"Capt."
Viny mengalihkan pandangan nya dari layar ponsel. Ia menatap Lidya dengan keningnya yang berkerut, "Apaan?"
"Lagi berantem sama Shani?" Viny menggeleng pelan seraya membalikkan arah pandang nya pada layar ponsel,
"Kok diem-dieman?"
Viny mendengus sebal. Ia mematikan ponselnya dan menyimpan nya di dalam tas, "Dia lagi latihan, masa iya gue ganggu?" Lidya mengangguk paham. Ia berdiri, melangkahkan kakinya menuju Shani.
Kerutan di dahi Viny nampak terlihat jelas dikala Lidya mendekatkan wajahnya pada telinga Shani. Setelah itu, Lidya kembali ke posisi semula.
"Ngapain lo?"
Lidya menggeleng pelan. Ia memasang cengiran khasnya dihadapan Viny dan memfokuskan pandangan nya pada sang pujaan hati, Melody.
"Coba aja kalo kita latihan barengan tiap hari." Gumam Lidya.
"Lids."
"Hmm."
"Lo kan pakar cinta gue, gimana ka--"
"Nadse?" Sela Lidya dengan cepat. Viny menunduk. Ia mengangguk pelan, "Lo tau dari mana?"
Hembusan napas kasar lolos dari mulut Lidya. Ia menoleh kesamping. Menatap wajah samping Viny yang nampak lebih pucat dari sebelumnya, "Melody cerita. Jawaban nya ada dalam hati lo." Ucap Lidya, "Gue tau Jawaban nya apa." Seru Lidya.
Viny menoleh dengan cepat, "Apa?"
"Ye. Nanti juga lo tau." Seketika wajah Viny terlihat datar ketika mendengar jawaban dari Lidya.
Langkah Shani terbuka. Ia berjalan mendekat pada Viny dan Lidya yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing,
"Kak Lidya,"
Lidya mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum ketika melihat Shani yang kini berada dihadapan nya, "Udah?" Shani hanya mengangguk. Tak lama kemudian, ia menyodorkan ponselnya kepada Lidya, "Nih kak." Lidya mengambil alih ponsel yang dipegang Shani,
"Oke. Nanti Viny yang balikin." Sontak Viny yang berada disampingnya terkejut dan memukul pelan bahu Lidya. Shani hanya mengangguk pelan, ia mulai kembali melangkah pergi,
"Keberadaan gue berasa ga dianggap ya." Desis Viny. Sedangkan Lidya yang berada disampingnya hanya terkekeh mendengar gumaman Viny,
Setelah beberapa menit puas memainkan ponsel milik Shani. Lidya memberikan ponsel Shani kepada Viny. Kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Viny sendiri yang masih diam memandangi layar ponsel Shani yang menyala,
"Aku sayang kamu." Ucap Viny nyaris tak terdengar.
Ia terus memandangi layar ponsel Shani yang menampakkan sebuah foto dimana dirinya dan juga Shani tengah duduk berdua. Dengan senyuman yang saling menghiasi satu sama lain,
"Maafin aku." Lirih Viny,
"Iya aku Maafin."
Refleks Viny menoleh kesamping ketika mendengar suara yang benar-benar ia kenali.
"Shani.." desis Viny.
"Iya kakak?" Viny menggeleng kuat. Ia mengubah posisinya menjadi menghadap Shani,
Sepasang tangan nya ia jatuh kan di bahu Shani, "Shan." Panggil Viny.
Shani menoleh kesamping. Ia sempat terdiam melihat wajah Viny yang nampak nya jauh lebih pucat dari hari-hari sebelumnya,
"Kakak sakit?" Viny menggeleng dengan senyumnya yang masih menghiasi wajahnya, "Kok kamu pucet banget ya kak?"
Viny menghembuskan napas lelah. Dengan sepasang tangan nya yang ia hempaskan begitu saja, "Karna aku kangen kamu."