16. Tentang Rasa

1.1K 155 28
                                    

Viny menyandarkan kepalanya diatas stir mobil. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir. Sesekali ia bersenandung mengikuti alunan musik yang terdengar dari radio,

Matanya terpejam. Menikmati alunan musik yang mengisi sebuah keheningan di dalam mobil.

Pagi ini, Viny menjemput Shani untuk pergi menemani nya ntah kemana. Ia sangat beruntung karna hari ini tak ada kegiatan yang berjalan di JKT.

Sudah lebih dari 20 menit Viny dibuat menunggu oleh Shani. Tapi ia masih asik dengan musik-musik yang mengalun dari radio. Ia sangat-sangat Menikmati hal itu. Karna menurutnya, untuk saat ini yang
ia butuhkan adalah sebuah ketenangan dihatinya.

Mengingat kejadian beberapa hari bersama Sinka, membuat mata Viny terbuka secara tiba-tiba.

Detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Ada apa sebenarnya?

Mengapa Viny merasakan pacuan jantungnya yang mulai tak terkendali seperti ini hanya dengan mengingat nama Sinka?

"Gak mungkin." Gumam Viny.

"Gue gak mungkin ngekhianatin Shani untuk yang kedua kali nya."

"Arrghhh!!" Teriak nya.

Ia memukul-mukul stir mobil tanpa henti. Tepat pada saat itu juga, Shani masuk ke dalam. Membuat Viny menghentikan aksinya.

"Kak, kamu kenapa?" Tanya Shani seraya memakai sabuk pengaman.

Viny masih terus mengatur napas nya yang mulai memburu. Ia menangkupkan sepasang tangan di depan wajah. Tangan nya mengusap kasar wajahnya. Ia terus mengusap kasar wajahnya, hingga Shani menggenggam tangan nya untuk menahan hal yang Viny lakukan.

Ia menatap wajah samping Viny yang terliht kurang baik, "Kamu kenapa kak?" Tanya Shani yang sudah merasa khawatir.

Ini pertama kalinya ia melihat Viny seperti ini, "Kak?" Panggil Shani,

Viny menoleh. Ia menatap Shani dalam diam. Membiarkan tubuhnya menarik tubuh Shani untuk di dekap olehnya.

Tangan Shani kembali membuka sabuk yang dimana tadi sempat dipakai olehnya.

"Kak, kenapa?" Viny menggeleng. Ia semakin mengeratkan pelukkan nya pada Shani. Sampai ia sendiri tak sadar, bahwa dirinya mencengkram kuat baju yang di pakai Shani.

Shani dapat merasakan detak jantung Viny. Tangan nya mengusap lembut punggung Viny, mencoba menenangkan gadis yang dipeluknya walau sebenarnya ia tak tahu apa yang membuat Viny menjadi seperti ini.

"Aku gak tau kakak kenapa. Apapun yang kakak rasain, aku cuma mau bilang, kakak tenang ya.." bisik Shani lembut.

Viny mengangguk lemah dalam pelukkan Shani. Ia menggertakkan giginua menahan tangis. Merasa menjadi orang terbodoh karna rela dipermainkan oleh perasaannya sendiri.

Ia menenggelamkan wajahnya di caruk leher Shani. Mulai mengatur napasnya yang sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Ma- maafin aku.." lirih Viny.

Shani mengangguk. Ia melepaskan pelukkan nya. Matanya menatap dalam pada netra pekat milik Viny. Ia melihat banyak kehancuran di dalam nya.

Tangannya terangkat mengusap lembut pipi Viny, "Kita dirumah aja ya?" Tanya Shani. Viny hanya mengangguk.

Shani tahu bahwa Viny sedang menginginkan ketenangan, maka dari itu ia mengajaknya untuk kembali masuk ke dalam rumah.

Sebelum benar-benar keluar, Shani menghapus air mata yang membasahi pipi Viny. Ia tersenyum tipis melihat kapten kesayangan nya tak seperti biasanya.

Berikan aku Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang