06. Harapan

1.5K 189 23
                                    

22.30 WIB, JKT48 Theater

Banyak hal yang telah Viny lewati sejak berjalan nya show tadi di theater. Lancar lancar saja memang, namun ada hal lain yang terus mengganjal dihatinya,

Hati dan pikiran nya kembali berdebat. Tetapi, hal yang diperdebatkan kali ini sangatlah berbeda dari yang sebelumnya,

Sungguh jauh berbeda.

Hari ini, jam ini, menit ini bahkan detik ini pula, Viny merasakan kegelisahan nya yang telah memuncak. Disebagian indra perasa yang ia miliki, hanya satu yang masih bisa mengerti akan kondisinya saat ini yaitu, hati nya.

Sekarang ini, gadis itu masih setia mengistirahatkan tubuhnya dengan memejamkan matanya sebentar diatas panggung, theater. Wajahnya tertutup handuk kecil yang awalnya akan ia gunakan setelah pertunjukkan usai,

Namun, mengingat ada seseorang yang memberinya handuk lebih dulu untuk dipakai, ia lebih memilih menggunakan handuk yang diberikan untuknya itu

Kini handuk itu masih setia berada dalam genggaman tangan Viny. Tangan kanan Viny terangkat guna mengambil handuk yang sedari tadi menutupi wajahnya. Sedangkan tangan kirinya masih terus menggenggam erat handuk itu. Sebuah senyuman mengembang dikedua sudut bibir Viny mengingat bagaimana serunya show tadi.

Handuk yang sedari tadi digenggam erat olehnya, kini sudah berada dihadapan nya. Sangat terpampang dengan jelas dihanduk itu ada sebuah nama yang bertuliskan Ratu Vienny Fitrilya. Viny menggelang samar dengan senyuman yang masih terpatri dikedua sudut bibirnya.

"Kamu emang niat banget buat ini ya Shan?" Monolog Viny.

Tak lama kemudian, terdengar teriakkan seseorang dari belakang sana. Tubuh Viny yang masih terasa lelah enggan bangun hanya untuk mencari siapa yang berteriak malam-malam seperti ini. Ia lebih memilih diam sambil memandangi handuk yang masih berada dalam genggaman tangan nya.

"CAPT!!!"

Viny kembali memejamkan matanya dikala mendengar teriakkan yang sudah jelas memanggil dirinya. Menahan sebuah emosi yang sepertinya sudah terbentuk karena teriakkan seperti itu. Ia kembali menggeleng samar dan menutup wajahnya dengan handuk.

15 Menit kemudian

"Pantes aja kagak nyaut. Orangnya tidur." Lidya pun melangkah mendekat kearah Viny yang tertidur diatas panggung dengan handuk yang masih setia menutupi wajahnya. Tangan Lidya terangkat untuk mengambil handuk itu, ia menepuk-nepuk pipi Viny dengan cukup keras hingga akhirnya Viny terbangun,

"Kenapa Lid?" Tanya Viny yang masih setengah tertidur, "Asli, gue ngantuk banget ini." Ucap Viny nyaris berbisik.

Lidya hanya berdeham sebagai jawaban. Ia melirik kearah jam tangan yang melingkar jelas di pergelangan tangan nya, "Lo tidur diatas panggung malah dikira orang mati nanti Vin. Mending balik gih, udah jam sebelas malem nih."

"Iya Lidsky."

"Lidya!" Teriak seseorang dari arah sebrang sana. Lidya menoleh dan mendapati Melody yang sudah berdiri sejak tadi, "Gue kesana ya?" Tanya Lidya pada Viny. Ketika hendak membuka langkahnya, tangan Viny terangkat dan menahan Lidya. Ia menggeleng samar dan menyuruh Lidya duduk ditepi panggung,

"Gue mau cerita," Ucap Viny pelan. Raut wajahnya kini telah berubah menjadi gelisah, dan tak sebahagia tadi.

"Tapi itu Melody?"

Viny hanya mengangguk paham.

"Kak Melody, disini aja. Gaenak kalo harus berdiri disitu," Ucap Viny setengah berteriak. Melody pun mengangguk dan berjalan kearah mereka berdua.

Berikan aku Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang