Menit-menit menuju bel pada jam pelajaran terakhir akan berbunyi. Setelah guru keluar satu jam sebelum bel karena ada urusan lain, kelas 12 IPS 2 tampak gaduh. Ada yang sibuk mengobrol, bercanda, dan kejar mengejar saling ejek. Sedangkan perkumpulan Langga tidak seperti biasanya yang keluyuran keluar kelas, kini mereka tampak berkumpul di bangku paling pojok--bangkunya Langga.
Fakih dan Alden duduk di meja, Fikran duduk di kursi sambil menyandar ke tembok dan fokus pada ponsel, sementara Rian tetap duduk di bangkunya bersama Langga yang sedang bermain gitar. Kelima cowok itu bernyanyi, menambah pecahnya suasana kelas.
''Sungguh aneh tapi nyata, tak kan terlupa ... kisah kasih di sekolah dengan...''
''Si mantan!'' sambar Fikran dengan suara agak keras membuat mereka terbahak.
''Sensi amat sama mantan.'' Fakih menoyor kepala saudara kembarnya.
''Manusia setan!'' seru Fikran sambil melirik Gina yang duduk di dekat jendela.
''Santai bro, santai.'' Rian tertawa melihat Fikran senewen sendiri.
''Gina! Fikran gagal move on nih,'' teriak Fakih membuat cewek yang merasa namanya dipanggil menoleh menatap perkumpulan mereka tapi hanya beberapa detik setelah itu kembali mengobrol dengan teman-temannya.
''Yah, dicuekin.''
''Yah, nggak direspons.''
''Mampus, dia udah move on lo malah gagal move on!''
Fikran mendengus mendengar godaan dari teman-temannya itu. ''Berisik lo semua!'' gerutunya kembali mengundang tawa teman-temannya.
''Anjir ya, kalau udah lulus gue bakalan kangen sama masa kayak gini,'' ujar Alden.
''Iyalah, pastinya.'' Fakih mengangguk setuju, menatap Langga yang masih sibuk memetik senar sambil bernyanyi. ''Lang, gimana kabar cewek lo?''
''Semoga baik-baik aja,'' jawab Langga tanpa menoleh.
''Eh iya, emang Bianca kuat ya buat lanjut sekolah?'' tanya Fikran.
''Harus kuat!''
''Ya udah, lo kasih aja jamu penguat biar kuat,'' ujar Alden.
''Eh, si anjir!'' Fakih tertawa nempeleng kepala Alden. ''Bercanda aja lo, ketek unyil!''
Alden menatap Fakih kesal. ''Kamu nempeleng-nempeleng mulu, bilangin Ayah nih.''
''Najis!'' Rian yang sedang memotong-motong penghapus melemparkan potongan penghapus itu pada wajah Alden.
''Sialan lo!'' protes Alden dengan wajah masam membuat mereka kembali tertawa. ''Lang, si cupu itu masih kerja di rumah lo?''
Langga mengangguk. ''Ho-oh. Kenapa?''
Alden terkekeh, menggaruk hidungnya. ''Guys, menurut gue nih ya si cupu itu kalau diliat-liat cantik banget dah.''
Langga memutar kedua bola matanya mendengar ucapan temannya itu. ''Playboy.''
''Tau lo! Yang bening dikit diembat, semua aja diembat! Sisain buat gue kek.'' Rian mendelik sebal.
''Semua diembat tapi nggak jadi-jadi, mainin doang lo! Makan dah tuh kalau karma datang, kali aja kenyang,'' timpal Fikran.
Fakih tertawa kecil. ''Kurma emang buat dimakan Fik, bisa kenyang juga kalau makannya banyak.''
''Karma, goblok! Bukan kurma!'' Fikran menggeplak muka Fakih. ''Heran gue, anak siapa sih lo?''
''Anak Bapak Dono,'' sahut Langga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nepenthe
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Berawal dari Milka yang menjadi korban bully Bianca saat itu lalu Langga datang menolong bak malaikat tampan yang baik hati. Milka bersyukur. Namun, takdir memang tidak bisa ditebak karena suatu hal, Milka malah jadi sering berurusan...