Hembusan angin di sore hari ini menerpa lembut wajah gadis berambut sebahu. Ia tengah mengatur banyak bunga yang akan di hias membentuk sebuah LOVE.
Ditengah ia siapkan dua kursi yang dimana dibagian tengah ada satu meja berserta lilin yang yang belum ia nyalakan.
Petang ini, ia tengah mempersiapkan semuanya dengan sendirian. Mungkin ini adalah hari spesial untuknya.
Pasalnya, ia akan berkencan dengan Shani. Walau kencan-kencan sebelum nya memang berkesan, tapi baginya kencan yang sekarang akan menjadi kencang yang sangat-sangat berkesan di hidupnya.
Ia tersenyum tipis ketika semua hal yang sedari tadi disiapkan nya sudah selesai. Ada dua pohon besar dengan jarak yang tak cukup jauh. Dimana di samping pohon itu terdapat danau dengan banyak bunga berguguran.
Bahkan, bunga yang disiapkan membentuk LOVE itu juga ikut serta menghiasi indahnya alam ini.
Viny melirik pada ponselnya. Sudah menunjukkan pukul Lima sore. Ia tersenyum tipis,
'Sebentar lagi..'
Langkahnya terbuka. Ia berjalan ke tepi danau. Duduk diatas rerumputan dengan bebatuan kecil yang menemaninya sore hari ini. Tangan nya terjulur mengambil batu kecil lalu dilemparnya ketengah danau,
"Aku tak tau harus bagaimana. Siapa sebenarnya orang yang aku sayangi? Siapa sebenarnya orang yang ada di hatiku?" Viny terus melempar batu kecil itu berulang kali.
"Batu ini tenggelem ketika dilempar ke tengah danau? Seberapa berat beban batu ini hingga ia harus tenggelam?" Viny menghembuskan napas kasar. Ia kemudian menatap lurus ke depan, "Apakah tak ada orang yang ingin menenggelamkan ku ke danau ini?" Gumam nya.
Viny menengadahkan kepalanya keatas. Ia menidurkan tubuhnya diatas rerumputan. Sepasang tangan nya ia jadikan tumpuan untuk kepalanya. Matanya terpejam kuat berusaha menahan dada nya yang terasa sesak.
Perlahan matanya terbuka melihat ke atas langit,
"Langit, apa aku bisa memilih salah satu dari mereka? Apa sebuah pilihan yang aku putuskan nanti, akan terasa adil??" Viny menjeda kalimatnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, "Bagaimana bisa dikatakan adil, Jika salah satu dari mereka harus tersakiti karena pilihan ku?"
"Apa aku harus akhir semua nya?"
.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun, gadis yang di tunggu-tunggu Viny tak kunjung datang. Sesekali hembusan napas kasar lolos dari mulutnya ketika melihat layar ponselnya yang sedari tadi menyala.
"Kamu dimana?" Lirihnya.
Sebuah senyuman manis terpatri disudut bibirnya. Ia melihat seorang gadis memakai dress berwarna putih tengah berdiri memunggunginya. Viny tersenyum tipis. Ia kemudian membuka langkahnya, berjalan mendekati gadis itu dan mendekap erat gadis yang memang dikenalinya.
Jarak diantara mereka semakin mendekat. Tangan Viny melingkar rapih di perut sang kekasih. Ia memeluk sang kekasih dari belakang. Kepalanya ia simpan diatas bahu sang kekasih.
"Kamu kemana aja? Aku khawatir. Aku nunggu kamu disini, aku kira kamu ga akan datang." Bisiknya.
"Kita makan ya?"
Sepasang mata yang terus menatap kedua nya dari kejauhan tengah tersenyum miris melihat pemandangan disana. Walau sebenarnya hal ini adalah rencana dari nya. Ia memejamkan matanya. Membiarkan air matanya jatuh membasahi pipi. Membiarkan semua rasa sesak di dadanya keluar. Rasa sakit diiringi dengan kebahagian kecil membentuk sebuah hati yang terlihat tegar.
