Bagian 1

2.8K 150 1
                                    


Gue enggak tau apa yang terjadi, kenapa gue bisa jadi gini. Ngelanggar aturan, bandel, incaran guru, jadi bahan gosip orang lain.

Satu yang gue tau, ini semua karena cowok. Iya, anggap aja gue murahan karena rela berubah jadi nakal karena satu orang cowok di sekolah yang menarik perhatian gue dari SMP.

Jung Chanwoo.

Sejak kepindahannya kelas delapan ke rumah kosong di samping rumah gue, sosoknya udah menarik hati gue buat mendekat. Ditambah satu sekolah walaupun beda kelas, dari situ gue ngerasa udah enggak jadi diri gue sendiri. Why? Gue udah berani nguntit dia kemana pun, aside from kamar mandi.

Dan gue bersyukur, sekarang kita satu sekolah lagi. Dan... Satu kelas sejak satu tahun yang lalu.

"Chan, mau ke kantin?" gue tersenyum lebar dengan tangan yang langsung menggelayut ke lengan Chanwoo. Enggak sopan emang, tapi gimana lagi?

Chanwoo cuma natap gue sebentar, abis helaan nafasnya membuat gue sedikit kecewa.

"Day, bisa enggak sih lo berhenti kayak gini? Risih tau enggak?"

Chanwoo ngelepasin tangan gue. Gue tau, enggak satu kali doang dia ngomong gitu. Akhirnya cengiran gue keluar. "Kata orang cinta karena terbiasa. Lo harus biasain, dong, kalo gue giniin."

"Sinting lo, ya?" Chanwoo berdiri, kakinya yang panjang langsung keluar kelas gitu aja.

Anak kelas sebenarnya udah daritadi saling bisik-bisik. "Apaan, sih? Ngomong, tuh depan muka langsung, njing!"

Ngeliat mereka yang ngalihin pandangan dan suasana kelas yang langsung senyap, gue mendecih. Berdiri dan nendang meja yang membuat satu cewek yang gue tau namanya Umji kaget.

"Gue tegasin sekali lagi, ya. Kalian para cewek, jangan berani ada yang deketin Chanwoo gue!" setelah ngomong gitu, gue langsung pergi nyari Chanwoo.

Gue puter-puter dari tadi, tapi enggak ketemu juga. Pas turun tangga mau ke tingkat satu, disitu gue ngeliat Chanwoo yang lagi ketawa manis banget sama adik kelas.

Gue nutup mata sebentar, abis itu berjalan santai ke arah mereka sampai yang tadinya deket banget jadi rada renggang dan badan gue nyelip kesitu.

"Oh? Maaf, ya," gue ngeliat nametag, Kim Yoojung. "cowok gue enggak mau deket sama lo."

Diliat dari ekspresi Yoojung sih kayaknya kaget, haha. Kaget, ya, Chanwoo udah ada yang gandeng? Ceritanya mau nikung gue?

"Lo apa-apaan, sih?!" Chanwoo sedikit ngejauh dari gue. Tapi, maaf, Chan, lo enggak bisa sedikit pun jauh dari gue.

Gue tersenyum. "Ngejagain lo dari serangan pelakor, lah."

Chanwoo ketawa. Finally! "Gini, ya, Dahyun. Berhenti bersikap seolah lo pacar gue, lo udah gue tolak berapa kali, hah?"

Ucapan yang selembut sutra itu menohok hati gue. Jung Chanwoo... Gue natap tajam dia.

"Kenapa, sih, berubah gini, Day? Udah gue bilang, cari cowok lain. Jangan stuck ke gue. Gue enggak suka sama lo."

Iya, iya. Gue tau. Lo udah sering bilang itu beribu kali. Tatapan gue beralih ke cewek tadi. "Biar gue tebak, lo suka sama dia?"

Siapa bilang kalo Chanwoo enggak kaget? Hah, dari ekspresinya aja gue udah tau kalo dia suka sama cewek pendek sok manis ini. Gue ketawa angkuh.

"Yaaa, silahkan lo suka dia. Gue enggak larang, itu hak lo." lagi-lagi Chanwoo kaget, ditambah Yoojung juga. "Tapi jangan larang gue buat nyakitin pujaan lo, karena itu juga hak gue."

Gue mendorong Yoojung dengan tatapan mengerikan yang gue punya. Gue enggak peduli, sama sekali enggak. Dari sudut pandang gue, Chanwoo langsung nangkap Yooung yang limbun.

Halah, lemah. Segitu baru gue dorong apalagi kalo gue ajak berantem beneran?

Baru beberapa melangkah, Chanwoo narik gue. Kenceng. Banget. Bikin gue meringis kesakitan.

"Apaan, sih?!"

"Lo yang apaan, Day!" Chanwoo menghempaskan gue setelah nyampe taman. Kalo aja keseimbangan badan gue jelek, gue udah jatoh kayak cewek ganjen tadi. "Yoojung enggak ada salah sama lo! Kenapa lo nyakitin dia?!"

"Enggak ada salah?" gue mendecih. "Dia udah ngerebut lo dari gue!"

Chanwoo ngusap mukanya. "Gue bukan milik lo! Udah berapa kali gue bilang kalo gue enggak suka sama lo, sama sekali enggak!"

Gue memutar bola mata. "Enggak masalah kalo lo enggak suka gue, nanti juga lo bakalan suka."

"Ya, ampun! Dahyun!" Chanwoo teriak. Gue tau, dia udah mulai marah dan gue enggak peduli. Dia ngehela napas. "Oke, kalo lo suka sama gue. Tapi tolong jangan jahatin Yoojung."

Gue dorong dada dia pake telunjuk. "Lo bilang jangan jahatin Yoojung? Tapi kenapa lo masih jahatin perasaan gue, hah?!" tatapan gue kembali tajam.

"Itu salah lo! Gue udah bilang jauhin gue, jangan suka sama gue lagi! Kenapa lo masih ngeyel ngejar gue?!"

"Karena gue cinta! Gue cinta sama lo makanya gue bertahan!"

Chanwoo ketawa. "Cinta? Bukan obsesi?"

Gue mengerutkan alis kencang. Apapun itu, gue nggak setuju dengan kata obsesi.

"Sadar, Day. Jangan rusak masa depan lo sendiri dengan bertingkah kayak gini."

Gue... Rasanya mau nangis. "Sebenarnya lo mau apa, sih?!"

Chanwoo bingung.

"Dulu, waktu gue nembak lo pas kelas sembilan. Lo nolak gue karena terlalu polos, sekarang kenapa lo masih nolak gue, Jung Chanwoo?!" gue teriak. Kepalan tangan yang makin kuat nunjukin kalo gue lagi nahan tangis sekarang.

"Karena lo enggak jadi diri lo sendiri, makanya gue enggak suka."

Sialan, beribu sialan. Habis ngomong gitu, Chanwoo pergi gitu aja dari hadapan gue. Dari sini gue sadar kalo taman enggak sepi, banyak orang yang lagi ngeliatin kita dan gue enggak bisa nangis di depan banyak orang.

"Jung Chanwoo sialan! Gue enggak bakal lepasin lo!"

"Berhenti liat-liat! Kalian kepo banget, sih, jadi orang!"

Gue lari ke rooftop, mencoba nahan tangis yang kian membuncah.

Kata orang, kalo cowok nyakitin lo, tinggalin aja. Pengennya gitu, tapi gue enggak bisa. Dengan alasan sayang yang berlebihan, sakit yang diciptain bakal ilang gitu aja.

Setelah nyampe, gue makin marah karena ada satu cowok yang begonya bikin rumah kedua gue jadi berantakan karena puntung rokok.

"Mau ngerokok juga?"

Dari sini, konflik kehidupan gue yang sebenarnya dimulai.

Dari sini, konflik kehidupan gue yang sebenarnya dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——— P A R A D O K S ———

Paradoks | 98 Liners ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang