekat pada tubuh meski saat memasuki gerbang utama ada peraturan agar jaket dilepas saat masuk area sekolah tapi Langga tak peduli walau anak OSIS yang berjaga di depan gerbang sudah menegur. Cowok itu tersenyum ramah ketika beberapa siswa atau siswi yang mengenalinya menyapa. Walau cowok itu nakal dan super jahil tetap saja masih sedikit memiliki rasa hormat pada orang-orang disekitarnya, sedikit.
Getaran pada ponsel membuat Langga langsung merogoh celana abu-abunya. Cowok itu terdiam di tengah jalan membuat murid yang berlalu lalang memilih menyingkir dari pada menabrak sosok berperawakan tegap itu. Langga mengotak-atik ponselnya membalas chat dari Bianca.
Bianca : Bener ya, pulang sekolah ke rumah:(
Langga : Iya, bawel
Bianca : Habisnya aku di rumah sendiri:(
Langga : Iya Bi iya
Bianca : Oke
Bianca : Semangat ya sekolahnya! See you
Langga : Get well soon, baby!
Langga tersenyum sendiri, Bianca hari ini tidak masuk sekolah karena sakit. Semenyebalkan apapun gadis itu, Langga tetap menyayanginya. Jika bisa hari ini dia memilih untuk bolos saja dan menemani Bianca tapi apa daya hari ini ada ulangan matematika dan Langga tidak bisa melewatkan ulangan itu. Jika sampai dia melewatkan ulangan itu, gurunya sudah pasti akan menghubungi papanya, mengadu bahwa Langga tidak mengikuti ulangan bahkan tidak masuk sekolah. Jika berita itu sudah didengar oleh telinga papanya sudah pasti Langga tidak akan selamat.
Masih dalam keadaan fokus pada ponsel, Langga melangkah. Namun belum jauh dia melangkah dari tempatnya tadi, seseorang dari arah berlawanan menabrak tubuhnya membuatnya terhuyung. Langga berdecak kesal dan siap memaki orang yang sudah berani menabraknya. "Kalau jalan liat-liat anj-" ucapan Langga terhenti ketika melihat seorang siswi kini sudah terduduk di lantai, itu siswi yang kemarin dibully Bianca. "Ternyata lo, lain kali kalau jalan jangan rusuh nyantai aja kayak di pantai, kalau lo rusuh kayak tadi-"
"Permisi, Kak," ucap siswi itu yang sudah buru-buru beranjak dan meninggalkan Langga.
"Woy! Minta maaf kek!" seru Langga namun siswi itu tidak menghiraukannya. "Gila ya, adik kelas zaman sekarang nggak ada sopan-sopannya."
Milka berjalan cepat dengan tangan yang menutupi hidungnya, lalu saat sampai di depan toilet perempuan, dia segera masuk ke dalam. Berdiri di depan wastafel dan segera membasuh hidungnya yang mengeluarkan darah, kepalanya sedikit pening. Tangannya meraih tissu yang berada di dekat wastafel dan membersihkan air pada wajahnya, menyumbat hidungnya dengan tissu agar darah itu tidak kembali keluar dari hidung.
''Untung aja aku nggak pingsan di tempat,'' ujar Milka sambil terus membersihkan hidungnya.
Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Menghela napas pelan, dia beranjak dari tempatnya dan melangkah keluar.
Langga bersiul, melangkah masuk ke dalam kelas 12 IPS 2 pagi itu terlihat ramai. Sebagian murid berdiskusi tentang ulangan hari ini, dan beberapa murid lainnya sibuk membuat contekan seperti kelima temannya saat ini. Mereka berkumpul di pojok kelas-tepat di bangku Langga-mereka tampak serius membuat contekan sampai tidak sadar dengan kehadiran Langga membuat cowok itu tersenyum miring.
Dengan santai Langga melangkah menghampiri Fakih yang tampak serius menulis dengan posisi menyondong badan hingga pantatnya menungging. Langga mengulum bibirnya, berdiri di belakang Fakih. Sementara Rian yang menyadari kehadiran Langga akan berseru namun dengan cepat Langga mengisyaratkannya untuk diam sambil menunjuk Fakih. Rian tersenyum miring, melirik Fakih sekilas dan kembali menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nepenthe
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Berawal dari Milka yang menjadi korban bully Bianca saat itu lalu Langga datang menolong bak malaikat tampan yang baik hati. Milka bersyukur. Namun, takdir memang tidak bisa ditebak karena suatu hal, Milka malah jadi sering berurusan...