Viny terlihat sangat antusias dengan game yang saat ini tengah ia mainkan di ponsel milik sang kekasih, Shani. Sesekali ia berteriak karna kalah dari game itu,
Sambil menunggu Shani yang sedang membersihkan diri, Viny disibukkan oleh ponsel kekasihnya. Getaran-getaran yang terkadang melintas di ponsel nya ia diamkan begitu saja. Ntah itu penting atau pun tidak untuknya.
Ceklek!
"Kak, mandi sana" Viny melirik Shani sekilas dan mulai memfokuskan pandangan nya ke layar ponsel lagi.
Shani berdiri di depan cermin memandangi dirinya sendiri. Sesekali Matanya menangkap sosok Viny yang ada pada pantulan cermin itu. Ia tersenyum melihat kekasihnya bahagia walau hanya dengan bermain game,
"Bahagia itu sederhana ya kak.." gumam Shani.
Shani kembali ke Meja rias miliknya. Ia menyisir rambut basahnya. Sesekali matanya melirik ke arah Viny yang masih sibuk bermain game,
"Kak."
"Iya?"
Shani menarik napas panjang sebelum benar-benar meminta sesuatu pada Viny, "Mm.. mau nemenin aku ga kak?" Tanya Shani.
"Yah kalah.." Seru Viny dengan nada kecewa. Ia menyimpan ponsel milik Shani. Mulai memfokuskan pandangan nya pada sang kekasih, "Mau ditemenin kemana?" Tanya Viny,
"Ga kemana-mana sih. Cuma nonton theater aja." Seru Shani,
"Hmm.." Viny beranjak bangun. Ia berdiri tepat dibelakang Shani. Tangannya melingkar rapih di leher Shani. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Shani, "Kamu wangi banget sih." Bisik Viny,
Shani bergedik ketika merasakan deru napas Viny menerpa wajah sampingnya, "Kakak.." Viny tertawa, ia menjauhkan sedikit wajah nya. Tangannya terangkat mencubit pelan pipi Shani,
"Iyaiya. Aku mandi dulu ya." Serunya seraya mengecup singkat pipi Shani.
Setelah dirasa Viny sudah pergi, Shani menghembuskan napas lega. Sedari tadi Viny memeluknya, degup jantungnya tak bisa diajak kerja sama. Ditambah lagi, deru napas Viny yang menerpa wajahnya membuat dirinya hilang kendali untuk beberapa saat.
Setelah hampir 30 menit dibuat menunggu oleh Viny, akhirnya mereka berdua sudah terlihat rapih dengan pakaian masing-masing. Shani masih terdiam memandang Viny yang sedang berdiri didepan cermin,
Apa tanggapan Viny nanti ketika tahu kenapa Shani memintanya untuk menemaninya menonton theater sekarang?
Harapan-harapan kecil mulai timbul dihati Shani. Walau ia tahu Viny pasti tak akan pernah lagi menyakitinya.
"Yuk, aku udah siap nih." Seru Viny ketika merasa dirinya sudah terlihat rapih. Shani mengangguk pelan. Ia menerima uluran tangan Viny dan di genggamnya.
Dalam perjalanan menuju teater, hanya keheningan yang ada. Ternyata, sore ini perjalanannya tidak lancar seperti biasanya. Kemacetan membuat rasa bosan meningkat di diri Viny, sesekali ia bersenandung mengikuti alunan musik yang terdengar dari radio. Namun, hal itu tak mengubah pandangan nya kearah lain. Ia melirik Shani yang sibuk menatap lurus keluar jendela. Ntah apa yang dilihatnya karna hanya lalulalang mobil dan motor saja yang terlihat,
Tangan kiri Viny terangkat. Ia menjatuhkan nya tepat diatas tangan kanan Shani. Gadis itu sempat tersentak karna Viny. Sedangkan Viny, ia hanya memberi senyuman tipis ketika Shani menoleh kearahnya,
"Kamu kenapa?" Tanya Viny,
Shani menggeleng.
"Beneran?" Kembali tanya Viny,
![](https://img.wattpad.com/cover/106551865-288-k582030.jpg)