Semilir angin menerpa wajah dua orang gadis yang tengah berdiri dengan perasaan mereka yang nampaknya sedikit kurang baik.
Dengan gadis cantik yang memiliki senyuman manis diserti dengan kepolosan nya(?)
"Lo nungguin siapa sih?" Gadis itu masih diam tak menghimbau pertanyan gadis berambut pendek itu, Viny.
"Bawel ah lo."
Setelah hampir 30 menit dibuat menunggu. Viny dan Lidya -gadis yang saat ini tengah merasa bimbang itu- sekarang sudah berada dicafe.
"Lid, kapan sih datengnya?" Tanya Viny, "Latihan bentar lagi dimulai. Lo nungguin siapa sih?" Kesal Viny.
Lidy menggeleng pelan. Ia nenutup wajahnya dengan sepasang tangan nya. Tangan Viny terangkat guna mengusap lembut punggung Lidya, "Udah jam 3. Yuk balik." Ucap Viny. Lidya mengangguk pelan kemudian beranjak bangun diikuti oleh Viny,
"Mas, uang nya saya simpen disini ya."
"Iya Mba, makasih ya." Viny mengangguk. Ia kemudian pergi menemui Lidya yang sepertinya sudah ada di dalam mobil.
Ketika Viny masuk kedalam, ia mendapati Lidya dengan kepalanya ia sandarkan di jok belakang. Matanya terpejam. Viny sangat tidak menyangka bahwa gadis seperti Lidya akan jatuh seperti ini,
"Lids.."
"Hmm."
Sebelum benar-benar melanjutkan ucapan nya, Viny melajukan mobilnya. Ia menatap Lidya sekilas, "Kok, bisa kayak gini sih?" Tanya Viny dengan hati-hati.
Lidya mendesah pelan. Tangannya terulur guna menarik sabuk pengaman nya. Ia menatap lurus ke jalanan tanpa berkedip,
"Kak Yona.."
"Lid.."
Hembusan napas lelah lolos dari mulut Lidya. Ia memaksakan senyumnya seraya menatap wajah samping Viny,
"Gue salut sama lo, Vin." Viny mengerutkan keningnya bingung, "Lo bisa bertahan sama Shani, padahal ada Nadse yang masih terus ngarepin lo."
"Hah?"
"Yang lalu biarlah berlalu. Iyakan?" Tanya Lidya. Nada bicaranya terdengar sangat lirih ditelinga Viny, "Lids, posisi kita berdua beda. Kalau gue itu, Shani sama Nadse yang sahabatan. Dan bukan berarti Shani nikung Nadse, kan? Posisinya gue udah putus dari dia, dan gue bisa bebas deket sama siapa aja. Tapi lo beda.." Viny menjeda ucapan nya, ia menghela napas kasar kala mengingat cerita Lidya tadi, "Disini posisinya, lo sama kak Yona sahabatan, dan kak Melody juga pacar lo. Apa lo mau diem aja tanpa ngelakuin apapun? Gue paham. Kak Yona juga sahabat gue. Kita sama-sama paham gimana kak Yona. Coba lo bilang ke dia buat ga bertindak lebih jauh lagi ke kak Melody, pasti dia bakal ngerti kok. Percaya sama gue.." jelas Viny
Lidya menggertakkan giginya. Menahan rasa sesak yang sudah menyeruak masuk ke dalam dadanya. Ia harus terlihat tegar ketika bertemu Melody nanti. Tapi, apa itu bisa?
"Coba lo ngomong baik-baik ke kak Yona. Kalau dia ga ngerti, biarin gue yang ngomong." Jelas Viny.
Lidya mengangguk pelan.
.
Sabtu, 17.00 WIB.
Viny mengedarkan pandangan nya kesekeliling. Ia tengah mencari sang pujaan hatinya. Tapi ia tak kunjung menemukan nya.
Mengingat kejadian waktu itu, ia terkekeh sebelum akhirnya membiarkan kepalanya bersandar di tembok.
"Shani.." gumam Viny,
"Iya kak?"
Viny membuka Matanya. Matanya mengedar kesamping, mendapati Shani tengah duduk disampingnya.
